Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 23

Oleh : Tjan ID

Anggota Kay pang yang hadir ditempat itu memang tak sedikit jumlahnya, begitu perintah diturunkan berpuluh-puluh batang panah berapi segera dibidikkan ke dalam kebun raya Ban Hoa wan.
Tak selang berapa saat kemudian, tampak Keng ji kongcu tergopoh-gopoh munculkan diri dengah wajah penuh kegusaran teriaknya:

"Cu Siau hong, apa-apaan kau ini?"
Cu Siau hong segera tersenyum.
"Masa maksudnya masih belum kau pahami?" ucapnya, ''kami tak ingin memasuki kebun raya Ban hoa wan"
"Kenapa?"
''Sebab kami tak ingin tertipu dan masuk perangkap" sahut Cu Siau hong sambil tertawa.
''Kita toh sudah berjanji akan melangsung-kan pertarungan didalam kebun raya Ban hoa wan, kenapa secara tiba-tiba kau berubah ingatan?"
"Betul aku berkata demikian, tapi setelah kupikirkan kembali, terasa olehku kalau cara ini berbahaya sekali.. seandainya didalam kebun raya Ban hoa wan kau telah menyiapkan jebakan untuk mencelakai kami, bukankah kami akan terperangkap mentah--mentah?..
"Hmm, dengan pikiran seorang siaujin menilai kebesaran jiwa seorang Kuncu"

"Perkataan semacam inipun dapat kau ucapkan, hal ini benar-benar membuat aku merasa kagum sekali'
"Apa maksudmu berkata demikian?"
"Pada saat ini kita berdiri sebagai musuh yang saling berhadapan, kemungkinan besar kalian telah menyiapkan banyak jebakan dalam kebun raya Ban hoa wan, padahal kami berharap dapat menyelesaikan persoalan ini secara adil"
"Penyelesaian secara adil? Sekalipun demikian, hal ini juga tak boleh dilangsungkan diluar kebun raya Ban hoa wan" ucap Keng ji kongcu kemudian cepat.
"Kenapa tak boleh bertarung diluar kebun raya Ban hoa wan?"
"Bagaimanapun juga kita tak boleh meng-ganggu orang jalan"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Dalam pertarungan ini, kita masing-masing akan mengandalkan kepandaian yang dimilikinya untuk berusaha membunuh pihak lawan, nyawa saja sudah tidak dimaui, mengapa mesti takut terhadap orang jalan''
"Kalau begitu, kalian tak berani memasuki kebun raya Ban hoa wan?" ucap Keng-ji kongcu kemudian dingin.
"Sekarang kita bertarung dengan mengandalkan kepandaian masing-masing untuk menentukan mati hidup kita, dalam hal ini tak bisa dibicarakan soal berani memasuki kebun raya Ban hoa wan atau tidak, kami tak ingin memasuki kebun raya Ban hoa wan tak lain karena kami ingin mencari suatu keadilan belaka"
"Cu Siau hong, kalau lagi bercekcok, perkataan apapun dapat digunakan, lebih baik kita tak usah membicarakan persoalan terse-but lagi."
"Saudara Keng, aku lihat bagaimana ka-lau kita berdua menentukan dahulu mati hidup kita sendiri?"
"Kau ingin bertarung lebih dulu melawan aku?"
Cu Siau hong mengangguk.
"Benar! Kita berdua memang lebih baik menentukan dahulu siapa yang lebih berhak untuk hidup"
'Cu Siau hong, agaknya dalam hatimu sudah mempunyai suatu keyakinan dapat menangkan aku bukan begitu?`
''Aaaah, siapa bilang? Aku hanya merasa diantara kita berdua agaknya sudah mencapPai suatu keadaan yang harus diselesaikan dengan suatu pertarungan......"
"Baiklah, kalau begitu mari kita langsungkan pertarungan ini di kebun raya Ban hoa wan"
"Baik, cuma sebelum pertarungan dilangsungkan, terlebih dahulu ada beberapa patah kata yang hendak ku beritahukan dulu kepada mu"
"Aku siap mendengarkan ucapanmu itu'
'Dalam waktu singkat kami akan melepas api dari belakang bukit, sebelah kiri mau-pun kanan, jika mereka tak mau munculkan diri sekarang maka jangan harap mereka bisa keluar lagi dari tempat itu dalam kea-daan selamat'
Paras muka Keng ji kongcu segera beru-bah hebat.
"Apa? Kalian akan melepaskan api dari belakang bukit sana?" teriaknya tertahan. .
Sebelum melakukan perkerjaan tersebut aku bermaksud untuk memberitahukan lebih dahulu kepada kalian, kami tak ingin kehilangan sikap terbuka yang kami miliki'!
Keng ji kongcu segera tertawa hambar.
'Cuma saudara Cu juga tak usah meng-harapkan yang terlalu besar" katanya cepat, sekalipun kau lepaskan api untuk membakar tempat itu, belum tentu apimu itu dapat membakar habis kami semua."
"Lihat saja nanti, pokoknya sampai saat ini menang kalah, kita tahu belum ditentukan.
Keng Ji kongcu segera menggerakkan tangan kanannya untuk meraba gagang pedang yang tersoren dipinggangnya, kemudian u-jarnya dengan dingin:
"Cu Siau hong, cabut pedangmu!.
Tergerak hati Cu Siau hong, segera pikir-nya.
"Aku telah memberitahukan soal melepaskan api kepadanya, namun ia sama sekali tidak nampak gelisah atau cemas. Masa mereka benar-benar mempunyai cara yang terbaik untuk menghindarkan diri dari bencana api tersebut?"
Sementara dia masih memikirkan persoalan itu, mendadak terasa cahaya tajam berkelebat lewat, sebuah bacokan kilat telah me-nyambar kearah batok kepalanya.
Cu Siau hong segera menggerakkan pe-dang ditangan kanannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut.
"Criing!" benturan nyaring yang memekik-kan telinga bergema memecahkan keheningan, sepasang pedang itu saling membentur dan meninbulkan percikan bunga api.
Mendadak saja kedua bilah pedang itu patah menjadi dua, membuat senjata tersebut melesat kesamping:
Tapi kutungan pedang kedua orang itu masih melanjutkan gerakannya membabat ke tubuh lawannya.
Rupanya cara tersebut telah diperhitung-kan masak-masak oleh Keng ji kongcu.
Beberapa hari berselang, setelah mereka berdua melangsungkan suatu pertarungan yang seru, Keng Ji kongcu telah merasa bahwa dia tak akan bisa menangkan musuhnya dengan mengandalkan perubahan jurus serangan yang lihay, itulah sebabnya dia lantas merubah taktik pertarungan yang dipergunakannya.
Terlintas ingatan untuk menggunakan cara beradu jiwa ini untuk mengajak lawannya mati bersama.
Dikala sepasang pedang mereka saling membentur, dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya yang kuat untuk mematahkan ke-dua bilah pedang itu sekaligus.
Keng Ji kongcu telah memperhitungkan pula kekuatan tenaga dalam yang dimiliki lawannya, berbicara soal tenaga dalam saja, Cu Siau hong tak akan lebih unggul daripa-da kemampuannya.
Bila sepasang pedang itu patah secara tiba-tiba, apalagi dalam keadaan tenaga da-lamnya tak bisa ditarik kembali, mustahil Cu Siau hong dapat merubah gerakan lagi untuk mematahkan ancaman yang datang.
Walaupun cara ini lihay dan keji, namum harus mempunyai suatu syarat, yakni orang yang menggunakan cara ini harus bersedia pula untuk mengorbankan nyawa sendiri.
Sebab arah yang dituju oleh kutungan pedang itu merupakan bagian-bagian memati-kan ditubuh lawan.
Andaikata tenaga dalam yang terpancar ke luar tak dapat ditarik kembali tepat pada waktunya, gerakan pedang tersebut pasti akan meluncur ke depan lebih jauh, dalam keadaan demikian kemungkinan musuhnya untuk terluka diujung pedang tersebut menjadi besar sekali.
Yaa, kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya perhitungan ini merupakan suatu perhitungan yang cermat, Keng ji kongcu telah mempertaruhkan pula selembar jiwanya.

Betul juga, Cu Siau hong sama sekali tidak menyangka kalau Keng Ji kongcu dapat mengerahkan tenaga dalamnya untuk mematahkan pedang tersebut dalam bentro-kan yang barusan terjadi, ia lebih-lebih tak menduga kalau pikak lawan mengajak dirinya untuk mati bersama.
Begitu sepasang pedang mereka putus, Keng Ji kangcu segera menambah kecepatan gerak kutungan pedangnya menusuk dada Cu Siau hong.
Pedang ditangan Cu Siau hong sendiri pun sebenarnya memang tertuju ke bagian mematikan didada Keng Ji kongcu, tapi dalam keadaan tenaga dalamnya tak dapat ditarik kembali, pedang itupun secepat kilat menusuk pula ke atas dada Keng Ji kongcu.
Tan Tiang kim yang pertama-tama menjerit kaget, namun ia sudah tak sempat un-tuk memberi pertolongan lagi.
Dalam waktu singkat sepasang pedang mereka telah saling menusuk tubuh lawan seorang secara telak.
Keng Ji kongcu memang tidak berniat untuk menghindarkan diri, kutungan pedang itu dengan telak menembusi dadanya hingga tembus ke punggung.
Sebaliknya Cu Siau hong tidak menyerah dengan begitu saja, dalam keadaan yang amat krisis itu, mendadak ia keluarkan suatu gerakan langkah yang amat aneh sekali, ti-ba-tiba tubuhnya berkelit ke samping.
Namun gerakan itu toh masih terlambat selangkah, kutungan pedang itu segera menembusi bahu kirinya secara telak.
Keng Ji kongcu memang sangat berhasrat untuk membinasakan Cu Siau hong, dalam melepaskan serangan tadi, ia sertakan suatu kekuatan yang besar sekali.
Kutungan pedang itu segera menembusi bahunya sampai kebelakang, menembusi bahu kiri si anak muda itu.
Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam sekejap mata, Tan Tiang kim, Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan, semuanya telah berlarian mendekat.
Lik Hoo segera melompat mendekat sambil melancarkan sebuah tendangan kilat ke lambung Keng ji kongcu. Sementara Ui Bwee dan Ang Bo tan segera turun tangan membimbing tubuh Cu Siau hong,
Keng Ji kongcu segera mengebaskan tangan kirinya menangkis tendangan dari Lik Hoo itu, kemudian bentaknya dengan suara dingin:
"Kau pingin mampus!"
Bagaimanapun juga, dia masih mempunyai kewibawaan untuk mengendalikan ke tiga orang dayang itu, bersamaan itu juga sapuan telapak tangannya itu telah menggetarkan kaki kanannya sehingga kaku dan kesemutan.
Dalam pada itu, Keng Ji kongcu maupun Cu Siau hong sama-sama telah melepaskan kutungan pedang ditangannya.
Dengan suatu gerakan cepat Tan Tiang kim melompat ke depan dan menghadang dihadapan Cu Siau hong, setelah itu ujarnya dingin.
"Tindakan yang kau lakukan benar-benar terlalu rendah dan memalukan. . ."
Walaupun dadanya telah ditembusi pedang, namun Keng Ji kongcu masih tetap berdiri tegak, sikapnya yang buas dan keren itu menambah rasa ngeri dan bergidik bagi siapapun yang melihatnya.
Bibirnya tampak bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun ia tidak men-jawab pertanyaan dari Tan Tiang kim itu.
Pelan-pelan Cu Siau hong berjalan mele-wati Tan Tiang kim, kutungan pedang terse-but masih menancap diatas bahu kirinya.
"Saudara Keng, apakah kau hendak ber-bicara denganku?' dia bertanya.
Keng Ji kongcu manggut-manggut.
Dia berusaha keras menghindari banyak berbicara, dengan gerakan ia menggantikan ucapan tersebut.
"Baiklah, kau boleh berkata dan siaute akan mendengarkan dengan seksama" sahut Cu Siau hong.
Keng Ji kongcu buka suara, tapi begitu bibirnya digerakkan darah segar segera meleleh keluar.
Dari sini terbuktilah sudah bahwa jantung nya telah terkena tusukan maut itu.
Dengan suara yang kabur, dia bertanya:
"Bagaimana caramu untuk menghindarkan diri dari tusukan pedangku itu?"
Ternyata Keng Ji kongcu menutup rapat-rapat dan enggan banyak berbicara karena kesempatannya untuk berbicara memang tidak terlalu banyak...
"Aku pernah belajar ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na ih!" sahut Cu Siau hong, Keng Ji kongcu kembali manggut-manggut, katanya lebih jauh:
"Aku sudah merasa perhitunganku sempurna sekali, tapi aku tetap menilai rendah dirimu, betul, ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay na ih. . .'
Belum habis perkataan itu diucapkan, dia sudah roboh terkapar diatas tanah.
Pelan-pelan Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, katanya:
"Keng Ji kongcu, sesungguhnya aku tidak berniat untuk membunuhmu, walaupun kau adalah seorang musuhku, namun kau adalah seorang musuhku yang menarik hati"
Waku itu Keng Ji kongcu telah menutup matanya, tapi setelah mendengar ucapan tersebut, mendadak ia membuka matanya lagi, lalu katanya sambil tersenyum:
"Cu Siau hong, terima kasih banyak atas ucapanmu itu, jangan sekali-kali kau ma-suki kebun raya Ban hoa wan!"
Cu Siau hong mengangguk.
"Terima kasih banyak atas petunjukmu''
Setelah berhenlt sejenak dia melanjutkan.
''Saudara Keng apakah didalam kebun rayga Ban hoa wan telah ditanam obat peledak?"
Rupanya ucapan tersebut diutarakan oleh-nya dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, begitu ucapan tadi diutarakan, darah segar segera memancar keluar dari ketujuh lubang inderanya, selembar nyawanya juga melayang meninggalkan raganya.
Tusukan pedang itu telah menembusi jantungnya secara telak, sekalipun ada dewa-pun belum tentu bisa menyembuhkan luka itu.
Cu Siau hong segera menjura kehadapan jenasah Keng Ji kongcu, kemudian katanya:
'Saudara Keng, terimalah bormatku ini sebagai rasa sesalku"
Kemudian tangan kanannya menggenggam gagang pedang itu dan mencabut keluar kutungan pedang tersebut dari atas bahu kirinya.
Darah segar segera memancar keluar de-ngan derasnya.
Buru-buru Ang bo tan mengeluarkan obat luka dan lari mendekat, kemudian memba-lut luka diatas bahu kiri Cu Siau hong tersebut.
"Benar-benar suatu siasat yang licik dan keji, aaai kelicikan umat persilatan memang sukar diduga dan dihadapi, lain kali kau musti bersikap lebih berhati-hati lagi"

Setelah memandang sekejap mulut luka Cu Siau hong, dia melanjutkan:
"Apakah luka itu mencapai ke tulang"
"Untung saja belum" sahut Cu Siau hong sambil menggeleng, "lukaku ini tak lebih hanya luka diluar saja."
Tan Tiang kim manggut-manggut.
'Cu kongcu' katanya, "untung saja kau masih bisa menghadapi serangan tersebut dengan kesadaran otakmu, coba kalau nasib mu tidak mujur, seharusnya tusukan itu akan melukai tulangmu''
Cu Siau hong segera tertawa.
"Setelah kutungan pedang itu dicabut ke luar, boanpwe baru tahu kalau nasibku memang sedang mujur, sebelum pedang itu dicabut tadi, boanpwe malah beranggapan sembilan puluh persen lengan kiriku ini bakal lumpuh dan cacad selama hidup"
"Mungkin inilah yang disebut orang baik selalu dilindungi Thian, sebenarnya tusukan itu . . ."
Pengemis tua itu tidak melanjutkan kata-katanya, sambil tersenyum dia lantas membungkam.
Sementara itu anggota Pay kau dan Kay pang telah berbondong-bondong tiba disana, mereka segera melakukan persiapan didepar sana.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah Pek Bwe, kemudian melanjutkan:
"Saudara Pek, tampaknya perguruan Bu khek bun masih ada kesempatan untuk termashur lagi dalam dunia persilatan ...."
"Kesemuanya ini adalah berkat pemberian dari locianpwe" sambung Pet Hong cepat-cepat.
"Aah, mana, mana, padahal seluruh umat persilatan didunia ini, mungkin masih akan membonceng ketenaran dari Bu khek bun kalian"
Ucapan itu mengandung suatu maksud tertentu, hanya dia tidak menerangkan lebih jauh.
Tiada orang yang menyambung perkataan itu, juga tiada orang yang menjawab.
Penampilan Cu Siau hong terlalu luar biasa, tiada anggota Bu khek bun yang pernah belajar ilmu gerakan tubuh Ngo heng tay -na ih kecuali Cu Siau hong seorang.
Anehnya tiada orang yang bertanya kepada Cu Siau hong, Pek Hong tidak bertanya, Tang Cuan juga tidak.
Sementara itu, gulungan asap tebal telah membubung tinggi dari belakang bukit sana.
Anggota Kay pang yang mendapat perintah untuk melepaskan api tampaknya sudah mulai melakukan tugasnya.
"Mari kita juga mundur agak kebelakang! "ucap Tan Tiang kim pelan.
Sementara itu dari dalam kebun raya Ban hoa wan telah muncul puluhan orang lelaki berpedang yang berlarian dengan kecepatan tinggi.
Seorang berbaju putih yang berjalan dipaling depan segera membentak nyaring:
"Berhenti semua kalian!"
Cu Siau hong segera berhenti, tiga orang nonapun turut berhenti.
Tan Tiang kim dan Pek Bwe sekalian juga ikut berhenti.
Puluhan orang bersenjata pedang itu dengan cepat melakukan pengepungan disekeliling tempat itu.
Orang berbaju putih yang berdiri ditengah arena itu segera menegur dengan suara lan-tang:
"Siapa yang membunuh orang ini?"
"Aku!"
"Gotong dia dari sini!" perintah orang berbaju putih itu.
Dua orang lelaki bersenjata pedang segera munculkan diri dan menggotong jenasah dari Keng Ji kongcu untuk dibawa kembali ke dalam kebun raya Ban hoa wan.
'Jelas orang-orang ini masih belum tahu kalau didalam kebun raya Ban hoa wan terdapat suatu jebakan yang mengerikan sekali"
''Siapa namamu..." cegat orang berbaju putih kemudian.
"Cu Siau hong"
'Tahukah kau siapa telah membunuh orang dia harus membayar dengan nyawa sendiri'' .
'Apakah hendak membalaskan dendam bagi kematian Keng Ji kongcu ....?"
Dari sekian banyak jago pedang yang dibawa orang berbaju putih itu, kecuali dua orang yang menggotong jenasah Keng Ji-kongcu memasuki kebun raya Ban hoa wan, sisanya yang berjumlah dua puluh delapan o-rang jago pedang itu secara terpisah berdiri dibelakang orang berbaju putih tadi.
Sambil tertawa seram, orang berbaju putih itu meloloskan pedangnya kemudian berkata.
"Benar, kami memang hendak membalaskan dendam bagi kematian Ji kongcu kami itu."
"Baik, silahkan kalian turun tangan"
Orang berbaju putih itu mendongakkan kepalanya, dia saksikan puluhan orang jago dari Kay pang telah mempersiapkan pula senjata tajam mereka untuk menyambut datangnya serangan yang mereka lancarkan.
Selain anggota Kay -pang, para jago dari perguruan Bu khek bun telah mempersiap-kan pula senjata tajam masing-masing untuk siap melangsungkan suatu pertempuran sengit.
Situasi berubah menjadi sangat kritis, setiap saat agaknya pertarungan akan segera berkobar.
Cu Siau hong tertawa hambar, ujarnya kemudian.
"Keng Ji kongcu mati ditanganku, bila mana kalian ingin membalaskan dendam bagi kematian Keng Ji kongcu, silahkan turun tangan terhadap diriku seorang"
Dengan langkah lebar Tang Cuan segera maju ke depan, lalu serunya:
''Sute, luka diatas bahumu belum sembuh, beristirahatlah sebentar, serahkan beberapa orang ini kepada suhengmu''
Seng Tiong gak serta Tiong it ki juga secepat kilat melompat kedepan untuk bersiap siaga melangsungkan pertarungan.
Cu Siau hong segera tertawa ringan, katanya:
"'Seng susiok, toa suheng, silahkan kamu sekalian untuk beristirahat sebentar lagi, bagaimana kalau babak pertarungan kali iniserahkan dulu kepada siaute?".
"Tapi sute. . . lukamu. . .'
''Mereka tidak lebih cuma pembunuh-pembunuh kelas tiga dari kebun raya Ban hoa wan, terus terang saja kukatakan walaupun siaute menderita sedikit luka namun siaute -yakin masih sanggup untuk menghadapi mereka semua"
"Aku tahu bahwa sute memiliki kemampuan tersebut, tapi mengapa kau tidak membiarkan kami saja yang turun tangan membereskan mereka .? seru Tang Cuan.
"Benar" sambung Seng Tiong gak, "Siau hong, sekalipun kau masih memiliki sisa tenaga untuk menghadapi mereka, tapi kami toh sedang menganggur dan tak ada urusan"
"Sute......." seru Tang Cuan lagi.
Cu Siau hong tertawa getir, ucapnya:
"Ciangbunjin, Seng susiok, apakah kalian telah mewariskan ke tiga jurus ilmu pedang itu kepada Tiong sute?"
''Aku telah mewariskannya kepada dia' jawab Seng Tiong gak, "hanya tidak diketahui apakah dia telah hapal atau belum"
"Siaute telah hapal" sahut Tiong It ki cepat.
"Bagus sekali kalau begitu, harap kalian suka melindungi diriku untuk menghadapi jago-jago pedang kelas satu mereka."
Mendadak Tang Cuan segera memahami akan sesuatu, segera sahutnya.
"Baik, kalau begitu kita lakukan saja menuruti kehendak sute, mari kita mundur ke belakang"
SEUSAI berkata dia lantas mengundurkan diri terlebih dahulu dari tempat itu.
Kemudian disusul pula oleh para jago dari pihak Kay pang pun turut mengundurkan diri.
Orang berbaju putih itu memandang kesemuanya itu dengan tenang, tiba-tiba dia merasakan situasi sedikit mencurigakan, de-ngan dingin dia lantas berseru:
"Cu Siau hong apakah kau telah mempersiapkan diri?"
Pelan-pelan Cu Siau hong mengambil kembali kutungan pedangnya dari atas tanah kemudian jawabnya:
"Sudah, sekarang kau boleh menyuruh mereka untuk turun tangan`
Darah masih mengucur keluar dari mulut lukanya itu, sekalipun luka tadi tak sampai melukai tulangnya, akan tetapi luka semacam itu tidak terhitung ringan.
Berbicara sesungguhnya, sebagian besar kawanan jago yang hadir diarena ketika itu sama-sama tidak habis mengerti dengan tindakannya itu, semua orang tidak mengerti apa sebabnya sianak muda itu bersikeras hendak turun tangan sendiri untuk menghadapi musuhnya.
Pek Hong yang pertama-tama tidak tahaan dengan suara lirih dia lantas berbisik.
"Ayah coba lihatlah mengapa Siau hong bersikeras hendak turun tangan sendiri un-tuk menghadapi lawan? hal ini karena kekerasan kepalanya ataukah karena ingan menang saja?
"Cara kerja bocah ini selamanya memang membingungkan hati orang yang melihatnya, bahkan aku sendiripun dibikin tidak habis mengerti" jawab Pek Bwe.
"Benarkah ayah juga tidak tahu"'
"Ehmmm, ada sedikit tidak mengerti"
"Kalau begitu cegahlah dia'
"Jangan, jangan cegah perbuatannya, ca-ra kerja bocah ini memang selamanya mem-bingungkan orang, terus terang saja bukan a-ku sendiripun merasa tidak mengerti, tapi aku yakin dia masih mempunyai suatu maksud tertentu yang dalam sekali artinya"
"Sementara itu Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah meloloskan senjata mereka dan berjaga-jaga dekat Cu Siau hong..
Melihat itu, sambil tertawa Cu Siau -hong segera berkata:
Lik Hoo, kalian tak usah membantuku'
"Tapi kongcu....kami....."
"Harap kalian mundur tiga langkah dari sana, bila aku sudah kalah nanti, belum terlambat jika kalian ingin turun tangan"
`Ketiga orang dayang itu saling berpan-dangan sekejap, akhirnya pelan-pelan mereka mengundurkan diri dari situ:
Cu Siau hong segera melintangkan kutungan pedangnya didepan dada, separuh badannya miring ke samping, sedangkan keningnya berkerut kencang, jelas lukanya masih belum merapat dan jelas sakit sekali.
Mendadak si anak muda itu melompat maju ke depan, kemudian serunya dengan lantang:
"Jika kalian belum mau juga turun tangan, jangan salahkan kalau aku akan turun tangan lebih duluan"
Orang berbaju putih itu tertawa dingin.
Pedangnya segera dituding kesamping, tiga orang jago pedang berpakaian ringkas sege-ra menyongsong maju kedepan:
Tiga bilah pedang dengan disertai tiga desingan angin tajam, langsung menerjang ke tubuh Cu Siau hong.
Cu Siau hong melintangkan kutungan pe-dangnya didepan dada, mendadak dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat dia membalikkan tubuhnya....
"Trang" Bunyi benturan keras bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu Cu Siau hong sudah menerjang keluar dari kepungan ketiga orang jago pedang itu.
Tampak tubuhnya berputar terus tiada hentinya, orang bersama pedangnya telah melebur menjadi satu dan menyerbu kedalam kelompok jago-jago pedang itu.
Gerakan tersebut merupakan suato gerakan yang aneh sekali, dalam sekejap mata dia sudah berputar keluar dari balik kepungan ka-wanan jago pedang itu dan menyelinap ke belakang tubuh Lik Hoo sekalian bertiga .....
Pertarunganpun secara tiba-tiba berhenti dengan sendirinya.
Sementara itu Lik Hoo, Ui Bwe, serta Ang Bo tanl telah mengangkat pedangnya bersiap sedia, sedangkan tangan kirinya menggenggam senjata rahasia.
Cu Siau hong yang secara tiba-tiba menyelinap ke belakang tubuh tiga orang itu membuat Lik Ho sekalian merasa gembira sekali, tapi merekapun merasa tanggung jawabnya semakin besar, bagaimanapun juga mereka harus melindungi keselamatan Cu -Siau hong dan bersama-sama membendung serangan gabungan dari pihak lawan.
Siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan siapapun, ditengah keheningan yang mencekam, mendadak tampak ada dua orang jago pedang roboh terkapar keatas tanah.
Selisih jarak antara jago pedang yang satu dengan jago pedang yang lain sebenarnya memang tidak termasuk jauh, begitu seorang di antara mereka roboh, maka tubuh mereka segera menumbuk diatas tubuh rekan yang lain.
Dalam sekejap mata suara benturan keras bergema tiada hentinya, puluhan orang jago pedang yang hadir diarena ketika itu, da-lam sekejap mata sudah ada separuh diantara yang roboh terkapar di atas tanah.
Orang yang tak sampai roboh saat itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula.
Tan Tiang kim serta Pek Bwe yang me-nyaksikan kejadian itu menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya.
Lebih-lebih Tang Cuan, Pek Hong serta Seng Tiong gak, mereka semua merasakan hatinya bergetar keras. Mereka sama sekali tidak tahu ilmu pedang apakah yang mereka pergunakan itu, sebab aliran ilmu pe-dang yang dipergunakan sama sekali bukan aliran pedang dari perguruan Bu khek bun. Ketika menengok kembali keadaan Cu Siau hong tampak paras mukanya pucat pias bagaikan mayat, mulut lukanya kembali me-rekah, darah segar bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.

Pelan-pelan Pek Hong berjalan mendekati-nya, lalu berbisik dengan suara lirih:
"Siau hong terluka lagi"
"Tidak, hanya luka lama yang merekah kembali sehingga mengucurkan darah."
"Nak, sebenarnya kau tak usah turun ta-ngan sendiri, mengapa kau bersikeras hen-dak melakukannya sendiri?" Ucap Pek Hong dengan suara dingin.
"Aku hanya ingin mencoba ilmu pedangku sendiri, aku rasa kelompok pembunuh ini semestinya merupakan kelompok yang paling lemah" sahut Cu Siau hong lirih.
Paras muka Pek Hong tampak serius sekali, kembali dia berkata.
"Siau hong, kau terlalu keras kepala, coba lihat paras mukamu itu ."
Sementara itu Pek Bwee dan Tang Cuan sekalian telah berjalan mendekatinya.
Cu Siau hong segera berseru.
"Boanpwe ingin mohon diri lebih dulu!"
Sambil membalikkan badan dia mengundurkan diri dari situ.
Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan dengan cepat mengikuti dibelakangnya dengan ketat.
Cu Siau hong berjalan sejauh ratusan langkah dari tempat semula, akhirnya ia duduk bersila dibawah sebatang pohon besar dan memejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.
Dia benar-benar merasa lelah sekali, serangan yang dilakukannya barusan telah meng-hamburkan tenaganya seperdelapan bagian.
Ang Bo tan segera berlutut disamping pemuda itu dan membubuhkan obat lagi diatas bahu kiri Cu Siau hong yang terluka, kemudian membalutkan kembali.
Pek Hong tidak mengikuti kesana, tapi Pek Bwe segera menyusul tiba.
Diantara semua banyak jago yang berada dalam arena dewasa ini, hanya Pek Bwe seorang yang paling memahami tentang Cu -Siau hong, ia juga yang mengetahui masa-lahnya paling banyak.
Pek Hong bisa mengijinkan ketiga orang perempuan siluman itu mengikuti disamping Cu Siau hong tanpa menegur atau menanyakan kesemuanya inipun berkat bujukan dari Pek Bwe.
'Tempat itu semestinya boleh dibilang sudah aman, walaupun jaraknya dari kebun ra-ya Ban hoa wan tidak terlalu jauh, namun ada puluhan orang jago kelas satu dari perkumpulan Kay pang yang melakukan penjagaan disekitar sana.
Pek Bwe segera berjongkok disamping pemuda itu sambil berbisik:
"Nak, apakah kau ada urusan yang hen-dak disampaikan kepadaku?"
Cu Siau hong membuka matanya kembali dan tersenyum.
"Locianpwe benar-benar merupakan suara hatiku!" katanya.
Nak, hal ini disebabkan lohu lebih banyak mengetahui tentang urusanmu, bila berbicara tentang orang yang benar-benar memahami suara hatimu, maka orang itu seharusnya adalah Ui lo pangcu dari Kay-pang'
"Aaaah .... kalau soal ini mah, boanpwe benar-benar tak berani membantah...."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan: 'Locianpwe, beritahu kepada Tang ciangbun suheng, suruh dia pusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam!'
Pek Bwee tertegun, kemudian ujarnya:
"Apa? Jadi para pendekak pedang macan kumbang hitam juga berada didalam kebun raya Ban hoa wan ini?"
"Paling tidak sebagian diantaranya berada disini, bila Keng Ji kongcu adalah pe-mimpin dari kebun raya Ban hoa wan ini, dia pasti akan mengumpulkan sebagian dari para pendekar pedang macam kumbang hitam itu di sini ...."
"Kecuali para anggota Bu khe bun, sulit rasanya untuk mencegah serangan dari para pendekar pedang macan kumbang hitam itu."
"Benar! jurus pedang dari It ki sute en-tah sudah dilatihnya hingga mencapai taraf mana?"
"Sejak dia sadar kembali hingga kini ia selalu melatih jurus-jurus pedang itu dengan tekun, Tang Cuan yang mengajarkan juga sangat teliti dan sabar, apakah dia sudah berhasil menguasahinya penuh, rasanya hal ini sukar untuk dibicarakan .`
"Moga-moga saja dia telah berhasil menguasahinya penuh, dengan demikian berarti kita mempunyai seorang yang jebih banyak untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam"
"Siau hong, yang paling penting sekarang adalah semoga luka yang kau derita cepat sembuh. . ."
'Padahal luka yang boanpwe derita tidak terhitung seberapa" tukas Cu Siau hong," Cuma sunio menghendaki aku beristirahat. Boanpwe tak tega untuk menampik keingin-annya'
Pek Bwee segera tertawa, ujarnya:
"Padahal Iuka yang kau derita tidak ri-ngan, cuma saja kau masih mampu untuk mempertahankan diri."
"Locianpwe, persoalan paling penting pada saat ini adalah pertama, harus mencari akal untuk menghadapi para pendekar pedang macam kumbang hitam, kedua melepaskan api untuk membakar kebun raya Ban hoa wan ini dan memaksa keluar semua jago musuh yang masih berada disitu, jumlah mereka amat banyak gerakan tersebut sudah pasti akan berhasil untuk memaksa keluar semua jago lihay dalam kebun raya Ban hoa -wan, dalam keadaan demikian mereka pasti amat panik dan suatu pertarungan sengit pun tak akan dihindari, sekalipun jago-jago dari Kay pang dan Pay kau banyak sekali, aku rasa belum tentu sanggup untuk mem-bendung serbuan mereka"
Pek Bwe segera manggut-manggut.
Kembali Cu Siau hong berkata.
"Cara yang harus kita pergunakan untuk menghadapi musuh adalah menyembunyikan dahulu para jago dari Kay pang dan Pay kau disuatu tempat, jika orang-orang dari kebun raya Ban hoa wan menyerbu keluar, sambut dulu mereka dengan bidikan panah dan sen-jata rahasia, bikin mereka kelabakan sete-ngah mati lebih dahulu"
Pek Bwe manggut-manggut.
"Baik segera akan menyampaikan hal ini kepada pengemis tua Tan, suruh dia menga-tur dulu jago-jago dari Kay pang dan Pay kau katanya.
"Sekarang kita sudah memegang posisi penggerak, tapi tak usah terlalu beradu kekerasan dengan mereka" Pek Bwee tertawa kagum, sambil manggut-manggut ia membalikkan badan dan beranjak pergi.

Sepeninggal Pek Bwee, Cu Siau hong segera memanggil ketiga orang dayangnya seraya berkata:
"llmu pedang yang kuwariskan kapada kalian itu apakah sudah kaliau latih dengan baik?"
"Walaupun kami sudah melatihnya dengan bersungguh hati sayang permainannya kurang begitu sempurna" jawab Lik Hoo.
-ooo0ooo-
BAGIAN 29
CU SIAU HONG segera tertawa.
"Sebentar, bila para pendekar pedang macan kumbang hitam itu menampakkan di-ri, lebih baik kalian turun tangan bersama, carilah akal untuk membantu pihak Kay pang"
"Kongcu, kau suruh kami pergi menghadapi para pendekar macan kumbang hitam."
"Benar!"
"Kongcu jurus-jurus serangan yang dimiliki para perdekar pedang macan kumbang hitam itu sangat aneh dan lihay, jurus-jurus serangannya mematikan, pada hakekatnya kami tiga bersaudara tak sanggup menghadapi sejurus serangan pun dari mereka"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Lik Hoo, apakah kau takut mati" tanyanya.
"Budak tidak takut mati, melainkan kami sama sekali tak mampu untuk memberi bantuan apa-apa, serbuan kami ini tak lebih hanya akan menghantar nyawa dengan sia-sia'
"Jurus pedang yang kalian latih, sama sekali ini justru merupakan jurus tandingan bagi para pandekar pedang macan kumbang hitam tersebut"
'Sungguh?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Cuma apakah membutuhkan bantuan kalian atau tidak, sampai sekarang masih sukar diduga, bila beberapa orang suhengte dari perguruan Bu khek bun kami itu masih mampu untuk menghadapi mereka, sudah barang tentu kalian tak perlu turun tangan, tapi jika kemampuan mereka masih belum cukup, maka kalian harus turun tangan untuk membantu mereka"
"Sampai waktunya harap kongcu menurunkan perintah, kami pasti melakukan perintah itu."
Dalam pada itu, dari belakang kebun raya Ban hoa wan telah mengepul asap te-bal yang membumbung tinggi keangkasa, rupanya para jago dari Kay pang telah mulai melepaskan api.
Diluar dugaan, dari dalam kebun raya Ban hoa wan itu sama sekali tidak ada yang menyerbu keluar. Suasana dalam kebun raya tetap hening sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun.
Kobaran api menjalar amat cepat, tapi sampai beberapa saat kemudian, api telah membakar seluruh kebun raya Ban hoa wan tersebut.
Dengan sepasang mata melotot besar, Cu Siau hong mengawasi kobaran api yang ma-kin lama menjalar semakin dekat, otaknya berputar kencang, pada hakekatnya ia tak dapat beristirahat barang sejenakpun.
Mendadak Cu Siau hong seperti menyadari akan sesuatu, dia segera melompat bangun sambil berteriak keras:
"Kalian cepat mundur dari situ!"
Tan Tiang kim serta Pek Bwee secepat sambaran kilat meluncur datang sambil berlarian mendekat, tegur mereka:
"Siau hong ada urusan apa?"
"Suruh mereka semua mundur secepat-nya dari situ, makin cepat semakin baik, makin jauh semakin baik".
Tan Tiang kim maupun Pek Bwee ada-lah jago-jago kawakan dari dunia persilatan, mendengar seruan mereka itu lantas sadar, dengan suara keras kedua orang jago itupun berteriak lantang:
"Suruh mereka cepat-cepat mundur dari sana!' Teriakan kedua orang itu sangat keras, ibaratnya guntur yang membelah bumi disi-ang hari bolong.
Cu Siau hong turut berteriak pula dengan suara lantang.
"Harap kalian semua cepat-cepat mengundurkan diri dari situ, dalam kebun raya Ban hoa wan ada bahan peledaknya"
Para jago dari Kay pang yang berada disekitar tempat itu dapat mendengar teriakan menggeledek dari Tan Tiang kim maupun PekBwee, namun mereka masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula.
Tapi setelah mendengar teriakan dari Cu Siau hong tersebut, bagaikan ada lompatan keluar dari tempat persembunyian mereka, dalam waktu singkat bayangan manusia berkelebat lewat, masing-masing orang pada melarikan diri dari situ.
"Kongcu, mari kita juga pergi! bisik Lik Hoo kemudian.
"Betul', kalau musti berada disini terus, rasanya mati pasti tak sedap....." sahut Cu Siau hong.
Dia segera membalikkan badan dan mengundurkan diri dari tempat itu.
'Untung saja semua orang memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, sehingga gerakan tubuh mereka cepat sekali, dalam waktu singkat semua orang telah mengundurkan diri sejauh ratusan kaki dari tempat se-mula.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar sua-ra ledakan keras yang memekikkan telinga bergema dari arah kebun raya Ban hoa wan.
Bagaikan ada gunung berapi yang meletus saja, mula-mula tampak pancaran air yang sangat keras menyembul ketengah udara, menyusul kemudian pepohonan, dedaunan dan ranting yang disertai hamhuran pasir dan tanah memancar keempat penjuru.
Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi oleh kabut debu dan pasir yang tebal, seluruh pemandangan lenyap dari pandangan mata, terlapis oleh asap dan debu yang memenuhi udara.
Sedemikian dahsyatnya letusan tadi, bah-wa percikan pasir yang dihamburkan ke uda-rapun terbukti bisa berterbaran sampai puluhan kaki jauhnya dari posisi semula.
Seluruh kebun raya Ban hoa wan seakan-akan terlempar ke tengah udara...
Menyusul kemudian semburan api yang membara menjirat sampai ke angkasa, begi-tu besar kobaran api tersebut, membuat kawanan jago dari perkumpulan Kay pang yang berada ratusan kaki dari tempat kejadian pun turut merasakan sengatan hawa panas yang maha dahsyat itu.

Untung saja para jago dari Kay pang dan Pay kau mengundurkan diri dengan gerakan cepat, merekapun cukup jauh dari tempat letusan.
Bayangkan saja seandainya mereka kabur a-gak terlambat sedikit saja, niscaya ada sebagian besar diantara mereka yang terluka bahkan tewas karena ledakanmesiu yang dahsyat itu.
Memandang kobaran api yang menyelimuti seluruh angkasa, Tan Tiang kim berkata dengan lirih:
"Betul-betul suatu jebakan yang amat dahsyat, tampaknya letusan ini telah memunahkan seluruh kebun raya Ban hoa wan.
Kecuali Keng Ji kongcu beserta sekawanan jago pedang yang dibunuh Siau hong, tak nampak seorangpun yang menampakkan diri dari dalam kebun raya itu, ucap Pek Bwee.
"Ya, hampir seluruh bekas-bekas yang ada didalam kebun raya itu turut dimusnahkan, tindakan mereka betul-betul sangat lihay, benar-benar sangat lihay" sambung Cu Siau hong.
"Siau hong, tampaknya letusan ini telah melenyapkan segenap tanda dan jejak yang telah kita temukan", keluh Pek Bwe.
"Betul, letusan inipun melenyapkan pula segenap tanda dan jejak yang mungkin tertinggal disitu"
"Tindakan mereka betul-betul amat ke-ji, beratus-ratus orang anggota dan anak buah sendiri turut dikorbankan dalam leda-kan tersebut, sungguh merupakan suatu pe-ristiwa yang diluar dugaan"
"Tan Tiang kim memperhatikan sekejap keadaan dalam kebun raya Ban Hoa wan itu, lalu berkata:
"Tampaknya setelah lewat satu dua jam jangan harap ada orang yang dapat masuk ke sana'
Dalam pada itu pepohonan dan aneka bunga yang berada dalam kebun raya Ban hoa wan telah bertumbangan hancur tak karuan, bahkan disana sini api berkobar amat besar.
Seluruh kebun raya Ban hoa wan telah berubah jadi kobaran api yang membara, sejauh mata memandang, hanya jilatan api saja yang tampak ......
Lik Hoo tertawa getir, katanya kemudian:
'Ji moay, sam moay, seandainya kongcu tidak mengajak kita keluar dari situ, mungkin pada saat inipun kita sudah tewas di tengah lautan api yang membara dengan hebatnya ini"
"Siau hong, sekarang bagaimana cara kita untuk turun tangan?" tanya Pek Bwe kemudian.
Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu menjawab.
"Aaai. . . untuk sesaat boanpwe sendiri pun tak tahu bagaimana harus bertindak"
"Lebih baik kita gunakan cara lama, melakukan pemeriksaan secara besar-besaran di dalam kota Siang yang."
"Aku rasa tindakan macam begitu sulit untuk menemukan titik terang, sebab tindakan mereka untuk memusnahkan kebun raya Ban hoa wan pun tidak lain bertujuan demikian, mereka tidak berharap kita bisa menemukan suatu bukti atau titik terang sehingga jeajknya tak bisa kita lacaki lebih lanjut. . ."
"Tapi, kita toh tak akan lepas tangan dengan begitu saja?" kata Pek Bwe cepat.
"Tentu saja tidak, namun mata-mata yang mereka persiapkan disekitar tempat ini terlampau ketat dan rahasia, bukan suatu tindakan yang gampang jika kita ingin melakukan sergapan terhadap mereka, aku pikir, satu-satunya jalan yang terbaik adalah berusaha agar mereka yang datang mencari kita, sebab tindakan ini justru lebih mudah"
"Tapi.... dengan cara apakah kita baru bi-sa memancing mereka agar datang mencari kita?" tanya Pek Bwee.
"Asal kita sudah bertekad untak memancing ikan, tentu saja harus ada umpannya!'
"Tapi siapa yang akan kita jadikan umpan?"
"Paling baik kalau sunio dan It ki sute!"
"Asal mereka memang merupakan pilihan yang paling tepat, aku akan segera menyampaikan kepadanya, tanggung dia akan menyetujuinya"
Pek locianpwe, peritahkan saja kepada mereka agar segera kembali kekota Siang-yang"
"Cu sauhiap" kata Tan Tiang kim, tak kusangka kalau ada suatu organisasi rahasia yang bertindak begini kejam terhadap anak buahnya sendiri, peristiwa benar-benar diluar dugaan orang"
Paras muka Cu Siau hong berubah menjadi amat serius, katanya.
"Bila Keng Ji kongcu bermaksud untuk mencelakai kita, sesungguhnya dia mempunyai banyak cara untuk melakukannya, asal ia mencari suatu akal dan memancing kita masuk kedalam kebun raya Ban hoa wan niscaya kita semua akan terbasmi habis .....`
'Bukankah pada dua hari berselang kitapun berada dalam kebun raya Ban hoa wan? Mengapa mereka tidak turun tangan?" tanya Pek Bwe dengan kening berkerut.
"Aku sendiripun merasa keheranan.'
"Kalau begitu yang mereka tuju sebetulnya bukan hanya perguruanmu saja. sambung Tan Tiang kim.
Tiba-tiba Lik Hoo menyela:
"Kongcu, sebagian besar jago yang berada didalam ruang bawah tanah kebun raya Ban hoa wan sama sekali tidah tahu kalau disitu sudah ditanam bahan peledak dalam jumlah yang sangat banyak.
"Cu Sauhiap, jangan-jangan Keng Ji kongcu memang ada maksud untuk menyelamat-kan kita?" seru Tan Tiang kim..
'Yaa, dalam mengulas persoalan ini kita harus menilainya dari banyak sudut pandangan, bukan tak mungkin Keng Ji kongcu berminat untuk menolong kita semua'
"Selain itu?"
"Selain itu merekapun belum menganggap kita sebagai musuh yang paling penting sehingga tidak perlu harus menggerakkan jago-jago tersembunyinya yang dipersiap-kan disana"
"Mari kita pulang ke Siang yang lebih dulu sebelum melanjutkan pembahasan terhadap masalah ini" ucap Tan Tiang kim kemudian. "kebuasan dan kekejaman organisa-si ini merupakan suatu kejadian yang belum pernah ditemukan dalam dunia persilatan selama seribu tahun belakangan ini, betul dalam dunia persilatan banyak terdapat organisasi rahasia semacam ini, namun tak sebuahpun diantara mereka begitu buas dan brutalnya"

Demikianlah kawanam jago Kay pang dan Pay kau yang berkumpul disitu mulai dita-rik mundur dari tempat tersebut.
Mereka datang secara berbondong-bondong dan kini pergi pula secara berbondong-bondong.
Cu Siau hong, Pek Bwee, Tan Tiang kim, Tang Cuan sekalian segera kembali pula ke kota Siang yang.
Setibanya dikota Tan Tiang kim berpamitan untuk menghadap lo pangcunya serta melaporkan apa yang telah terjadi.
Sebaliknya Pek Hong mengumpulkan segenap anggota Bu khek bun untuk bersama-sama membahas persoalan tersebut.
Tang Cuan dengan kedudukannya sebagai ketua Bu khek bun segera berkata:
"Dengan susah payah kita berhasil me-nemukan kebun raya Ban hoa wan tak disangka kalau beginilah akibatnya, bila para pendekar pedang macan kumbang hitampun berdiam dalam kebun raya Ban hoa wan, niscaya mereka telah tewas semua disitu, mungkin kitapun tak dapat membalaskan dendam lagi bagi para suhengte kita yang tewas secara mengerikan itu"
Siau hong bagaimanakah pendapatmu?" tanya Pek Hong kemudian.
Mungkin Pek Bwee telah menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada perempuan ini, maka dia langsung bertanya kepada Cu Siau hong.
"Tecu rasa kebun raya Ban hoa wan tidak lebih hanya merupakan suatu kantor cabang yang penting dari organisasi tersebut, belum tentu pendekar pedang macan kumbang hitam berdiam disitu.' kata Cu Siau hong kemudian.
Maksud sute. . ." sela Tang Cuan.
"Setelah ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata kita sekarang, siaute rasa tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut sesungguhnya adalah menguasahi seluruh dunia persilatan, sedang perguruan Bu khek bun kita tak lebih hanya sasaran pertama yang mereka pilih"
"Jadi maksud sute..'
"Aaaai!" Cu Siau hong menghela napas panjang, "toa suheng, tentu saja kita harus membalas dendam bagi puluhan nyawa anggota Bu khek bun yang tewas di tangan mereka, tapi yang paling penting lagi kita harus menemukan beberapa orang yang menjadi mata-mata dalam tubuh perguruan kita. .
"Mata-mata yang menyusup ke dalam perguruan kita?, Siapakah mereka?" tukas Tang Cuan.
'Toa suheng, tidakkah kau merasa kehe-ranan terhadap beberapa orang suhengte yang hidup tak nampak orangnya, mati tak nampak mayatnya?"
Tang Cuan manggut-manggut.
'Betul, betul sekali.."' serunya, "cuma mungkinkah mereka pun ikut terkubur hidup-hidup didalam kebun raya Ban hoa wan?"
"Siaute tak berani mengatakan dengan pasti kalau mreka tidak berada dalam kebun raya Ban hoa wan, tapi merekalah yang menjadi pangkal bencana ini, oleh sebab itu manusia-manusia jahanam tersebut tak boleh dilepaskan dengan begitu saja"
'Setiap penghianat perguruan harus dijatuhi hukuman yang setimpal, tapi bagaimana caranya untuk menemukan mereka?'.
"Kalau kita yang harus pergi mencari mereka, tentu saja hal ini tidak gampang, tapi kalau kita cari akal agar mereka yang datang mencari kita, tindakan ini jauh lebih mudah".
'Tapi bagaimana caranya?".
`'Ciangbun suheng, tentang soal ini, siaute tak berani bicara secara sembarangan'
"Terhadap orang sendiri saja ada yang tak bisa kau katakan? '
`Sekarang, kebun raya Ban hoa wan sudah musnah, rasa benci orang-orang organisasi tersebut terhadap kita orang-orang Bu khek bun tentu sudah merasuk sampai ke tulang sumsum, asal kita memberi kesem-patan kepada mereka untuk turun tangan, kemungkinan besar mereka akan segera melakukan suatu tindakan"
"Cara ini memang bagus sekali, aku adalah seorang ciangbunjin, mungkinkah mereka akan turun tangan terhadap diriku?'.
"Kemungkinan besar subo lah yang pa-ling mereka benci, sedangkan It ki sute merupakan orang yang paling ingin mereka tangkap. . ."
"Siau hong", ucap Tang Cuan dengan cepat, "It ki sute sudah terlalu banyak merasakan siksaan dan penderitaan, diapun baru saja lolos dari cengkeraman lawan, masa kita akan menyuruh dia untuk menyerempet bahaya lagi. . . ?"
`Siaute pun berpendapat demikian.. '
'Kalian tak usah bersedih hati" tukas Pek Hong tiba-tiba, "Walaupun It-ki belum lama lolos dari mara bahaya, tapi ia tak mungkin melepaskan diri dari dunia persilatan lagi, itu berarti setiap saat ia harus hidup di ujung golok dan percikan darah, jangan dikarenakan ia pernah di bekuk satu kali, maka hatinya menjadi ciut dan ketakutan dengan bayangan tubuh sendiri."
"Betul" sambung Pek Bwe. "seorang lelaki sejati yang hidup di dunia seperti ini sudah seharusnya meningkatkan semangat untuk melanjutkan hidup, janganlah dikarenakan pernah mengalami suatu kerugian maka semua semangat dan keberaniannya menjadi lenyap, It ki memang seharusnya banyak berlatih dan belajar."
"Bagaimana situasi yang terbentang dalam dunia persilatan sekarang, aku yakin pihak Kay pang dan Pay kau sudah mengetahui dengan sejelas-jelasnya, seperti yang terbukti sekarang, tampaknya sasaran dari organisasi rahasia itu bukan hanya Bu-khek-bun kita saja"
'Oooh..."
"Oleh karena itu, kedua kelompok perkumpulan besar ini pasti akan mengutus jago-jagonya yang paling kosen untuk bekerja sama dengan kita'
'Siau hong, kita toh tak bisa sama seka-li menggantungkan diri kepada pihak Pay--kau serta Kay-pang, kita harus menemukan suatu cara lain untuk melindungi kita sen-diri secara ketat" kata Seng Tiong-gak..
"Perkataan Susiok memang benar, siautit sendiripun berpendapat demikian."
'Sudah kau rundingkan persoalan ini de-ngan pihak Kay-pang?"
"Belum, masalah ini belum ku singgung, Siau hong beranggapan bahwa hal ini harus minta persetujuan lebih dulu dari pihak subo dan It-ki sute kemudian baru dirundingkan dengan pihak mereka"

'"Baiklah! Kau boleh merundingkan persoalan ini dengan Tan Tiang kim dari Kay-pang" kata Pek Hong kemudian, 'coba dilihat bagaimanakah tindakan yang mereka ambil?"
"Siau hong", kata Seng Tiong gak pula.
"Sekarang kita tak usah membicarakan masalah Kay pang lebih dulu, yang penting adalah apa yang hendak kita lakukan?'
"Siautit rasa, baik susiok maupun Siau-hong sendiri harus turun tangan bersama- sama"
"Soal kita akan turun tangan bersama sih bukan masalah, yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana caranya kita bertindak sehingga bisa saling bantu memban-tu bila mana diperlukan"
"Siautit berniat untuk menyaru sebagai seorang pembantu dan melakukan perjalanan bersama dengan subo dan sute"
"Bagai mana dengan aku sendiri'
"Susiok terpaksa aku harus menyiksa dirimu."
"Baik, katakan saja Siau hong apa yang harus kita lakukan sehingga bisa berada di samping enso dan It ki terus menerus tanpa menimbulkan kecurigaan mereka"
"Susiok tentunya kau sudah melihat sendiri manusia yang bernama Keng Ji kongcu itu, dia tak lebih hanya salah seorang yang diutus organisasi rahasia itu untuk memimpin masalah diluar, namun ilmu silat ser-ta kecerdasan otaknya termasuk kelas satu, dia bisa kalah dan tewas karena dia terlalu memandang rendah kita semua, dari sini bisa diketahui bahwa pentolan yang sebetulnya pasti lihay sekali. Sekalipun kita berjaga-jaga disamping subo dan sute juga bukan berarti bisa mengelabuhi mereka."
"Bukankah hal ini sama artinya dengan berbuat yang sia-sia belaka?;' sela Seng Tiong gak. ..
"Itu sih tidak, dendam sakit hati akibat musnahnya kebun raya Ban hoa wan telah membuat mereka menderita kerugian amat besar, tapi kejadian sebenarnya yang mengakibatkan kematian Keng Ji kongcu tidak dia ketahui sama sekali olehnya, oleh sebab itu perhitungan mana sudah pasti mereka catat di atas nama perkumpulan Bu khek bun kita."
Pek Bwe segera manggut-manggut.
"Ehm, betul, mereka tak akan memandang tinggi kemampuan kita" katanya
"Justru makin rendah pihak musuh menilai kemampuan kita, berarti kesempatan kita untuk berhasil semakin besar lagi"
"Tapi bagaimana pula caranya untuk bekerja sama dengan pihak Kay pang serta Pay kau?"
"Tentang soal ini harus dirundingkan dahulu dengan Tan Tianglo, minta kepadanya untuk mengirim seorang murid yang ceka-tan untuk memberi perlindungan secara diam-diam, lebih baik lagi kalau kita bisa menjanjikan suatu cara rahasia untuk sa-ling mengadakan kontak, sehingga bilamana diperlukan kita bisa langsung berhubu-ngan.
"Bagus cara ini memang bisa dilakukan" Pek Bwe manggut-manggut.
Siau hong sute, bagaimana pula dengan diriku? ' tanya Tang Cuan kemudian.
"Ciangbun suheng, terpaksa akupun harus sedikit menyiksa dirimu"
"Tak menjadi soal, katakan saja"
"Dalam kenyataan, kita Bu khek bun ha-nya terdiri dari beberapa orang saja, itu berarti setiap orang harus memikul suatu tanggung jawab yang besar , aaai ..... semoga saja persoalan disini dapat diselesaikan, kita masih harus berangkat ke Pak hay untuk mendatangi per-guruan Khi keng bun serta menyelesaikan sakit hati suhu, mengenai rencana yang le-bih seksama telah siaute persiapkan!" harap susiok dan ciangbun suheng bersedia memberi petunjuk"
Tang Cuan manggut-manggut.
"Baik, katakan lah"
Dewasa ini pihak Kay pang dan Pay kau sudah mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Paling tidak mereka sudah tahu bahwa Bu khek bun telah membayar suatu pengorbanan yang maha besar bagi umat persilatan didunia ini! sebab yang akan diha-dapi pibak lawan bukanlah Bu khek bun kita sebaliknya kita hanya merupakan perguruan pertama yang menjadi korbannya."
"Tentang soal ini, apakah Tan Tianglo sudah tahu?"
"Sudah tahu!"
-Siau hong, coba katakan apa yang harus dilakukan oleh orang-orang Bu khek bun sendiri untuk melindungi keselamatan subo serta It ki sute ......" kata Tang Cuan.
"Menurut pendapat siaute lebih baik se-mua anggota Bu khek bun turun tangan bersama dan berjalan bersama pula"
"Tapi bagaimana caranya untuk berjalan bersama?" "Seandainya terjadi suatu gerakan yang mencurigakan, kita boleh segera menyembunyikan diri sebagai penyergap gelap, sedangkan Seng susiok dan subo serta It--ki sute berada bersama, kemudian ditambah lagi dengan Lik Hoo, Ui Bwe serta Ang Bo tan yang melindungi dari depan dan belakang, aku rasa pertahanan semacam ini su-dah terhitung cukup lumayan"
"Maksudmu, kau dan aku bertindak seba-gai pembantu dimana perlu" kata Tang Cuan
"Tepat sekali!" Cu Siau hong manggut-manggut.
"Siau hong, aku rasa posisi semacam ini memang cukup baik, tapi bagaimana cara-nya untuk dilakukan?"
Dengan suara rendah Cu Siau hong sege-ra membeberkan rencana yang telah diaturnya itu.
Selesai mendengar rencana tersebut, Pek Bwe maupun Tang Cuan sekalian diam-diam mengangguk memuji.
Baru saja beberapa orang itu selesai berunding, Tan Tiang kim telah muncul dengan langkah tergesa-gesa, serunya kemudian:
"Oooh, rupanya kalian semua berada disini"
'Ada apa? Ada sesuatu persoalan yang amat penting?" sela Pek Bwe dengan cepat.
"Barusan Lo pangcu memberitahukan dua hal kepadaku ...."
"Soal apa?"
Tan Tiang kim segara mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau hong, kemudian katanya:

"Didalam persoalan ini, terpaksa dia harus merepotkan Siau hong sejenak"
"Merepotkan Siau hong sejenak?' seru Pek Bwe tercengang, "sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Barusan perkumpulan kami mendapat sebuah berita yang mengatakan ada sebuah kereta yang megah memasuki kota Siang yang."
"Oooh .....? Siapa yang berada di dalam kereta itu?" tanya Pek Bwe.
"Dalam kereta itu duduk seorang nona, sedang kusirnya adalah seorang perempuan tua."
Pek Hong segera berkerut kening, kata-nya kemudian.
"Locianpwe apa hubungannya antara kereta itu dengan Siau hong?"
"Setelah memasuki kota Siang yang, sepanjang jalan nona itu telah melukai dua belas orang"
"Siapa saja yang dilukai?" tanya Pek-Bwe.
"Tentu saja anggota perkumpulan kami'
"Sudah mati semua?"
"Belum! Mereka semua hanya dihajar oleh semacam benda yang kecil, sekarang hingga jalan darahnya terluka"
'Maksudmu ilmu To lip to hiat sinkang (biji Kacang hijau menghajar jalan darah)?"
"Yaa, sebangsa kepandaian itulah, kini pihak kami telah mengutus empat orang jago untuk melakukan penghadangan"
"Dan Siau hong diharapkan turut serta?' kembali Pek Bwee menyela:
"Sebenarnya aku yang hendak pergi, tapi pangcu kami berharap Siau hong yang bisa turut serta dalam operasi kali ini"
Pek Hong segera menghembuskan napas panjang.
"Tan cianpwe, mengapa harus Siau hong yang turut serta didalam operasi kali ini?" tanyanya.
"Soal ini aku sendiripun kurang jelas, Lo pangcu yang mengucapkan permintaan tersebut!'
"Kalau toh lo pangcu yang berkata demikian, aku rasa ia pasti mempunyai suata alasan tertentu ........
setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Locianpwe, apakah hanya Siau hong seorang diri?"
"Selain Sin jut dan Kui meh, masih ada dua orang jago dari perkumpulan Kay pang!"
"Semuanya anak muda?"
"Benar!"
"Maksud lo pangcu ......?"
"Dia orang tua hanya berpesan demikian, tapi tidak menerangkan apa alasannya."
"Oooh. . ."
Dia lantas berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau hong, kemudian lanjutnya:
"Siau hong, apa pula pendapatmu sendiri?"
"Boanpwe tidak mempunyai pendapat apa-apa, kalau toh lo pangcu yang berpesan demikian, aku rasa sudah sewajarnya bila aku segera berangkat sekarang juga"
Tan Tiang kim segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Tang Cuan, kemudian katanya:
"Bagaimana menurut pendapat ciangbun-jin?"
"Lo pangcu berpesan demikian, tentu saja ia pergi untuk memenuhinya, Siau hong, pergilah sejenak."
Cu Siau hong segera bangkit berdiri, lalu katanya:
"Tan Cianpwe, dimanakah orang-orang Kay pang yang ditugaskan dalam operasi kali ini ?"
"Mereka telah mempersiapkan diri dan kini sedang menunggu didepan gerbang."
Cu Siau hong segera menjura kepada Pek Hong, kemudian katanya:
"Siau hong mohon diri lebih dulu!"
Kemudian sambil membalikkan badannya dia keluar dari ruangan tersebut...."
Pek Hong tidak meninggalkan pesan apa-apa, dia hanya mengawasi bayangan pung-gung Cu Siau hong yang berlalu dengan wajah termangu.
Tan Tiang kim menghela napas panjang, katanya kemudian:
Saudara Pek, Tang ciangbunjin sesungguh-nya anggota Kay pang yang berada dikota Siang yang ini tak sedikit jumlahnya tapi lo-pangcu justru meminta Siau hong yang turun tangan sendiri, dalam hal ini aku si pe-ngemis tua benar-benar tidak habis mengerti, bahkan tidak diketahui dimanakah letak alasannya?"'
"Lo pangcu mempunyai kecerdasan yang luar biasa, dengan pengalaman yang matang semua tindak tanduknva tak mungkin bisa diterka oleh kita sekalian, Aku rasa dia ber-buat begitu pasti mempunyai tujuan tertentu"
"Tan cianpwe, bolehkah kami mengirim orang untuk membantu Siau hong bilamana diperlukan?" tanya Pek Hong.
"Aku rasa tidak perlu, agaknya lo-pangcu sudah mempunyai persiapan yang matang tentang hal ini"
"Kalau memang begitu bagus sekali, kita pun tak usah menguatirkannya lagi"
Ucapan itu mempunyai arti ganda, yakni Cu Siau hong telah diserahhan kepada mereka, seandainya terjadi apa-apa, maka pihak Kay pang lah yang akan bertanggung jawab.
Tan Tiang kim adalah seorang jago kawakan yang berpengalaman, sudah barang tentu ia memahami apa yang dimaksudkan oleh Pek Hong.
Tapi sebagai jago kawakanpun dia mempunyai cara kerja yang kawakan pula sekalipun memahami namun lagaknya seakan-akan tak tahu, malah sambil tertawa katanya kepada Pek Bwe.
"Saudara Pek, malam itu Lo pangcu dan Siau hong telah keluar bersama?"
"Benar!�" sahut Pek Bwe sambil manggut--manggut.
Dia mengerti, walau pun diluaran Tan Tiang kim bertanya kepadanya, dalam kenyataan dia hendak memberitahukan kepada Pek Hong, agar Pek Hong tahu bahwa diantara Cu Siau hong dengan lo-pangcu sebenarnya sudah mempunyai suatu ikatan hubungan yang erat, dia sebagai orang luar tentu saja tidak memahami duduk persoalan yang sesungguhnya, jadi diapun tak usah kuatir apa-apa.
Bukankah lopangcu dan Cu sauhiap telah berbicara empat mata sampai lama sekali?" Kembali Tan Tiang kim bertanya:
"Benar, benar mereka berdua tampaknya amat cocok satu sama lainnya, pembicara-an telah dilangsungkan amat akrab"

Pek Hong yang mendengar perkataan menjadi tertegun, kemudian serunya dengan cepat:
"Ayah, mengapa aku tidak mengetahui tentang kejadian ini!"
Tiada pertarungan yang tidak berbahaya, apalagi sepanjang jalan pihak lawan telah merobohkan anggota Kay pang dengan ilmu to lip to hoat jiu hoat, dari sini terbukti kalau musuh adalah seorang jago silat yang memiliki ilmu silat sangat lihay.
Sekalipun Cu Siau hong memiliki sembilan bagian kesempatan untuk berhasil, toh ia masih memiliki satu bagian kemungkinan untuk kalah, itulah sebabnya Tan Tiang kim berusaha untuk menanamkan semacam kepercayaan dan keyakinan bahwa pemuda itu cukup mampu untuk bertindak tanpa kemungkinan mengalami kekalahan, dengan demikian cara kerja merekapun bisa jauh lebih luwes tanpa harus dibebani pelbagai pikiran.
Setelah mengambil keputusan didalam hatinya, Pek Bwe segera berkata sambil tertawa.
"Ya, mereka memang berbicara dengan akrab sekali sehingga aku sendiripun dilarang turut mendengarkan, aku juga tak tahu apa yang telah mereka bicarakan di dalam pertemuan tersebut.
Kini persoalan telah dibicarakan dengan jelas, bukan hanya Pek Hong saja yang mengerti, malah Tang Cuan yang polos pikirannya pun memahami sepenuhnya.
Maka sambil mengangguk Tang Cuan berkata:
"Maksud loya-cu, diantara Siau hong dengan lo pangcu agaknya telah terjalin satu ikatan janji, bukan begitu?
"Oooh ..... kalau soal itu sih tak nanti bisa dipahami oleh orang-orang yang berada diluar garis"
"Kalau memang diantara mereka berdua sudah mengadakan suatu perjanjian, tentu saja persoalan mana merupakan persoalan pribadi mereka berdua sendiri..
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . betul!" serunya, "kini yang dilakukan pangcu kami dengan Siau hong bukan cuma tidak diketahui oleh kalian, sekalipun kami pun juga tak ada yang tahu"
Tang Cuan tertawa, kembali ia berkata.
"Padahal para jago Kay pang berdatangan ke Siang yang tak lain karena persoalan Bu khek bun kami, dalam lal ini Bu khek bun merasa tak sanggup untuk membayarnya, jangan toh baru seorang Cu Siau hong sekalipun meminta kami semua anggota Bu khek bun untuk turun tangan bersama pun tak nanti kami akan menolak"
Tang ciangbunjin, kerajaan punya hukum, dunia persilatan punya peraturan, kami pihak Kay pang telah berhutang kepada Bu khek bun, setiap anggota Kay pang dari lo pangcu, para pejabat sampai anggota yang paling rendah memikirkan persoal-an ini dihati, boleh dibilang tindakan kami sekarang untuk membalas budi, bisa juga dikatakan kami sedang berbakti demi umat persilatan, tapi setelah kami melangkah lebih ke dalam, ternyata diketahui bahwa ke semuanya itu bukan . . . ."
"Lantas karena apa?".
"Menolong diri sendiri, apa yang menimpa Bu khek bun tak lebih hanya merupakan suatu permulaan saja, untung permulaan tersebut diketahui kita semua dengan cepat".
`0ooh....?"
"Kay pang mempunyai banyak jago lihay yang berada di sini, tapi lo pangcu tidakmengutus mereka, sebaliknya meminta bantuan dari Cu Siau hong, kesemuanya ini menerangkan betapa seriusnya masalah ini, selain membantu Kay pang sesungguhnya kalianpun sedang membantu segenap umat persilatan yang berada di dunia ini"
Setelah dikenakan topi tinggi, kontan saja Tang Cuan serta Pek Hong tak sanggup berkata apa-apa lagi, selain merasa sedih merekapun merasakan suatu kenyamanan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Bagaimanapun juga Pek Bwe jauh lebih berpengalaman, katanya sambil tertawa.
"Pengemis tua, perkataanmu memang benar, Lo-pangcu bisa memandang tinggi Siau hong, hal ini merupakan suatu kebanggaan baginya. seluruh Bu khek bun ikut berbangga akan hal itu, tapi subonya dan suhengnya toh tak bisa dibilang hanya duduk belaka sambil menyaksikan perkembangan da-ri peristiwa itu, kalau toh pihak Kay pang telah mengutus orang untuk memberikan bantuan bilamana perlu, rasanya Bu khek bun juga sepantasnya mengirim beberapa orang jagoannya untuk memberikan bantuan"
Mendengar ucapun tersebut, Tan Tiang kim lantas bangkit.
"Bagaimanapun juga jahe makin tua memang semakin pedas, tampaknya sulit untuk menampik kehendak mereka itu, kenapa tidak diluluskan saja dengan cepat?"
Berpikir sampai di situ ia lantas berkata: "Yaa, memang sudah. . seharusnya berbuat demikian, aku pikir bila kalian ingin me-ngutus orang, alangkah baiknya jika merekapun mengubah sedikit wajahnya agar tidak ketahuan lawan.
"Baik dengan situasi dunia persilatan yang serba kacau sekarang, tampaknya memang lebih baik jangan berkelana dengan wajah yang sesungguhnya"
"Sebetulnya kami telah mempersiapkan suatu cara yang amat baik untuk menghadapi lawan" kata Pek Hong. "malah kami ada rencana uutuk mengundang Tan cianpwe guna merundingkan persoalan ini bersama-sama, tapi setelah -ada perkembangan seksrang Ini. tamp.akitya rencana kami itu tak perlu,di laksanakan tagi"
"Rencana apa? Bolehkah dibeberkan dulu kepada aku si pengemis tua?"
"Boleh saja, cuma sekarang belum waktunya, lagipula rencana ini muncul dari idenya Siau hong, aku rasa lebih baik masalah ini dibicarakan lagi menanti dia sudah pulang dengan selamat"
"Baiklah!" ucap Tan Tiang kim kemudian sambil tertawa getir. "kalian berencana ingin mengutus beberapa orang?"
'Anggota Bu khek bun tinggal beberapa orang ini saja, kalau hendak pergi, tentu saja kami akan pergi bersama!"
"Aku rasa hal itu kurang baik". cegah Tan Tiang kim, paling banter hanya dua orang yang boleh turut serta"
'Biar aku yang pergi!` seru Tang Cuan cepat.
"Baik It-ki jugal berangkat....." seru Pek Bwe cepat, "Siau hong telah menolongmu, sekarang kaupun balas menyumbangkan sedikit tenagamu demi kepentingan Siau hong"
Tang Cuan dan Tiong It ki segera mulai berdandan dan menyaru wajah mereka..
-ooo0ooo-

DALAM pada itu, ketika Cu Siau hong tiba didepan pintu gerbang, Sin jut dan Kui meh telah menanti didepan pintu.
Tampaknya persoalan yang terjadi amat serius dan penting, kedua orang anggota Kay pang itu telah berdandan menjadi dua orang pelayan.
Sin Jut serta Kui Meh memang sesung-guhnya berwajah cakap maka setelah berdandan wajah mereka tampak semakin polos dan menarik.
Kedua orang itupun menyoren sebilah pedang dipunggungnya.
Sambil tertawa Cu Siau hong berkata:
"Kenapa kalian berdua telah merubah dandanannya menjadi begini rupa..
Kui Meh Ong peng segera tertawa pula, sahutnya.
"Inilah yang dinamakan Harimau menempuh seribu li makan daging, anjing menempuh seribu li makan najis, bil kami harus dibandingkan dengan Cu kongcu, sudah barang tentu selamanya tak dapat bisa menyusul"
"Oooh.. apa maksudmu?"
"Sekarang kami adalah pelayan Cu kongcu" kata Ong peng menerangkan, "bukankah kongcu sudah mempunyai tiga orang dayang? Kini bisa ditambah lagi dengan dua orang pelayan, hal mana pasti akan semakin menjunjung tinggi tingkat kedudukan kongcu"
"Aaah ..... kejadian semacam ini hanya menurunkan derajat kalian berdua saja, eeh... mana yang lain?"
"Mereka sudah berangkat lebih dulu". sahut Tan Heng cepat, "kini, kitapun harus segera berangkat'
"Baik, mari kita berjalan sambil berbin-cang"
"Padahal kami sendiripun kurang begitu jelas tentang masalah ini" kata Ong Peng, "konon, tugas kita adalah untuk menghadang sebuah kereta kuda, lo pangcu telah berpesan agar segala sesuatunya menurut perkataan kongcu, kami harus bersikap seolah-olah kami memang benar-benar pelayannya kongcu '
"Apakah kalian berdua sudah tahu kereta kuda itu kini diparkir di mana ?"
"Soal itu tak perlu kongcu risaukan, sebab anggota perkumpulan kami akan segera mengabarkan tempat tersebut kepada kita bertiga"
Dibawah petunjuk dari para anggota Kay pang yang berada di sepanjang jalan, dengan cepat mereka bertiga telah berhasil menyusul kereta kuda tersebut .......
Yang bertindak sebagai kusir kereta adalah seorang nenek yang rambutnya telah beruban semua, wajahnya dingin dan kaku seakan-akan semua orang di dunia ini telah berhutang banyak kepadanya dan sampai sekarang belum dibayar.
Kereta itu masih berada di jalan raya beberapa li di kota sebelah selatan, jelas penjagaan yang dilakukan pihak Kay pang ketat sekali, beberapa puluh li di luar kota sudah berada di bawah pengawasan mereka.
Walaupun jalan raya itu luas namun orang yang berlalu lalang sedikit sekali.
Ketika mereka tiba beberapa puluh kaki di depan kereta tersebut, mendadak dari belakang sebatang pohon telah melompat keluar seorang anggota Kay pang yang segera berbisik:
"Kereta didepan itulah sasaran kita, hati-hati dengan cambuk panjang dari si nenek itu dia telah melukai puluhan orang anggota perkumpulan kita"
Cu Siau hong manggut-manggut, dia segera memperlambat langkahnya dan pelan-pelan maju ke depan.
Dalam waktu singkat, kereta itu telah tiba di depannya.
Sewaktu selisih jarak kedua belah pihak masih ada tiga empat kaki mendadak kere-ta itu berhenti.
Melihat jalan perginya dihadang orang si nenek yang berada diatas kereta itu menarik muka kemudian berkata dengan dingin.
"Bocah muda tampaknya kau telah bosan hidup."
"Tidak aku masih ingin hidup seratus tahun lagi, aku belum ingin mati apalagi dalam usiaku yang masih begini muda"
Dengan sorot mata yang tajam nenek itu mengawasi sekejap seluruh tubuh Cu Siau hong, setelah itu tegurnya:
"Bila tak ingin mati mengapa kau menghadang didepan kereta kami?"
"Aku rasa jalan raya ini bukan hanya khusus untuk dilalui kereta saja, manusiapun boleh melewatinya"
Si nenek berambut putih itu segera tertawa dingin.
"Betul manusiapun boleh melewati jalan raya ini" sahutnya, "cuma kalau kau tidak berniat menghindari kereta, maka tubuhmu akan tergilas oleh roda-roda kereta"
"Oya? aku mempunyai pandangan lain, aku rasa kereta ini belum tentu bisa menggilas orang sampai mati"
Dengan geramnya nenek berambut putih itu mendengus dingin.
"Orang muda, apakah kau ingin mencobanya?"
"Betul, aku memang ingin mencobanya"
"Hei bocah cilik, tampaknya kau memang ada maksud untuk mencari gara-gara dengan kami?"
'Nyonya tua, kalau kau beranggapan demikian, Yaa .... apa boleh buat lagi!"
Tiba-tiba nenek berambut putih itu mengayunkan cambuknya dan segera diayun-kan ke depan.
Diiringi suara desingan angin tajam, cambuk tersebut segera menyambar ke muka.
Siau hong mendengus dingin, jengeknya:
"Hei nenek, kenapa kau sembarangan melukai orang?"
Tangan kanannya segera diangkat dan menyambar cambuk panjang itu, kemudian di betotnyn keras-keras.
Begitu Cu Siau hong membetot, ternyata nenek itupun turut membetot sekuat tenaga.
Jadinya kedua belah pihak saling membetot dan saling bertahan dengan sepenuh tena-ga.
"Taass. . " tiba-tiba cambuk panjang yang diperebutkan itu patah menjadi dua bagian.
Menyaksikan kejadian itu, paras muka si nenek berambut putih itu segera berubah hebat, teriaknya:
"Bocah keparat, rupanya kau memiliki kepandaian juga!"
Tampak tirai kereta sedikit bergoyang, tahu-tahu ada dua bintik cahaya putih meluncur keluar.
Cahaya putih tersebut bukan saja datangnya amat cepat, lagipula kecil sekali, sama sekali tidak membawa setitik desingan a-ngin. seranganpun.

Sambil tertawa dingin Cu Siau hong segera berseru:
"Inilah sebab dari kematian mereka!"
Seraya berkata dengan cepat dia berkelit sejauh tujuh delapan depa dari posisi semula.
Sin jut dan Kui meh yang ada disisinya mendadak menyerbu kedepan sambil berteriak keras:
"Aduh celaka, ditengah hari bolong kalian berani berbuat kejahatan hendak membunuh orang"
Sembari berkata, tubuh mereka telah mendekati kereta tersebut.
"Kembali!" bentak Cu Siau hong dengan suara keras.
Tapi sayang terlambat selangkah, tirai kereta itu kembali tampak bergerak, Sin jut dan Kui meh segera roboh terkapar diatas -tanah.
Cu Siau hong yang menyaksikan kejadian itu segera berkerut kening, secara secepat kilat dia melompat kedepan ke kereta itu.
Begitu sampai didepan kereta, pedangnya turut diloloskan pula dari sarungnya.
Tampak cahaya tajam berkelebat lewat, tiga ekor kuda yang menarik kereta itu tiba-tiba kabur kedepan.
Meski kudanya tetap kabur, ternyata keretanya masih tetap terhenti ditempat se-mula.
Rupanya dalam kilatan cahaya pedang yang menyambar lewat tadi, Cu Siau hong telah mematahkan tali pengikat antara sang kuda dengan kereta itu, sehingga dengan demikian tiga ekor kuda itupun bebas dari belenggu.
"Blaaammm. . ." kereta yang berada dibagian muka segera terjatuh keatas tanah.
Gerakan pedang dari Cu Siau hong itu cepat bagaikan sambaran petir tahu-tahu ujung pedangnya telah menuding kehadapan wajah si nenek berambut putih itu.
Tapi gerakan tubuh dari nenek berambut putih itupun cepat sekali, belum lagi pedang Cu Siau hong menyambar tiba, orangnya sudah melayang dulu kesamping.
Cu Siau hong segera memutar pedangnya secepat kilat, "Taass, taass . !" tirai yang menutupi ruang kereta itu tahu-tahu rontok keatas tanah"
Ternyata ia cukup cekatan, gerakan tubuhnyapun amat cepat, begitu tirai kereta terjatuh ke tanah, tubuhnya segera menjatuhkan diri ke belakang dengan gerakan jembatan gantung.
Menyusui kemudian dia berjumpalitan beberapa kali dan menggelinding sejauh li-ma depa lebih, kemudian baru melejit bangun..�
Empat titik cahaya perak yang amat menyilaukan mata menyambar lewat dikala Cu Siau hong menjatuhkan tubuhnya ke belakang tadi.
Entah senjata rahasia apa yang digunakan, ternyata sambaran senjata tersebut sama sekali tidak menimbulkan suara, begitu terkena korbannya segera roboh terkapar.
-ooo0ooo-
BAGIAN 30
CU SIAU HONG telah melejit bangun, kemudian sambil membalikkan badan ia menubruk ke arah nenek berambut putih itu.
Dengan jurus pedangnya yang begitu a-neh, belum sempat nenek itu menghindarkan diri, ujung pedang Cu Siau hong telah menempel diatas tenggorokannya.
Nenek itu menjadi tertegun serunya kemudian:
"Sekarang aku sedang marah, hawa napsu membunuhku sangat tebal, bila kau masih belum ingin mampus, lebih baik jangan sembarangan bergerak" ancam Cu Siau gong segera
'Lepaskan dia?" tiba-tiba dari balik kereta bergema suara seruan yang amat merdu.
"Besar amat lagakmu!" dengus Cu Siau hong dingin."
Terdengar suara keleningan yang merdu, seorang gadis berbaju hijau yang berparas cantik pelan-pelan berjalan keluar dari dalam ruang kereta kuda itu.
Dengan suatu gerakan yang cepat, Cu Siau hong menotok jalan darah nenek itu dengan tangan kirinya, kemudian ujarnya dingin.
"Dengarkan baik-baik, kedua orang pembantuku telah terluka ditangan kalian, maka sekarang si nenek itupun telah kulukai deng-an ilmu totokan khususku . ... '
Nona cantik berbaju biru itu memperhatikan Cu Siau hong sekejap, kemudian tersenyum ujarnya:
"Telah terluka oleh suatu ilmu khusus?"
Aku ingin melihat, macam apakah yang disebut sebagai ilmu totokan khusus itu?"
"Oooh... jadi nona bermaksud untuk mencoba apakah bisa membebaskan totokan tersebut atau tidak?"
"Aku rasa ilmu menotok jalan darah yang berada di dunia ini hampir sama satu sama lainnya, aku rasa kata totokan khusus tersebut kurang tepat cara penggunaannya"
Cu Siau hong segera maju selangkah dan menahadang jalan pergi nona cantik berbaju hijau itu, kemudian katanya dengan dingin:
"Nona kedua orang pembantuku itu telah terluka oleh senjata rahasia apa?'
Bukankah kau pandai mempergunakan ilmu menotok jalan darah khusus? Apakah tak bisa kau saksikan sendiri mereka telah terluka oleh senjata rahasia macam apa?"
'Nona, senjata rahasia yang ada dikolong langit berjumlah ratusan macam banyaknya, bahkan memetik daunpun bisa diipakai untuk melukai musuh, sambaran bunga dapat membunuh orang, aku hanya bisa melihat kalau senjata rahasia yang nona gunakan itu bukan terbuat dari besi biasa"
Emmm... setelah kudengar beberapa patah katamu itu dapat kusimpulkan kalau kau memang mempunyai sedikit pengetahuan."
Mendadak Cu Siau hong menukas dengan suara yang keras:
"Nona, berhati-hatilah kau!"
Tiba-tiba saja dia melancarkan sebuah tusukan pedang ke depan..
Tampak cahaya tajam berkelebat lewat nona cantik berbaju hijau itu segera terdesak mundur sejauh dua langkah.
Dengan wajah kaget bercampur terce-ngang nona cantik berbaju hijau itu segera mengawasi lawannya sambil berseru:
"Benar-benar suatu kepandaian yang he-bat, ilmu pedang yang luar biasa.."
"Kau terlampau memuji!"
Pedangnya kembali digerakan melakukan suatu tusukan kesamping, ujung pedang itu segera menyergap keatas tenggorokan nenek berambut itu ....
"Tahan, buru-buru nona cantik kerbaju hijau itu berseru.
Ujung pedang itu segera berhenti hanya satu inci saja dari atas tenggorokan nenek itu.
"Apa yang hendak kau lakukan? nona berbaju hijau itu menegur.
"Apa lagi? Tentu saja membunuh orang."
"Kau hendak membinasakan dirinya?" tanya nona cantik berbaju hijau itu dengan wajah tercengang.
"Mengapa tidak? Baik atau buruk, aku akan membuktikan kepadamu kalau aku memiliki kemampuan untuk membinasakan di-rinya"
Nona cantik berbaju hijau itu segera manggut-manggut, ujarnya kemudian.
"Aku sudah begini dewasa, sepanjang jalan kemari beratus-ratus li sudah kutempuh, tapi baru pertama kali ini kujumpai ada orang yang sanggup memaksa aku mundur dalam serangannya yang pertama, cuma sekali pun kau membunuhnya juga sama sekali tak akan bermanfaat bagi dirimu pribadi!"
"Apakah nona tidak berharap aku mem-bunuhnya?"
"Benar!"
"Boleh saja, tapi akupun berharap agar kedua orang pelayanku itu sadar lebih dulu.
TIBA-TIBA saja sikap si nona cantik berbaju hijau itu berubah menjadi lemah lembut, sambil mengangguk dia menjawab:
"Baiklah, aku akan segera menolong mereka!"
Ia lantas membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Sin-jut serta Kui--meh, kemudian berjongkok di sisinya.
Kurang lebih seperempat jam kemudian, pelan-pelan dia baru bangkit berdiri.
Ketika dia berjongkok tadi, punggung-nya menghadap ke arah Cu Siau-hong, o-leh karena itu Cu Siau-hong sama sekali tidak melihat dengan jelas apa saja yang telah dia lakukan.
Akan tetapi, sewaktu dia bangkit berdiri kembali, lamat-lamat tampak air keringat membasahi wajahnya.
Agak tergetar juga perasaan Cu Siau-hong menghadapi kenyataan tersebut, segera serunya.
'Agaknya nona lelah sekali"
Nona cantik berbaju hijau itu segera menghembuskan napas panjang, katanya:
"Apakahkau ingin menyaksikan sendiri senjata rahasia apakah yang telah melu-kai mereka?"
Dengan mempersiapkan diri sebaik-baik nya untuk menghindari segala kemungkinan yang tak diinginkan, Cu Siau-hong mengangguk.
"Baik . . . akan kusaksikan sendiri senjata rahasia macam apakah itu.''
Pelan-pelan nona cantik berbaju hijau itu menjulurkan tangan kirinya ke depan.
Diantara telapak tangannya yang putih dengan ke sepuluh jari tangannya yang runcing dan ramping, tampak ada dua batang jarum yang tipis sekali masing-masing sepanjang lima hun.
Cu Siau hong telah memperhatikan ben-da itu dengan seksama, namun dan tidak berhasil mengenali benda apakah itu.
"Tahukah kau, senjata rahasia apakah ini?' tanya nona cantik berbaju hijau itu kemudian.
Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Belum pernah kusaksikan senjata rahasia semacam ini, tentu saja aku tidak dapat mengenalinya" dia menjawab.
Perlukah kuberitahukan hal ini kepadamu?"
"Dengan senang hai! aku akan membu-ka telingaku lebar-lebar"
"Benda ini bernama Toan hun ci (duri pemutus nyawa), diujung senjata ini telah kupolesi dengan suatu obat pemati rasa, yang sangat kuat, itulah sebabnya barang siapa terkena senjata rahasia ini, dia sege-ra akan jatuh tak sadarkan diri, sekalipun tampaknya mereka roboh terkapar, sesungguhnya belum mati, cuma saja benda itu akan segera menyusut begitu terkena aliran darah panas, satu jam kemudian sari obat tadi a-kan hancur menjadi berkeping-keping dan turut mengalir didalam peredaran darah manusia, dua belas jam kemudian obat ta-di baru akan menyerang kedalam jantung, nah pada saat itulah sang korban baru benar-benar mati"
"Oooh... betul-betul teramat keji!"
"Sekalipun amat keji dan berbahaya namun sang korban sama sekali tidak merasakan penderitaan apa-apa, mereka akan mati dalam keadaan tidak sadar sama sekali."
'Benda apakahyang kau pergunakan un-tuk membuat duri pemutus nyawa ini . ." tanya Cu Siau hong tiba-tiba.
"Selama hidua jangan kau harap bisa melihatnya, sebab benda itu terbuat dari sejenis tumbuh-tumbuhan yang sangat a-neh, semacam senjata rahasia yang bersifat alam''
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap kearah Sin jut dan Kui meh, kemudian katanya:
'Kenapa mereka belum juga mendusin?'
''Sekarang daya kerja obat itu belum luntur samna sekali, tapi dengan cepatnya mereka akan mendusin kembali"
''Apakah ilmu silat mereka akan mende-rita kerugian?"
''Sama sekali tidak, sebab senjata raha-sia yang bersifat alam ini hanya akan memabukkan manusia saja, setelah sadar kembali, segala sesuatunya akan tetap seperti sedia kala'
'Nona, asal mereka benar-benar tidak menderita kerugian apa-apa, maka akupun tak akan mencelakai si nenek ini"
'Apakah kau yang bernama Cu Siau hong? Tiba-tiba nona cantik berbaju hijau berta-nya.
"Benar"
"Tampaknya kau adalah orang yang sangat teliti"
Cu Siau hong menghela napas panjang.
"Tampaknya nona sangat memahami ten-tang diriku?" katanya.
"Jadi kau yang membunuh Keng Ji kongcu"
"Benar"
"Tidak gampang ilmu silat yang dia miliki lumayan sekali dan lagi diapun seorang yang cermat dan seksama"
"Persoalannya akupun amat cermat dan lagi ilmu silat yang kumilikipun lumayan juga, oleh sebab itu diapun tidak beruntun dan mati diujung pedangku"
'Oooh...."
"Apakah nona berhasrat untuk membalas-kan dendam bagi kematiannya?"
"Aku sama sekali tidak mempunyai rencana itu"
"Maka kaupun telah menyelidiki dengan jelas segala sesuatu tentang diriku ?"
"Tahu diri tahu lawan, setiap pertempuran baru bisa menang, tapi kenyataannya kau sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang diriku".
'Terhadap Keng Ji kongcu pun tidak banyak yang ku ketahui"
"Kau terlalu percaya pada dirimu sendiri"
"Nona terlalu memuji''
Sementara itu Sin jut dan Kui meh telah bangun dan duduk.
Cu Siau hong segera berkata:
'Kalian sudah terkena semacam senjata rahasia yang sangat aneh milik nona ini, untung saja dia telah menyelamatkan kalian"
Sin jut dan Kui meh saling berpandangan sekejap, kemudian katanya bersama:

''Kongcu lah yang telah menyelamatkan kami"
"Tak bisa dibilang aku yang telah menolong kalian, sebab bila nona ini enggan turun tangan, terpaksa aku hanya bisa membalaskan dendam untuk kalian"
Tiba-tiba terlintas hawa gusar diatas wajah nona berbaju hijau itu, bentaknya dengan cepat:
''Cu Siau hong, kau mengatakan dirimu sanggup untuk membunuh aku?"
"Paling tidak aku dapat membunuhnya"
Dengan dingin nona itu berkata lagi.
"Sekarang kau boleh menyingkir dari situ, aku hendak membebaskan jalan darah nya yang tertotok, kemudian .....'
"Tunggu sebentar, biar aku bertanya dulu kepadanya sampai jelas kemudian baru nona demontrasikan keahlianmu untuk membebaskan dirinya dari pengaruh totokan"
'Kau sukar dihadapi, juga cerewetnya setengah mati"
Cu Siau hong sama sekali tidak menggubris ucapan itu, dan mengerling sekejap ke arah Sin jut dan Kui meh, kemudian katanya.
"Cobalah untuk menghatur napas, apakah ilmu silat yang kalian miliki masih utuh ataukah menderita gangguan besar"
Sin jut dan Kui meh kembali saling berpandangan sekejap, kemudian dengan sangat berhati hati mereka mencoba untuk menga-tur pernapasan.
Cu Siau hong dengan pedang terhunus bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, sepasang matanya mengawasi gerak gerik nona berbaju hijau itu tanpa berkedip.
Lebih kurang seperempat jam kemudian, Sin jut dan Kui meh baru menyelesaikan semadinya, setelah mendeham pelan sahut-nya.
"Kami sangat baik, ilmu silat yang di milikipun sama sekali tidak mengalami gangguan"
Cu Siau hong segera menyingkir kesamping kemudian katanya:
"Nona, sekarang kau boleh mencoba untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok."
Sistim perotokan jalan darah yang dipergunakan olehnya itu berasal dari kitab pemberian si kusir kuda Lo liok, sebetulnya berasal dari perguruan manakah kepandaian itu, Cu Siau hong sendiripun tak tahu.
Tapi Cu Siau hong dapat merasakan bahwa kepandaian tersebut sama sekali berbeda dengan ilmu menotok jalan darah dari perguruannya.
Nona berbaju hijau itu segera maju ke depan dan pelan-pelan berjongkok diatas ta-nah, setelah memeriksa keadaan yang diderita si nenek berambut putih itu dengan seksama, secara beruntun dia melepaskan tiga buah pukulan diatas tiga buah jalan darah penting ditubuh nenek tersebut.
Dengan sorot mata tajam, Cu Siau hong mengawasi terus gerak gerik tangan si nona berbaju hijau itu, setelah diamatinya beberapa waktu, dia berkata:
'Nona, bila caramu membebaskan totokan tersebut keliru, kemungkinan besar akan be-rakibat jiwanya terancam bahaya maut, oleh sebab itu kuanjurkan kepada nona, agar jan6gan keras kepala.
Nona berbaju hijau itu sama sekali tidak berpaling, sepasang tangannya secara gen-car menotok sekujur tubuh nenek berambut putih itu.
Tampak keringat telah membasahi seluruh tubuh si nenek dengan derasnya, jelas dia- memang merasakan suatu penderitaan yang luar biasa sekali.
Kembali nona berbaju hijau itu merubah gerakan tangannya, dari totokan kini berubah menjadi tepukan tiada hentinya dia menepuk seluruh badan nenek itu.
Cu Siau hong yang menyaksikan kejadian itu segera berkerut kening, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu di-urungkan.
Mendadak secara berbareng nona berbaju hijau itu menggerakkan sepasang telapak tangannya dan secara beruntun melepaskan tiga buah pukulan yang menghantam enam buah jalan darah penting ditubuh nenek tersebut.
Nenek berambut putih itu segera menghembuskan napas panjang, pelan-pelan dia bangkit dan duduk.
Nona berbaju hijau itupun bangkit berdiri, sambil membalikkan badan dan meman-dang sekejap ke arah Cu Siau hong, katanya:
Benar-benar sangat hebat, rupanya kau telah menotok Khi keng pat-mehnya...''
"Benar, memang jalan darah pada khi kheng pat meh yang telah kototok, tapi toh akhirnya berhasil juga nona bebaskan"
"Tapi kau telah membuang banyak waktu, juga membuat popo harus merasakan penderitaan yang cukup lama."
"Yaaa, apa boleh buat, terpaksa aku harus berbuat demikian, siapa suruh nona terlalu keras kepala?"
Nona berbaju hijau itu tertawa hambar, katanya kemudian:
''Untung saja Cia popo memiliki dasar tenaga dalam yang baik, sedikit penderitaan tersebut masih sanggup dia tahan"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
''Ilmu totokant jalan darah semacam ini tampaknya bukan berasal dari perguruari Bu khek bun'`
"Apa pula sangkut pautnya antara hal ini dengan diri nona?''
"Darimana kau pelajari ilmu menotok jalan darah tersebut?''
"Kenapa? Apakah hal inipun ada sangkut pautnva dengan dirimu?''
''Betul, besar sekali sangkut pautnya, sebrab ilmu menotok jalan darah yang kau gunakan itu bukan kepandaian silat dari dar-atan Tionggoan'
,Agak tergetar juga perasaan Cu Siau-hong setelah mendengar perkataan itu, segera pikitrnya.
"Mungkinkah ilmu silat yang kuperoleh dari kitab tersebut bukan ilmu silat dari daratan Tionggoan"
Terdengar nona berbaju hijau itu berkata lagi.
"Cu Siau hong apa hubunganmu dengan Thian san siang koay (Sepasang manusia aneh dari Thian san)?"
'Thian san siang koay?"
`Benar"
'Aku belum pernah bertemu dengan mereka"
"Ilmu menotok jalan darah yang kau pergunakan itu merupakan ilmu khas milik Thian san siang koay, bila kau tak pernah mengenal dengan mereka, kenapa kau gunakan kepandaian silatnya?"
"Ilmu silat yang berada didunia ini sumbernya adalah satu, sekalipun ilmu menotok jalan darah yang kupergunakan mempunyai kemiripan dengan ilmu menotok jalan darah Thian san siang koay, toh bukan berarti Thian san siang koay yang mewariskan kepandaian tersebut kepadaku".

Nona cantik berbaju hijau itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia ber-kata.
''Sekarang, aku sudah mempercayai satu hal yakni au memang sanggup untuk membunuh Keng Ji kongcu"
"Dalam kenyataan keng Ji kongcu memang tewas ditanganku, tapi entah hubungan apakah yang terjalin antara nona dengan Keng Ji kongcu?'
"Kalau kukatakan, maka akan terjadi lah suatu akibat yang benar-benar menakutkan"
"Oya "
"Tapi jika kau bersikeras ingin mendengarnya, dengan senang hati akan kusampaikan kepadamu'.
Apa yang bakal terjadi akhirnya akan terjadi juga, sekalipun aku tak bersedia mendengarkan juga tak bisa merubah kenyataan ini betul bukan ..... ?"
'Hanya ada satu hal yang berbeda, bila kau tidak tahu, mungkin saja kami akan melewatkan kesempatan hal ini dengan begitu saja, bila kau sudah tahu, terpaksa kami akan membuat perhitungan denganmu sampai impas, sekarang kau boleh memilih sendiri'
''Aku pikir lebih baik aku memilih untuk mendengarkan''
Dengan dingin nona berbaju hijau itu segera berseru:
'Cu Siau hong, apakah kau bersikeras ingin tahu?"
"Benar! Aku tak pernah menyukai suatu pekerjaan yang membingungkan, maka harap nona bersedia untuk menjelaskan.''
'Dengarkanlah baik-baik..... Keng Ji kongcu adalah suhengku, juga merupakan bakal suamiku, setelah kau membunuhnya, pantas tidak bila aku membuat perhitungan dengan mu?"
Pelan-pelan Cu Siau hong mengangguk.
'Yaa, memang sepantasnya kalau membalaskan dendam baginya"
"Bagus sekali, dan sekarang aku hendak membalaskan dendam bagi kematiannya"
"Oleh karena itu sepanjang jalan kau melakukan pembantaian, membunuh banyak sekali anggota Kay pang?'
"Kau toh bukan anggota Kay pang, Apa sangkut pautnya persoalan ini dengan dirimu?"
"Suatu pertanyaan yang bagus sekali, ke-tika Keng Ji kongcu membawa para pendekar pedang macan kumbang hitamnya me-nyerang perkampungan Ing gwat san ceng dan membunuh puluhan orang anggota Bu khek bun kami, apakah hal ini tiada sangkut pautnya dengan diriku?'
"Nona berbaju hijau itu tertegun beberapa saat lamanya, kemudian menyahut.
''Tentu saja ada hubungannya!"
''Nona, tampaknya kau adalah seorang yang tahu peraturan"
"Aku memang selalu tahu aturan.!"
"Kalau tahu aturan, pembicaraan jadi lebih gampang untuk dilakukan lebih jauh."
Nona berbaju hijau itu menghembuskan napas panjang, tukasnya tiba-tiba:
Perhitungan tersebut lebih baik tak usah kita perhitungkan lagi, sekali pun hen-dak diperhitungkan juga tak bakal menjadi beres"
"Maksud nona..."
"Kali ini aku datang sendiri kemari sesungguhnya hanya ada satu maksud saja .. .. "
''Membalaskan dendam bagi kematian calon suamimu?" tukas Cu Siau hong tiba--tiba.
''Bila kau berkata demikian, maka ucapanmu itu tak bisa dianggap salah, cuma selamanya aku sulit untuk menerangkan dulu duduknya persoalan sampai jelas, perlu kau ketahui perkawinanku dengan Keng Ji kongcu baru disetujui oleh angkatan tua, sedangkan aku pribadi sama sekali belum memberi jawabannya!'
"Kenapa?"
"Sebab dia sangat romantis, aku per-nah dengar orang berkata, dia adalah seorang lelaki hidung bangor, yang paling gemar main perempuan."
"Oooh..? '
"Tentang soal ini, apakah kau juga tahu?'
"Tidak begitu jelas" jawab Cu Siau hong "sebab aku tidak lama bertemu dengan Keng Ji kongcu"
"Sekarang dia telah mati, perduli aku datang dengan kedudukan sebagai apa, sudah sewajarnya bila kubalaskan dendam bagi kematiannya!"
"Betul!'
"Sekarang kau masih ada pesan terakhir apa yang hendak kau tinggalkan? Cu Siau hong?"
"Pesan terakhir sih tak ada, cuma aku ingin mengadakan suatu perjanjian dengan nona''
"Baik, katakanlah, asal bisa kukabulkan pasti, tak akan kutampik"
"Didalam pertarungan yang bakal berlangsung nanti, hanya melibatkan kau dan aku saja, bila aku mati, dendam sakit hati nona sudah terlampiaskan, maka kaupun tak boleh mencari anggota Bu khek bun yang lain untuk membuat perhitungan"
"Tapi bila aku yang mati pasti ada orang yang datang mencari dirimu lagi"
''Bila aku membunuhmu, maka keadaan-nya bertambah berlarut-larut, terpaksa akupun akan bertahan terus sampai mati''
Nona berbaju hijau itu menghela napas panjang, katanya.
"Padahal belum tentu benar demikian, Keng Ji kongcu telah membunuh kalian orang-orang Bu khek bun, bukankah kalian tetap mencarinya untuk membalas dendam? Bila aku membunuhmu, aku rasa pasti ada pula orang-orang yang akan datang mencariku untuk membuat perhitungan"
"Kerajaan ada wet hukum, dunia persila-tan ada peraturan, bila seorang telah me-langgar hukum, dia sudah sepantasnya kalau dijatuhi hukuman sesuai dengan apa yang diperbuat, tapi bila seorang telah melanggar peraturan dunia persilatan, bukankah diapun harus menerima hukuman yang setimpal pu-la dari para jago persilatan sesuai dengan perbuatan yang telah ia lakukan?."
"Kau maksudkan Keng Ji kongcu memang sudah sepantasnya mati?''
"Benar Keng Ji kongcu telah membunuh puluhan orang anggota Bu khek bun, dian-taranya terdapat beberapa orang perempuan dan pelayan yang sama sekali tak mengerti ilmu silat, coba katakanlah apakah dia pantas untuk mati?"'
Nona berbaju hijau itu termenung sejenak lalu katanya.
''Meskipun dia pantas untuk mati, itu kan dipandang menurut sudut pandanganmu sendiri, mengapa aku tidak memikirkannya pula dari sudut pandanganku?"
"Kalau berbicara dari sudut pandangan itu, tentu saja keadaannya berbeda, kau seharusnya membalaskan dendam baginya, seringkali budi dan dendam pribadi bisa membunuh keadilan dan kebenaran, aku yakin delapan puluh persen umat manusia yang berada di dunia sekarang, mempunyai cara berpandangan seperti nona"

Nona berbaju hijau itu segera tertawa, katanya kemudian:
'Cu Siau-hong, tampaknya kau adalah seorang yang sangat memakai aturan dalam pembicaraan maupun tindakan"
"Terlalu banyak aturan yang berlaku dalam dunia persilatan, hal ini dikarenakan aturan-aturan tersebut dipandang orang dari sudut pandangan yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, tapi hal yang sebenarnya hanyalah satu, itulah sebabnya seringkali akan muncul banyak teori dan keadaan yang beraneka ragam"
''Aaai .... lebih baik tak usah kita bicarakan tentang masalah-masalah tersebut, sekarang kita membicarakan persoalan diantara kita sendiri saja"
"Silahkan nona berbicara, aku akan mendengarkannya dengan penuh seksama."
''Aku hendak membalaskan dendam bagi kematian Keng Ji kongcu!"
"Nona, akupun tak akan membiarkan diriku dibunuh tanpa melawan, diantara kita berdua tampaknya harus melakukan suatu pertempuran yang paling seru.
"Ya, benar, karena sudut pandangan maupun teori yang dipegang masing-masing pihak saling bertolak belakang.
"Betul!" kita memang memandang persoalan itu dari sudut pandangan masing-masing pihak"
Pelan-pelan nona berbaju hijau itu mengangguk, katanya kemudian:
'Kau menggunakan pedang?'
"Betul, senjata apa yang nona pakai?"
"Senjataku berada didalam sakuku. Bila mana saatnya untuk digunakan sudah sampai, sudah pasti akan kugunakan secara otomatis."
"Maksud nona, kau hendak menerima beberapa jurus seranganku dengan tangan ko-song.
"Benar, silahkan kau turun tangan!"

No comments: