Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 22

Oleh : Tjan ID

'Ucapan pangcu memang benar!"
"Aku pikir, entah dia muncul dalam bentuk apa dan menampakkan diri dimana, cara yang paling sempurna untuk menutupi jejaknya adalah kematian"
"Dalam dunia ini memang tiada persoalan lain yang lebih mudah dilupakan orang dari pada suatu kematian"

"Benar! Itulah sebabnya mengapa ia tak pernah dicurigai orang selama ini"
"Kalau begitu, dia adalah seorang manusia?"
"Sulit untuk dikatakan! Tak ada orang yang kenal dengannya, juga tak tahu apa kedudukannya sekarang, menurut pendapat aku si pengemis tua, entah dia menam-pakkan diri dimana dan pada saat apapun, mungkin penampilannya itu tak akan menarik perhatian orang atau perkataan lain dia selalu menampakkan diri dalam kedudukan masyarakat yang rendah"
"Lo pangcu, apakah kita perlu me-lakukan pemeriksaan, benarkah dia sudah mati sungguhan atau tidak?"
"Bukan soal perlu atau tidak, tapi kita harus melakukan pemeriksaan tersebut"
Mau perika sih mudah saja! Tapi bagai mana, caranya kita lakukan pemeriksaan ter-sebut?"
"Soal itu, tergantung adakah orang yang bersedia membantu usaha kita, kalau berbicara menurut watak Tiong buncu, bila dalam anggota Bu khek bun kedapatan ada yang mati, maka dia pasti akan mengubur jenazah secara wajar dan baik"
"Tentu saja demikian"
"Nah inilah titik terang yang bisa kita gunakan sebagai pangkal penyelidikan kita'
"Perlukah kita membuka peti mati untuk melakukan pameriksaan?'
'Persoalannya sekarang adalah sekarang dia berada dimana? Dimana jenasahnya di kuburkan?"
Kali ini Cu Siau hong tidak mengangguk, juga tidak menggeleng.
Melihat itu, Ui lo pangcu segera menghembuskan napas panjang, katanya lebih jauh:
"Pek Bwe lote, menurut jalan pemikiranku, tempat jenasahnya dikubur sudah pasti tak terlalu jauh letaknya dari perkampungan Ing gwat san ceng."
Pek Bwe dan Ui pangcu segera menengok kembali ke wajah Cu Siau hong.
Si anak muda itu masih tetap duduk dengan tenang di tempat tanpa mengangguk ataupun menggeleng.
Pek Bwee lantas mendeham beberapa kali, katanya:
"Kalau begitu tempat jenasah itu dikubur pasti sukar sekali ditemukan. "
"Mungkin juga orang yang mengubur jenasahnya telah mengalami musibah semua, sehingga tak ada orang yang tahu dimanakah letak tempat penguburannya?"
Paras muka Cu Siau bong kelihatan amat sedih, namun ia tidak bergerak ataupun mengucapkan sepatah katapun.
Pek Bwe segera berkerut kening lalu mendeham berat, ujarnya kembali:
"Lo pangcu, kelihatannya persoalan ini rada sedikit merepotkan"
"Yaa, memang ada sementara persoalan yang tak bisa terlampau dipaksakan ....."
Cu Siau hong mendongakkan kepalanya dan memandang kedua orang itu sekejap, kemudian tertawa getir.
''Pek lote" kata Ui pangcu kemudian, "aka rasa mungkin ada banyak orang yang tahu akan persoalan ini, kenapa kita tidak mencari orang lain untuk ditanyanya?"
Kali ini Cu Siau hong memberikan reaksinya, kembali dia menggelengkan kepala-nya berulang kali.
Ui Pangcu segera tersenyum, katanya:
"Pek lote, dalam persoalan ini, jangan biarkan terlalu banyak orang yang tahu"
Kembali Cu Siau hong mengangguk.
"Saudara Pek, aku lihat kita pikirkan kembali persoalan ini pelan-pelan, siapa tahu bisa kita pikirkan suatu cara yang lebih praktis dan sempurna?" Pelan-pelan Cu Siau hong bangkit berdiri kemudian katanya:
"Boanpwe ingin mohon diri lebih dahulu"
"Baik! Kau boleh berangkat selangkah lebih duluan, setelah lelah seharian penuh memang sepantasnya kalau kau pergi beristirahat"
Cu Siau hong segera membalikkan badan dan pelan-pelan berlalu dari tempat itu.
Memandang bayangan punggung Cu Siau hong yang menjauh, Pek Bwe menghembus-kan napas panjang katanya:
"Lo pangcu, bocah ini terlalu muda, tidak tahu aturan, bila telah melakukan kesalahan harap lo pangcu jangan marah!"
"Saudara Pek, aku dapat melihat bahwa perasaannya amat gundah dan berat sekali"
Bila orang muda bisa memegang janji hal ini tak akan merugikan kepribadiannya dan kejadian tersebut merupakan suatu per-buatan yang baik, lohu merasa tidak leluasa untuk terlampau menegurnya"

"Aku mengerti, kitalah yang telah menyusahkan dia, mana mungkin kita akan menegurnya lagi?'' .
"Sungguh, bijaksana lo pangcu mengha-dapi setiap persoalan, lohu merasa kagum sekali"
Ui pangcu segera tertawa.
"Pek lote, kalau didengar dari pembica-raan Siau hong, agaknya pena wasiat me-mang benar-benar telah berkunjung ke per-kampungan Ing gwat san ceng, sedangkan kitab pusaka Bu beng kiam bok tersebut rupanya juga merupakan hadiah dari pena wasiat ....... '
'Yang membuat lohu keheranan adalah pena wasiat tak pernah melibatkan diri da-lam pertikaian dunia persilatan, kenapa ia bisa menghadiahkan sejilid kitab Kiam boh kepada Cu Siau hong? '
''Pek lote" kata Ui pangcu dengan wajah serius, "Aku rasa persoalan ini tak akan terlepas dari dua alasan, pertama pena wasiat telah menetapkan ahli warisnya dan Cu Siau hong mungkin merupakan pilihannya."
"Oooh. . . soal ini bukankah sedikit agak berbeda dengan cara kerja Pena Wasi-at pada umumnya? Bukankah cara kerja pena wasiat selamanya amat rahasia?"
"Bila pertanyaan ini kau ajukan kepadaku lebih awal sendiri, maka akupun tak akan mampu untuk menjawabnya, tapi sekarang aku si pengemis tua telah berha-sil menelusuri sedikit akan duduknya persoalan'
"Lohu siap mendengarkan penjelasan!'
"Orang yang berhak memegang pena wasiat selain musti jujur dan bijaksana, yang paling penting lagi adalah dia harus memiliki ilmu silat yang sangat lihay serta ji-wa yang sosial dan tidak serakah akan pahala dan kedudukan, orang orang semacam ini tak mungkin bisa dibina sedari kecil, melainkan harus dicari dari antara pendekar--pendekar sejati yang telah ada didalam dunia persilatan, ternamanya Tiong buncu da-lam dunia persilatan menunjukkan kalau dia punya pamor mungkin diapun termasuk salah seorang pilihannya untuk menggantikan kedudukannya si pemegang pena wasiat terse-but, oleh karena itu pula baru tersiar beri-ta bahwa pena wasiat telah datang keperguruan Bu khek bun"
Berbicara sampai disini, mendadak ia menutup mulut.
Pek Bwe menghela napas panjang, kata-nya:
"Leng kang memang cukup jujur dan bi-jaksana, tapi ilmu silatnya masih belum cukup untuk menduduki jabatan memegang pena wasiat, Lo pangcu tak usah ragu-ragu lagi untuk berbicara, apa yang ingin kau katakan, utarakan saja secara terus terang"
"Menurut dugaan aku sipengemis tua, Pena wasiat telah berkunjung ke Bu khek-bun mungkin telah melakukan pula suatu penyelidikan yang seksama, setelah mengeta-hui kalau Tiong buncu merupakan anggota persi-latan yang secara langsung terlibat di-dalam pertikaiannya dan merasa tidak co-cok dengan syarat sebagai pemegang pena wasiat, maka pilihannyapun terjatuh pada Cu Siau hong. Tentu saja, Cu Siau hong pun merupakan pilihan permulaan saja, sedang mengenai cara untuk merahasiakan indenti-tasnya, tentu saja kematian merupakan suatu tindakan yang paling tepat"
Pek Bwee mengangguk tiada hentinya.
"Benar dengan kecerdaaan dan kebijaksanaan Siau hong, dia memang merupakan pilihan yang paling baik tapi menurut pandangan lohu agaknya dia tidak memiliki suatu kewibawaan, apakah hal ini cocok untuk menjabat sebagai pemegang pena wasiat?"
"Soal ini? Aku seorang pengemis tuapun mempunyai semacam pandangan yang berbeda, Cu Siau hong termasuk diantara orang yang berwajah gagah, dapat menegakkan keadilan dan kebenaran, juga tidak terlalu-
mempersoalkan segala tetek bengeknya masalah, tindakannya untuk menampung Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan merupakan suatu bukti yang nyata dari kebesaran jiwanya, tapi juga merupakan suatu tindakan yang tepat selain dari pada itu, untuk menolong Tiong It ki merupakan suatu tindakan yang belum tentu bisa tercapai meski telah mengorbankan nyawa puluhan orang jago lihay pun tentu saja cara yang digunakannya itu hanya Cu siau hong seorang yang bisa mempergunakannya, bila berganti orang lain belum tentu dia memiliki syarat yang cukup untuk menaklukkan ketiga orang siluman perempuan tersebut''
"Aaaai... lo pangcu, akupun masgul karena persoalan ini, bagamanapun juga tindakan Siau hong untuk menerima ketiga o-rang siluman perempuan itu untuk selalu mendampinginya bukan merupakan tindakan yang baik, tapi apa yang harus kita lakukan? Harap lo pangcu bersedia memberi putunjuk untuk mengatasi hal ini'
"Aku rasa, soal ini tak perlu kalian risaukan, walaupun aku tidak mengerti soal ilmu perbintangan, namun pengalamanku selama puluhan tahun hidup menjadi manusia, membuat pandanganku terhadap orang lain jarang keliru."
"Lihk Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan merupakan perempuan-perempuan cabul yang sudah amat termashur namanya dalam du-nia persilatan, bagaimana mungkin Bu khek bun bisa menerima mereka? Sekalipun sebelum matinya Leng kang telah meninggalkan pesan yang mengijinkan Siau hong bertindak sekehendak hatinya tanpa terikat oleh peratur-an Bu khek bun, tapi bila ia sampai melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dengan membawa serta beberapa orang cabul itu, maka harus ditaruh ke manakah nama baik perguruan? Apalagi dia masih muda, berdarah panas dan besar gairah hidupnya, andaikata kena terangsang oleh pancingan yang berani ketiga orang budak tersebut, bukankah kejadian ini akan mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang memalukan?"
Ui Pangcu segera tertawa.
''Lote, kalau toh sudah tidak terbelenggu oleh peraturan perguruan Bu khek Bun dan mengapa pula kau harus menguatirkan baginya?'.
"'Lo pangcu, agaknya kau sama sekali ti-dak merasa kuatir akan persoalan ini?"
'Kuatirpun apa gunanya?. Dalam kenyataan, cara kerjanya sudah merupakan suatu tindakan yang baik, Pek lote, seandainya Tiong It ki belum tertolong sekarang, dapatkah Bu khek bun menerima permintaan dari ke tiga orang perempuan itu?"
''Soal ini.. . soal ini...'
Sambil tertawa Ui pangcu segera berkata:
"�Aku percaya, Bu khek bun pasti akan menyetujui permintaannya, waktu itu Bu- khek bun sudah pasti bukan memikul suatu beban yang berat sekali ...."
"Tapi Cu Siau hong telah meluluskannya itu berarti kamipun tak dapat menampiknya lagi.
''Paling tidak, dalam perasaan kalian tak akan terdapat beban terlampau berat"
"Maksud pangcu.."
"Maksud lohu, bila Cu Siau hong bisa bertindak bijaksana tanpa mempersoalkan hal-hal yang kecil....''.

Mendadak ia berhenti berbicara, wajahnya berubah menjadi amat serius, pelan-pelan lanjutnya:
''Pek lote, semenjak pena wasiat muncul dalam dunia persilatan, sudah banyak manusia munafik yang dibongkar kedoknya sehingga ketenangan yang meliputi dunia persilatan selama ini boleh dibilang merupakan pemberian dari pada wasiat, tapi keadilan meningkat satu depa, kejahatan meningkat satu tombak, sekalipun pena wasiat berhasil membongkar kedok kemunafikan se-mentara orang, namun hal itu justru telah mendesak pula kaum laknat dan manusia keji itu untuk menyembunyikan dirinya semakin rapat, dari laporan Tiang kim dapat kuketahui semua kejadian dalam kebun raya Ban hoa wan, kekuatan serta pengaruh yang begitu besarnya tak mungkin bisa terbentuk dalam satu hari saja, apalagi sudah puluhan tahunan dalam dunia persilatan dalam ketenangan mustahil secara tiba-tiba bisa masuk sekelompok kekuatan yang demikian besarnya, oleh sebab itu menurut pendapat lohu, sudah pasti kelompok kekuatan itu telah dibina banyak tahun, cuma tindak tanduk mereka terlampau rahasia dan gerak geriknya a-mat misterius sehingga sulit buat orang lain untuk menduga asal usulnya "
''Benar juga perkataanmu itu, misalnya saja Keng Ji kongcu itu bukan cuma ilmu silatnya saja yang sangat lihay, pengetahuan nya pun luas sekali, agaknya ilmu silat yang dipelajarinya berasal dari satu aliran yang sama ..... .
"Nah itulah suatu titik kelemahan" sela Ui pangcu.
Pelan pelan ia bangkit berdiri, kemudian melanjutkan:
''Pek lote, kau boleh pergi, berhubung masalahnya terlampau besar, mungkin soal ini tak bisa dibicarakan sampai jelas dalam dua tiga patah kata saja. Kitapun tak usah menduga-duga yang tidak-tidak, malam sudah larut, silahkan Pek lote kembali ke kamar un-tuk beristirahat"
Persoalan itu memang terlampau berat dan besar, Pek Bwe sendiripun tahu kalau persoalan ini tak mungkin bisa dibicarakan lebih jauh, maka ia lantas beranjak dan mohon diri. .
Dia tidak segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat, melainkan berbelok menuju ke kamar tidurnya Cu siau hong.
Cahaya lampu menerangi ruangan itu, sambil bertopang dagu Cu Siau hong sedang memandangi sinar lentera itu dengan termangu:
Ketika mendengar suara langkah mendekat Cu Siau hong baru mendongakkan kepalanya, jelas perasaannya sangat berat dan gundah sehingga dia memusatkan perhatiannya ke satu arah sambil mengulapkan tangannya, Pek Bwe menegur:
"Nak, kau belum tidur?"
Cu Siau hong bangkit berdiri dan mengambilkan secawan air teh untuk Pek Bwe, setelah itu katanya dengan lirih:
"Boanpwe sedang memikirkan beberapa persoalan!''
"Apa yang kau pikirkan?..
`Aaaai... boanpwe masih muda dan tak tahu urusan, setelah kululuskan permintaan Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo-tian untuk membawanya keluar dari kebun raya Ban hoa wan, sekarang aku tak tahu bagaimana caranya untuk menempatkan me-reka? '
Setelah memperoleh petunjuk dari Ui pangcu, pikiran dan cara berpandangan dari Pek Bwe jauh lebih terbuka. sambil tertawa katanya.
'Kenapa? Jika belum tahu bagaimana ca-ranya untuk menyelesaikan persoalan mereka, kenapa kau meluluskan permintaan nya?'
"Waktu itu boanpwe hanya bertujuan untuk menolong It ki sute, sekalipun mereka ajukan syarat yang lebih tinggi, aku tetap akan meluluskannya tak kusangka. . ."
"Tak kau sangka kalau akhirnya akan mendatangkan banyak kesulitan bagimu?" sam-bung Pek Bwe.
''Saat ini boanpwe sedang mengawali kesulitan tersebut"
"Coba katakan agak jelas kesulitan maceam apakah yang sedang kau alami sekarang'
"Boanpwe merasa masih banyak urusan yang harus segera diselesaikan, akan tetapi aku tak tahu harus menitipkan ketiga orang budak itu dimana?"
"Bukankah Tang ciangbunjin telah setuju untuk menerima mereka sebagai anggota Bu-khek bun.
"Telah boanpwe pikirkan hal ini, tapi aku rasa tindakan tersebut kurang baik"
Diam-diam Pek Bwee berpikir:
"Bagaimanapun juga, bocah ini sudah banyak membaca buku, kecerdikannya memang jauh melebihi orang lain"
Tapi diluar, sengaja dia bertanya:
"Bagian manakah yang kau rasakan kurang baik?"
'Mereka bertiga adalah orang-orang yang sering kali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pamor mereka kurang baik, jika dibiarkan berada dalam Bu khek bun, aku kuatir sikap mereka kurang baik, aai....! Tang ciang bunjin terlalu serius dan sukar bergaul dengan mereka, apalagi mereka pun mempunyai banyak permainan busuk, takutnya tindak tanduk mereka akan menimbulkan banyak kejadian yang tak di inginkan"
''Betul juga perkataanmu itu" ucap Pek Bwee, "bagaimana pun juga ke tiga orang budak itu merupakan manusia-manusia cabul yang sudah termashur dalam dunia persilatan, padahal ciangbun suhengmu terlampau jujur dan polos, memang agak susah baginya untuk menghadapi mereka"
"Itulah sebabnya boanpwe merasa kuatir sekali"
"Siau hong, aku dapat melihatnya." termasuk si pengemis tua Tan Tiang kim, tampaknya ketiga orang dayang itu hanya mengagumi kau seorang, oleh sebab itu hanya kau saja yang dapat membawa serta mereka bertiga, ilmu silat yang dimiliki ketiga orang budak itu rata-rata hebat sekali, orangnya juga amat cerdas dan cekatan, bila kau sertakan mereka disisimu, jelas sudah mereka merupakan pembantu-pembantu yang bisa diandalkan, bila dikemudian hari watak mereka bisa dirubah, siapa tahu kalau mereka bertiga dapat berubah menjadi orang-orang yang berguna?"
" Aaai . . . loya cu, boanpwe pun berpikir demikian, tapi selama aku lagi menyelesaikan persoalan, kalau bisa kulakukan seorang diri, sebab membawa serta mereka sungguh merupakan suatu beban bagiku"
Pek Bwe segera tertawa.
"Disinilah letak kesulitannya, kau telah meluluskan permintaan orang, tentunya kau tak akan lepas tangan dan tidak mengurusinya lagi bukan?" demikian katanya.
Cu Sung hong termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
''Loya cu, Siau hong telah berhasil menemukan dua tempat yang bisa digunakan untuk menampung mereka, cuma saja, aku masih memerlukan bantuan dari loya cu"
''Aku bisa membantumu? Coba katakan"

'Kay pang adalah suatu organisasi yang amat besar, tentunya tak menjadi soal bu-kan bila ditambah lagi dengan beberapa o-rang murid? Apalagi peraturan perkumpulan itu sangat ketat, mereka pasti tak akan berani melanggarnya secara gegabah"
"Cara ini memang cukup bagus, sayang mereka adalah perempuan, selamanya pihak Kay pang tidak menerima anggota perem-puan"
"Bagaimana dengan perkumpulan Pay kau?"
"'Pay kau? Waah.... aku si orang tua tak punya akal"
"Loyacu kau orang tua ........."
Buru-buru Pek Bwe menggoyangkan ta-ngannya berulangkali sambil berseru keras.
"Siau hong, tak usah mengenakan topi kebesaran kepadaku, loya-cu tak suka menggunakan topi semacam itu"
"Loya cu, apakah kau benar-benar tidak mau mengurusinya?'' kata Cu Siau hong kemudian sambil tertawa getir.
"Mengurusi? Bagaimana cara mengurusi-nya? Kalau menghadapi persoalan macam be-gini mah aku benar-benar tidak mempunyai kepandaian untuk mencampurinya"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Padahal, untuk melepaskan keleningan paling tepat kalau orang yang memasang keleningan itu sendiri, kalau toh kau telah mengundang datang ketiga orang dayang itu.. maka sudah seharusnya kau sendiri yang mencari akal untuk menyelesaikannya, aku rasa lebih baik biarkan saja mereka turut serta disampingmu'
Cu Siau bong segera menghela napas panjang.
'Aaai... seandainya kalau memang tiada cara lain, terpaksa aku musti berbuat demikian" katanya.
"Bila kau dapat memahaminya, ini lebih baik.
Sesudah mendehem beberapa kali, sambungnya lebih jauh:
"Siau hong semua perkataanmu telah selesai kau ucapkan ...sekarang giliran aku si orang tua yang hendak menanyakan beberapa persoalan kepadamu.�..
"'Boanpwe telah siap untuk mendengarkannya."
"Entah siapa dan macam apakah orang yang mati dalam perkampungan Ing gwat san ceng menjelang datangnya penyerbuan ditengah malam itu aku rasa sudah pasti tak banyak orang yang mengetahuinya bukan?"
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Sebetulnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang tidak menarik perhatian o-rang, tapi seandainya sampai tersiar keluar sudah pasti peristiwa ini akan menggempar-kan seluruh dunia persilatan" kata Pek Bwe kembali.
'Ucapan loyacu memang benar''
"Hal-hal yang maha penting dalam persoalan ini justru terletak disinilah, coba kau pikirkan, seandainya hal ini ditanyakan ke pada orang lain, mungkinkah ... ... . '
Cu Siau hong segera menghela napas panjang tukasnya:
"Dibalik kejadian ini terdapat banyak hal yang amat mencurigakan, boanpwe telah bertekad untuk memeriksanya sampai jelas!'
"Kalau begitu pergilah"
"Baik. . . seandainya persis seperti apa yang loya cu katakan, maka dalam peristiwa ini paling tidak kalau jangan sampai diketahui orang yang terlalu banyak"
"Perlukah persoalan ini kita beritahukan kepada Ui lo pangcu?"
"Soal ini, biarlah kau orang tua yang menentukan."
Pek Bwe lantas manggut-manggut.
"Baik Siau hong, kau bersiap-siap kapan baru berangkat?"
`Besok malam."
Pek Bwe termenung lagi sejenak, kemudian bertanya lebih jauh:
"Siau hong, apakah kurang leluasa kalau dilakukan ditengah hari bolong....
"Boanpwe akan tiba disitu sebelum hari gelap dan turun tangan menjelang kentongan pertama, aai.. untung saja boanpwe sudah mendapat perintah dari mendiang suhu un-tuk tidak terikat oleh peraturan perguruan Bu khek bun, andaikata aku masih terhitung murid Bu khek bun, sudah pasti banyak ge-rak gerikku yang dibatasi oleh peraturan perguruan"
"Disinilah terletak kebijaksanaan serta ketelitian Leng kang dalam berpikir, juga berarti kepercayaannya yang amat besar terhadap dirimu, sehingga kau diberi kesempatan untuk bertindak dengan leluasa"
"Boanpwe merasa amat tarharu dan berte-rima kasih sekali atas kebijaksanaan mendiang suhu, setelah beliau memberi kesempatan yang begini baik kepadaku, sudah sepan-tasnya bila boanpwe mempergu-nakannya sedapat mungkin. . .'
Pek Bwe tertawa.
"Siau hong, beristirahatlah sebentar", katanya kemudian. "besok, kau masih ada uru-san yang harus segera diselesaikan"
Keesokan harinya, Cu Siau hong mengundang datang Lik Hoo, Ui Bwe serta Ang Bo--tan, kemudian pelan-pelan dia berkata:
"Sekarang, kita akan menentukan suatu persoalan yang sangat penting artinya"
"Persoalan apakah itu?" tanya Liok Hoo dengan wajah tertegun dan tidak habis me-ngerti.
"Sekarang, kalian harus menentukan apa-kah masih ingin mengikuti diriku atau tidak?"
Dengan cepat Lik Hoo manggut-manggut.
"Tentu saja kami masih akan terus me-ngikuti Cu kongcu" sahutnya segera.
"Boleh saja bila kalian ingin mengikutiku, cuma sebelumnya aku hendak membicara-kan beberapa buah syarat dengan kalian?"
'Syarat apa?"
''Pertama, kalian harus bertobat serta tak boleh melakukan perbuatan yang melanggar hukum serta adat istiadat lagi."
"Soal ini, kami pasti akan berusaha untuk, menurutinya"
"Kedua, aku adalah seorang yang suka sekali mencari urusan, selama kalian mengikutiku, sudah pasti akan ada banyak kesulitan dan penderitaan yang akan kalian rasakan"
"Kami bersedia mengikuti kongcu, sekali pun harus mati juga tidak menyesal"
"Persoalan ketiga, merupakan persoalan yang mungkin sulit untuk kalian kerjakan"
"Persoalan apakah itu? Harap kongcu katakan"
"Menjaga diri, hubungan kalian denganku tak lebih hanya hubungan dayang, aku harap kalian dapat menjaga diri kalian sebagai seorang budak, dan jangan melakukan hal-hal yang kelewat batas!'
Ui Bwe segera tertawa, katanya:
"Tentang persoalan ini kami sudah cukup memahami, kami akan mengikuti kongcu, melayani kongcu serta mengurusi soal makanan dan pakaian bagi kongcu"

"Kecuali itu, kalian dilarang membunuh orang secara sembarangan" kata Cu Siau hong menambahkan.
"Baik!'
Cu Siau hong segera tertawa, kembali dia berkata:
"Padahal kalianpun tak usah mengikuti aku mencari kesengsaraan, kami bisa men-carikan suatu tempat yang nyaman untuk kalian bertiga tempati . . . "
'Apakah kongcu sudah tidak maui kami lagi?" tanya Ang Bo tan tiba-tiba.
"Itu sih tidak, aku hanya merasa kalian berhak untuk menentukan pilihan"
"Tak usah" tampik Lik Hoo, "Kami su-dah memilih untuk mengikuti kongcu, sam-pai mati kami akan tetap mendampingimu dan keputusan ini tak pernah akan berubah lagi"
"Baiklah, sewaktu masih dirumah dulu aku pernah memakai dayang, aku adalah orang yang pandai sekali mempergunakan dayang."
"Bagus sekali, kami tiga bersaudara pernah melakukan banyak pekerjaan namun belum pernah menjadi dayang orang, maka kami sangat berharap bisa sungguh-sungguh menjadi seorang budak yang sesungguhnya"
Cu Siau hong tertawa.
"Kalian jangan terburu gembira dulu" ka-tanya, "Bila kalian sudah menjadi dayangku nanti, kalian pasti akan mengatakan bahwa aku adalah seorang lelaki yang amat sukar dilayani, apalagi soal makanan, aku bisa banyak bicara"
"Kongcu soal semacam itu tak perlu kau kuatirkan lagi, kami tiga bersaudara pernah belajar memasak selama beberapa hari, asal mau bersungguh-sungguh, masakan kami ti-dak terhitung terlalu jelek"
"Diam-diam Cu Siau hong lantas berpikir.
"Tampaknya ketiga orang dayang ini su-dah bertekad untuk mengikuti diriku terus"
Berpikir demikian, dia. lantas berkata.
''Kalian tak perlu masuk menjadi anggo-ta Bu khek bun lagi, ikuti saja diriku pribadi!"
Ang Bo tan segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Sejak meninggalkan tempat itu dulu, budak sekalian memang telah bertekad untuk -turut serta bersama Kongcu sungguh tak di-sangka apa yang kami harapkan akhirnya tercapai juga . "
"Hari ini, aku hendak meninggalkan kota Siang yang sementara waktu untuk menyelesaikan suatu persoalan......
"Apakah akan membawa serta kami bertiga?" Lik Hoo segera bertanya.
"Justru karena kurang leluasa untuk membawa serta kalian bertiga maka aku harap kalian mau tinggal dulu disini..."
"Baik, cuma sampai kapan kongcu baru akan kembali?"
"Paling cepat malam nanti juga sudah kembali, atau paling lambat besok tengah hari"
"Hanya sehari?"
"Benar tempat ini merupakan markas sementara perkumpulan Kay pang, keamanannya terjamin, cuma selama tinggal disini, ada baiknya bila kalian bertindak lebih berhati-hati lagi ........"
"Hati-hati soal apa lagi?" Sela Lik Hoo, "tempat ini toh sudah aman dari gangguan, kami harus berhati-hati terhadap soal apa-lagi?"
"Hati-hati dengan tingkah laku kalian sendiri jangan sampai menerbitkan lelucon yang tak lucu"
Paras muka Lik Hoo kontan saja berubah menjadi merah padam lantaran jengah, katanya:
"Tak usah kuatir kongcu, kami pasti tak akan membuat kongcu kehilangan muka, mulai sekarang kami semua akan menjadi seorang perempuan yang bersih dan jujur"
''Semoga saja demikian . . ."
Setelah berhenti sejenak, dan melanjutkan.
"Kalian boleh bersiap-siap sekarang, ha-ri ini aku ingin bersantap siang yang le-zat dan penuh kenikmatan, setelah itu baru keluar rumah untuk manyelesaikan urusan`
Tiga orang perempuan itu saling berpan-dangan sambil tertawa kemudian bersama-sama mengundurkan diri dari situ, betul juga mereka turun kedapur untuk mempersiapkan hidangan.
Koki yang memasak nasi menjadi bingung menyaksikan tiga orang nona besar yang cantik jelita mendadak menyerbu masuk, lalu yang memasang api yang mencuci sayur mereka bertiga tanpa menggubris pandangan keheranan orang dan turun tangan sendiri.
Jangan dilihat ketiga orang itu adalah perempuan-perempuan jalang yang telah termashur namanya dalam dunia persilatan, namun kepandaian mereka membuat sayur ternyata luar biasa sekali.
Mendekati tengah hari, mereka telah mempersiapkan delapan macam hidangan yang amat lezat. Yang mengeluh justru sang kokinya, sebab bahan masakan yang dipilih tiga'orang perempuan itu hanya bagian-bagian yang paling baik, seperti misalnya untuk sawi, mereka hanya mengambil sedikit ay-sim nya saja. sedang sisanya di tinggal dengan begitu saja.
Cu Siau hong mencicipi ke delapan macam masakan itu satu per satu, lalu sambil tertawa katanya:
"Kepandaian memasak kalian bertiga sungguh luar biasa sekali"
"Aaah, sudah lama kami tak pernah turun ke dapur, rasanya tangan masih rada kaku, kongcu ...."
Cepat-cepat Cu Siau hong mengulapkan tangannya seraya berkata:
"Aku hanya berkata masih lumayan juga, tidak terhitung sangat baik, hanya cukup soal makan saja, entah berapa banyak tenaga dan pikiran yang telah kalian buang?"
"Kongcu, bumbu yang tersedia didapur tidak komplit'' kata Ui Bwe dengan cepat, "coba kalau kami diberi kesempatan untuk berbelanja sendiri, mungkin masakannya akan jauh lebin baik"
"Aaah, kita kan hidup bersama-sama, masalah itu sih tak usah diributkan, apalagi aku hanya ingin mencoba kepandaian memasak kalian saja, hidup sebagai manusia di dunia ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, ambil contohnya saja seperti masak memasak, sekalipun kelihatannya gampang sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang enteng, aku rasa dengan diambil contoh ini, tentunya kalian bisa memikirkan juga masalah-masalah yang lain bukan. . ."
Lik Hoo segara menghela napas panjang, selanya:
"Budak sekalian dapat memahami maksud hati kongcu, kau suruh kami belajar hidup sebagai manusia yang wajar, menjadi seorang perempuan yang benar dan sewajarnya"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Bila kalian sudah memahaminya, hal ini lebih baik lagi" ucapnya kemudian.
"Kongcu, kami berlatih silat apakah termasuk juga suatu perbuatan yang benar?'' tanya Lik Hoo.

"Tentu saja perbuatan yang benar" cepat-cepat Ang Bo tan berseru, mulai sekarang kita akan selalu mengikuti kongcu untuk berkelana dalam dunia persilatan, itu berarti kesempatan untuk bertarung melawan orang pasti akan selalu muncul, bila kepandaian silat kita tak becus, bukan saja mendatangkan kekuatiran bagi kongcu saja, malah kemungkinan besar justru akan merepotkan dirinya''
"Kongcu, perkataan dari sam moy ada betulnya juga, tapi bila tiada orang yang memberi petunjuk kepada kami, rasanya agak sulit bagi kami untuk memperoleh kemajuan''
"Oooh. . . kalian bermaksud hendak meminta petunjuk beberapa jurus silat dariku?
Lik Hoo segera mengangguk.
"Benar, budak sekalipun memang bermaksud demikian"
"Baik, ilmu silat apakah yang ingin kalian pelajari?"
"Kalau bisa budak sekalian ingin mempe-lajari sedikit kepandaian untuk perkelahian bersama, kalau bisa ilmu silat kami bertiga digabungkan menjadi satu dan meleburnya hingga tercipta suatu kerja sama yang kuat bagi kami bertiga"
"Baik, bila aku telah selesai dengan pe-kerjaanku nanti, kalian boleh memperlihat-kan kepandaian silat yang kalian miliki, kemudian akan kucoba memikirkan kepandaian macam apa yang harus kuwariskan agar kalian bisa bekerja sama dalam menghadapi lawan."
"Terima kasih banyak kongcu''
"Kongcu, kali ini kami tak dapat mengiringi kongcu, harap kau bisa baik-baik menjaga diri" bisik Ang Bo-tan kemudian dengan suara lirih..
Nada ucapan tersebut penuh disertai de-ngan perasaan kuatir dan perhatian yang sangat besar.
'"Ehmm....!" Cu Siau hong manggut-mang-gut.
"Budak sekalian pasti akan mempersiap-kan sayur dan arak untuk menantikan kedatanganmu"
'Aku mengerti." kembali anak muda itu tertawa.
Dia lantas beranjak seraya menambahkan.
"Nah sekarang aku hendak pergi, bagaimana menjaga diri kalian sendiri terserah pada kebijaksanaan kalian bertiga, kalau bisa tanamkan dahulu kesan baik orang lain terhadap kalian"
Selesai berpesan dengan langkah lebar dia dantas berlalu dari tempat itu.
Sebuah topi yang besar dan berat menutupi hampir sebagian besar wajah asli Cu Siau hong, dia sedang berangkat menuju ke per-kampungan Ing gwat san ceng.
Walaupun dia berjalan dengan amat ter-gesa-gesa namun sepasang matanya selalu mengawasi setiap perubahan disepanjang jalan.
Untung saja dia belum menemukan orang-orang yang mencurigakan.
Cu Siau hong tidak langsung menuju ke perkampungan Ing gwat san ceng, dia merangkak naik dulu ke atas sebatang pohon besar, kemudian diamatinya tempat yang sudah ditinggali selama setahun itu dari kejauhan,
Gedung Megah yang semula berpeman-dangan alam indah serta penuh diselingi gelak tertawa riang itu kini telah berubah menjadi hening, sepi dan tinggal puing-puing yang berserakan!
Hanya beberapa bulan yang singkat, di dalam halaman telah tumbuk semak belukar yang lebat, memenuhi setiap ruang kosong diantara tembok yang roboh dan tiang yang patah.
-ooo0ooo-
BAGIAN 27
PEMUDA ini memang seorang yang bernyali besar, berotak cerdas dan amat teliti, walaupun dia ingin sekali mendatangi ruang tengah untuk berziarah didepan makam sementara gurunya, namun dia paham, tindakan semacam itu kemungkinan besar akan mendatangkan banyak kesulitan bagi nya.
Itulah sebabnya ia tetap bersabar diri.
Diapun cukup memahami, maksud kedatangannya kemari adalah untuk membuktikan suatu persoalan yang amat penting.
Diam-diam dia lantas merosot turun dari atas pohon dan mencari kuburan baru dari Lo liok si tukang kuda itu.
Diatas kuburan itu telah tumbuh rumput-rumputan hijau.
Sebuah batu nisan yang semula menghiasi pusara tersebut kini sudah lenyap tak berbekas.
Waktu itu mata hari senja sedang memancarkan sinarnya dengan indah, dikejauhan sana tampak petani dan pencari kayu se-dang membawa cangkul dan kayu bakar berjalan pulang ke rumahnya masing-masing'
Tempat ini merupakan suatu tempat yang sepi dan terpencil, Cu Siau hong segera duduk dan memandang awan di angkasa dengan termangu.
Bagi Cu Siau hong, hal ini benar-benar merupakan suatu keputusan yang amat sulit untuk ditentukan.
Sebab untuk membuktikan mati hidupnya Lo Liok, dia harus menggali kuburan dan membuka peti mati untuk membuktikannya.
Burung-burung mulai beterbangan kembali ke sarangnya, kegelapan malam pun mulai menyelimuti seluruh angkasa.
Suasana sekeliling tempat itu mulai diliputi keheningan, keheningan yang membawa keseraman dan kengerian.
Sekarang kentongan pertama sudah lewat namun Cu Siau hong belum juga mengambil keputusan apakah harus menggali kuburan membuka peti mati atau jangan, dia tak tahu bagaimana baiknya, tapi yang pasti harus membuktikan mati hidupnya Lo Liok, apakah dia telah mati benar atau hanya ber pura-pura saja.
Pekikan burung malam berkumandang dari kejauhan memecahkan keheningan malam dan menyadarkan kembali Cu Siau hong dari lamunannya.
Pelan-pelan dia menggeserkan kakinya mendekati pusara itu, kemudian berlutut dan menyembah tiga kali.
"Locianpwe" doanya dengan suara dalam "maafkan kelancangan boanpwe, maafkan perbuatanku yang akan mengusik jenasah kau orang tua, tapi persoalan ini amat penting, boanpwe harus memeriksanya dengan seksama."
"Aaaai.... locianpwe, boanpwe telah berpikir tiga kali, boanpwe merasa kemungkinan kau orang tua berada dalam kuburan amat kecil, itulah sebabnya aku memberanikan diri untuk melakukan kesemua ini ....."
Selesai berdoa ia lantas mulai turun tangan menggali kembali kuburan baru itu.

Gundukan kuburan tanah tersebut memang gundukan tanah yang baru, maka tak lama kemudian peti mati tersebut telah terlihat.
Itulah sebuah peti mati yang berkayu tipis Cu Siau hong masih ingat amat jelas setelah menjumpai peti itu maka dia yakin kalau ti-dak salah tempat.
Ketika peti mati itu dibuka, benar juga di sana tidak dijumpai sesosok bayangan manusiapun.
Dibawah cahaya bintang yang redup ha-nya tampak selembar kain putih yang terlipat rapi dalam peti tadi.
Cu Siau hong segera mengambil kain putih itu dan dibuka lipatannya. ternyata di-dalamnya bertulisan empat bait tulisan yang mirip sebuah syair.
"Aku datang dari tempatku datang,
Aku pergi ke tempatku pergi.
Tiada aku didunia ini.
Apa artinya mencari bukti?"
Untung Cu Siau hong memiliki tenaga da-lam yang amat sempurna sehingga ketajaman matanyapun luar biasa, walaupun tulisan kertas itu tidak jelas, namun dia masih dapat membacanya dengan teramat jelas.
Mendadak terdengar suara helaan napas berkumandang memecahkan keheningan, kemudian kedengaran seseorang menegur:
''Cu kongcu, apa yang tertulis diatas ka-in itu?"
Datangnya teguran tersebut sama sekali tidak diluar dugaan Cu Siau hong, oleh sebab itu diapun sama sekali tidak terkejut atau keheranan, pelan-pelan dia membalikkan ba-dan seraya menengadah.
Tampak Ui lo pangcu dari Kay pang dengan jubah panjangnya berkibar terhembus angin sedang berdiri satu kaki dihadapannya.
Dibelakang pengemis tua itu tampak Pek Bwe.
Dengan cepat dia maju ke depan, kemudi-an pelan-pelan mengangsurkan kain putih itu kedepan..
Apakah cianpwe berdua baru tiba? te-gurnya ..
"Kami telah datang cukup lama" sahut Pek Bwe.
''Karena kami saksikan sauhiap sedang termenung dan sukar mengambil keputusan, maka selama itupun kami tidak mengganggu.' Ucap Ui Lo-pangcu pula.
"Mayatnya telah hilang, yang tertinggal hanya tulisan ini saja" kata Cu Siau hong kemudian.
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Tampaknya dia telah menduga kalau kau akan datang lagi untuk mencari bukti"
Cu Siau hong tidak berkata apa-apa, dia berpaling kemudian mendekati peti mati itu, menutupnya kembali dan dipendam ketempat semula.
Pek Bwe berkata.
"Kalau begitu, si kacung kuda Lo Liok besar kemungkinan adalah penjelmaan dari Pena Wasiat"
"Pek lote dewasa ini kita belum menemukan bukti yang jelas, lebih baik jangan mengucapkan kata-kata yang mengandung ke-putusan" sela Ui lo pangcu cepat.
''Yaa, ucapan lo pangcu memang ada benarnya juga"
Ui Lo pangcu lantas berpaling kembali ke arah Cu Siau hong, setelah itu katanya:
"Cu kongcu, hari ini kita telah mengetahui akan satu hal, yakni si tukang kuda Lo- Liok sesungguhnya bukan seorang manusia biasa'
"Lo pangcu, bila si tukang kuda Lo liok bukan si pena wasiat, lantas siapa pula diri-nya itu?" seru Pek Bwe.
"Sulit untuk dikatakan, mungkin saja dia adalah si Pena wasiat, tapi kemungkinan juga bukan. . .'
Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya lebih lanjut:
"Kini malam sudah kelam dan suasana amat hening, ijinkan aku untuk berbicara terus terang, seandainya orang itu bukan si Pena wasiat, lantas siapakah dia?"
"Hampir sembilan puluh persen orang-orang kenamaan yang berada dalam dunia persilatan pada enam puluh tahun belakangan ini pernah kujumpai diantaranya hanya dua orang saja yang belum pernah kutemui"
"Siapakah mereka?"
"Yang seorang adalah Ban Ci cu, sedang yang lain adalah Pena wasiat"
Rupanya Pek Bwe ada maksud untuk menggunakan kesempatan pada malam ini guna menambah pengetahuan Cu Siau hong dalam memahami seluk beluk tentang dunia persilatan, selain daripada itu juga memberi kisikan kepada Cu Siau hong agar mendengarkan nya dengan seksama.
Maka sambil memberi hormat, dia lantas berkata:
"Pengetahuan dari pangcu amat luas, tentunya kau mengetahui bukan hal-hal tentang Ban Ci cu serta pena wasiat tersebut"
Ui lo pangcu segera tertawa.
"Selama tiga puluh tahun belakangan ini aku si pengemis tua sudah jarang sekali banyak berbicara, agaknya niatku untuk berbicara telah kau pancing pada malam ini''.
Lo pangcu mempunyai kedudukan yang sangat terhormat didalam dunia persilatan, setiap anggota Kay pang juga menaruh hormat yang luar biasa kepadamu, ada banyak hal tidak berani terlalu merepotkan diri pangcu bila boanpwe banyak berbicara..'
Ui lo pangcu segera tertawa, dia mengangkat tangannya mencegah Pek Bwe berkata lebih lanjut, kemudian selanya:
"Dalam dada aku si pengemis tua, terdapat banyak persoalan yang hendak ku utarakan keluar, mungkin juga inilah kesempatan terakhir bagiku untuk berbicara banyak"
'Kenapa lo pangcu harus berkata demikian" sela Pek Bwe, ''kau berusia panjang, bertenaga dalam sempurna, sekalipun harus hidup seratus tahun lagi juga mungkin tak sulit"
Ui pangcu segera tertawa. ''Lahir, dewasa, tua dan mati, semuanya sudah merupakan garis kehidupan yang harus dialami setiap manusia, sedang kata-kata dewa tiada buktinya, sekalipun kenyataan memang begitu juga bukan kita manusia biasa yang dapat mengalaminya, tahun ini aku sudah berusia seratus tahun lebih, padahal jarang sekali ada orang yang bisa hidup setua ini, berarti Thian telah berbaik kepadaku, jika aku masih juga tak puas, bukankah hal ini keterlaluan namanya?"
Tidak membiarkan Pek Bwee menimbrung, Ui pangcu berkata lebih jauh.
"'Walaupun umat persilatan tidak tahu siapakah pena wasiat itu, namun menurut penilaian dari aku si pengemis tua, sudah pasti mereka merupakan jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan, malah mungkin saja salah seorang diantara mereka pernah bersua muka dengan aku sipengemis tua"

"Kalau begitu, lo pangcu sudah tahu akan asal usul mereka?"
Ui pangcu tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya kembali berpesan:
"Apa yang kita bicarakan hari ini hanya boleh keluar dari mulutku dan masuk ketelinga kalian berdua, jangan sekali-kali sampai tersiar kemana-mana''
Dengan hormat Pek Bwee dan Cu Siau hong segera menyahut:
"Soal ini tak usah pangcu kuatirkan, sete-lah mendengar perkatannya itu kami hanya akan mengingatkannya dihati dan tak akan disiarkan kembali kepada siapapun"
''Aku si pengemis tua bukan meminta kepada kalian untuk membungkam dalam seribu bahasa, cuma masalah ini besar sekali pe-ngaruhnya, sepatah kata salah berbicara bisa berakibat datangnya bencana pembunuhan diri sendiri, siapa tahu malah akan menerbitkan badai besar dalam dunia persilatan, a-ku sebagai ketua dari Kay pang lebih-lebih tak boleh sembarangan berbicara, itulah se-babnya apa yang kalian dengar nanti, harap dicatat saja didalam hati, tentang sampai kapan perkataan ini baru boleh dibicarakan kembali, terserah kepada kebijaksanaan dari kalian sendiri'
Pek Bwe mengerti, sebenarnya perkataan tersebut hendak dibicarakan, namun berhubung hal ini menyangkut suatu keadaan yang amat besar, apalagi diapun seorang pangcu dari Kay pang, maka jadinya kurang lelua-sa untuk membicarakan persoalan itu, sebab dia kuatir akan mendatangkan banyak kesulitan bagi Kay-pang, itulah sebabnya dia tetap berusaha untuk menahan diri.
Setelah memahamt liku-likunya persoalan, dengan wajah serius Pek Bwe segera me-ngangguk.
"Aku mengerti, silahkan lo pangcu mem-bicarakannya!" ia berkata.
Ui pangcu pelan-pelan mengangguk, kemudian ujarnya:
"Aku si pengemis tua juga sulit untuk menunjukkan siapakah pena wasiat itu, tapi aku sudah mempunyai suatu lingkungan yang terbatas sekali, yakni satu diantara tiga li-ma orang saja"
"Kalau begitu, pena wasiat tak bisa dikatakan amat misterius sekali bukan?" kata Cu Siau hong.
"Bukannya tidak misterius, cuma dia mempunyai semacam garis kontak yang dapat ditelusuri, berbicara soal misterius Ban Ci cu berpuluh-puluh kali lipat lebih misterius dari pena wasiat" .
"Manusia macam apa sih Ban Ci cu itu?" sela Cu siau hong lagi.
''Mungkin tiada seorang manusiapun yang tahu macam apakah dirinya itu"
Kitab senjata tajam yang dibuatnya tak lebih hanya menunjukkan pengetahuannya yang sangat luas' ucap Pek Bwe, "masakah manusia semacam inipun bisa mendatang-kan mara bahaya bagi dunia persilatan?"
"Catatan senjata tajam hasil karya Ban Ci cu yang tersebar dalam dunia persilatan dewasa ini tak lebih hanya petikan atau risalahnya belaka, Pek lote pernah melihatnya ?"
'Aku pernah melihatnya, tapi bagian yang penyebarannya paling luas dalam dunia persilatan adalah bagian yang membicarakan soal pedang''
'Setelah kau baca risalah tentang pedang, perasaan apa yang kau dapatkan...?''
"Aku merasa bahwa penilaian serta penerangannya amat jelas walaupun tak bisa dikatakan berupa sebuah kitab pusaka ilmu silat, namun diantara perubahan-perubahan jurus pedang yang dibahasnya, banyak terdapat keistimewaan dan kehebatan-kehebatan yang menonjol"
Berapa banyakkah risalah-risalah dari kitab senjata tajam karya Ban Ci cu yang tersebar dalam dunia persilatan, mungkin tiada seorangpun yang tahu..."
"Konon terdiri dari tiga puluh enam buah risalah, delapan belas bagian membicarakan delapan belas macam senjata, tujuh belas bagian membicarakan soal senjata tajam aneh, tapi yang paling penting hanya satu bagian yakni urutan senjata tajam, bagian yang inilah baru merupakan inti dari segenap isi kitab senjata tajam tersebut"
Sambil mengelus jenggotnya Ui pangcu tertawa, katanya:
"Pek lote, siapa yang pernah melihat daftar nama dari kitab senjata tajam itu? Aku si pengemis tua sendiripun harus mengorbankan waktu selama sepuluh tahun lamanya untuk mengumpulkan sembilan bagian, empat bagian di wilayah Kanglam, empat bagian lagi di wilayah Kangpak dan satu bagian lagi berada di wilayah Lenglam, mungkin dari tiga puluh enam bagian yang dikatakan orang, hanya sembilan bagian saja yang terjatuh kedalam dunia persilatan, mungkin hanya sembilan bagian itu saja yang ada, aku benar-benar tak dapat menduga, masih ada siapa lagi yang bisa mengumpulkan lebih banyak dari pada diriku"
"Soal ini . . .'
'Pek lote, mungkin kau masih belum begitu percaya dengan perkataanku ini....."
''Ucapan lo pangcu lebih berat dari pada bukit Thay san, siapa lagi yang berani tidak mempercayainya" tukas Pek Bwe. ..
"Pek lote, kenyataan tetap merupakan kenyataan, kenyataan tak dapat dirubah kare-na pengaruh kekuasaan yang dimiliki seseorang dua puluh tahun lamanya kuperhatikan dengan seksama kemudian sepuluh tahun kulakukan pelacakan dengan jumlah Kay pang yang begini banyak serta tersebar dimana-mana, kami berhasil mengumpulkan seratus tujuh belas bagian risalah dari kitab senjata tajam karya Ban Ci cu, namun setelah dilakukan penelitian yang seksama ternyata risalah yang lain hanya merupakan pengu-langan belaka dari isi sembilan bagian pokok utama, kemudian selama sepuluh tahun lagi aku si pengemis tua selalu memperhatikan persoalan ini, alhasil kami tidak berhbasil menemukan bagian lain kecuali sem-bilan bagian itu"
"Jadi kalau begitu . . . ."
Ui pangcu segera mengalihkan sorot mata nya ke wajah Cu Siau hong, kemudian lanjutnya:
'Pena wasiat bukan terdiri dari satu orang, Ban Ci- cu juga mungkin bukan cuma seorang saja'
"Locianpwe, kalau begitu pena wasiat dan Ban Ci cu hanya merupakan dua julukan be-laka?"
'Yaa, hanya dua julukan belaka, dengan mata kepala sendiri aku si pengemis tua menyaksikan kemunculan pena wasiat didalam dunia persilatan, juga kulihat kitab senjata tajam dari Ban Ci cu tersebar luas dalam dunia persilatan '
'Maksud locianpwe...'
"Aku dapat menyaksikan kegunaan dari pena wasiat, namun tak dapat menyaksikan kegunaan dari kitab senjata tajam karya Ban Ci cu, menurut pendapatku, orang ini cuma berlagak besar saja, tujuannya hanya mem-buat kitab senjata tajam dan menyebarnya dalam dunia persilatan, jadi maksud hati orang ini sampai sekarangpun sukar untuk di jelaskan.!"

"Locianpwe, setelah mendengar penjelasanmu ini, bukankah dengan begitu kitab senjata tajam serta pena wasiat merupakan titik kecurigaan yang sangat besar?"
"Paling tidak, tujuan pena wasiat sudah diketahui umum, sedang tujuan kitab senjata tajam masih belum diketahui orang, dan lagi kecerdasan orang ini tidak berada di bawah pena wasiat, kitab senjata tajam telah menciptakan semacam perasaan misterius bagi umat persilatan sekarang, buktinya perguruan atau aliran mana saja yang berhasil mendapatkan bagian risalah dari kitab itu, mereka lantas menyimpan dan menyembunyikannya bagaikan barang mestika saja''
''Lo pangcu, aku dengar, pihak Siau lim -pay juga lagi mengumpukan risalah-risalah dari kitab senjata tajam, entah jumlah yang berhasil mereka kumpulkan itu telah melampaui jumlah yang diperoleh Kay pang atau belum? '
"Belum, sudah kutanyakan hal ini kepada ketua Siau lim pay, mereka hanya berha-sil mengumpulkan delapan bagian"
"Delapan bagian?"
''Bagian yang tersebar diwilayah Lenglam paling sedikit jumlahnya, hal ini membuat bagian tersebut tidak mudah untuk mengum-pulkannya' .
"Betul, walaupun Siau lim pay mempunyai kekuasaan yang amat besar, namun berbicara soal jumlah anggota, mereka masih kalah dibandingkan dengan Kay-pang'
"Sekarang aku telah berkeputusan untuk menyerahkan kesembilan bagian risalah senjata tajam ini kepada Cu kongcu!"
Mendengar ucapan itu Cu Siau hong menjadi tertegun.
'"Locianpwe kau .....'
"Nak, aku bukan menyayangi dirimu, juga bukan ingin menambahkan semacam tanggung jawab kepadamu, aku hanya merasa bahwa kemungkinan besar kau mampu untuk menyingkap tabir rahasia dibalik kesemuanya ini'' sambung Ui Lo pangcu lebih lan-jut.
"'Tapi tanggung jawab ini terlampau besar"
Ui lo pangcu segera tertawa.
'Nak, apakah kau merasa agak takut'' tanyanya.
"Boanpwe hanya merasa tanggung jawab ini sangat berat, aku kuatir tak dapat memenuhi apa yang locianpwe harapkan"
Ui lo pangcu segera tertawa hambar ujarnya:
"Cu kongcu, aku si pengemis tuapun tak akan membiarkan kau memikul tangung jawab ini dengan sia-sia"
"Maksud locianpwe?"
"Aku si pengemis tua menyimpan beberapa jurus ilmu silat yang ku persiapkan untuk diwariskan kepada Cu kongcu"
Ui pangcu aku rasa hal ini kurang baik'' ucap Pek Bwee setelah termenung sejenak.
"Pek lote tak usah kuatir, ilmu silat yang hendak kuwariskan kepada Cu kongcu itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Kay pang.
Mendengar itu Pek Bwe menghela napas panjang.
''Siau hong, cepat berterima kasih kepada lo pangcu!' serunya.
Cu Siau hong segera bangkit menjura, katanya:
''Boanpwe mengucapkan banyak terima kasih lebih dulu atas kesediaan cianpwe untuk mewariskan ilmu silat kepadaku"
"Tak perlu begitu, sesungguhnya aku si -pengemis tuapun hanya tinggal mengingat rahasia dari ketiga jurus serangan itu saja, dulu memang pernah kulatih, namun sepan-jang hidup belum pernah kugunakan"
"Oooh....."
"Aku sendiripun tak tahu sampai dimanakah kehebatan dari jurus serangan itu, apalagi ketiga jurus ilmu silat itu berada dia-liran antara satu dengan lainnya, jurus pertama datang dari wilayah See ih, jurus ke dua berasal dari lam hay, sedang juus ke-tiga konon bersumber dari kuil Siau lim si namun aku si pengemis tuapun belum per-nah menyaksikan anak murid kuil Siau lim-si pernah mempergurakan jurus ilmu tersebut."
"Lo pangcu, kalau dilihat dari asal mula-mula ketiga jurus ilmu silat itu, yakni dari wilayah See ih, Lam hay dan kuil Siau lim si, bisa diduga kalau kepandaian tersebut tentu amat dahsyat, dengan bakat yang boan-pwe miliki, aku kuatir tak akan mampu un-uk mempelajari kepandaian tersebut"
"Siau hong, ke tiga jurus ilmu silat itu sudah ku simpan selama dua puluh tahun, sampai sekarang belum pernah kuwariskan kepada siapapun lantaran aku belum berhasil menemukan orang yang tepat, hari ini aku telah tertarik kepadamu"
"Locianpwe ......"
"Tak usah menampik lagi Siau-hong" tukas Ui pangcu, 'bila ke tiga jurus ilmu silat itu tidak kuwariskan kepadamu hari ini, kuatirnya kepandaian tersebut akan lenyap dari peredaran dunia persilatan untuk selamanya . ."
"Nak, tak usah banyak bertanya lagi, cepatlah mempelajari jurus kepandaian tersebut!" tukas Pek Bwee.
Kemudian dia membalikkan badan dan segera mengundurkan diri dari tempat itu.
Ui pangcu tidak mengundang balik Pek Bwe, dengan sendirinya Cu Siau hong juga tak enak untuk membuka suara.
Setelah menghabiskan waktu selama satu jam lebih, akhirnya Cu Siau hong berhasil juga menguasahi ke tiga jurus serangan tersebut.
Sambil tertawa Ui pangcu lantas berkata:
'Nak, hebat betul kau, kemampuanmu sungguh tidak membuat aku si pengemis tua merasa kecewa ......
"Boanpwe terlalu bodoh, aku telah membuang banyak waktu berharga dari lo pangcu untuk mempelajari ketiga jurus serangan itu " sambung Cu Siau hong dengan cepat.
Ui Lo pangcu kembali tertawa.
"Nak, kemampuanmu sesungguhnya jauh diluar dugaanku."
'Aaah, boanpwe merasa malu"
Pelan-pelan Ui pangcu mendongakkan kepalanya memandang cuaca, setelah itu katanya:
"Aku masih menduga, asal kau dapat menguasahinya menjelang fajar nanti, kemampuanmu sudah luar biasa, tak tahunya kau hanya membutuhkan waktu selama satu jam belaka"
Setelah berhenti sebentar, dengan mempertinggi suaranya dia lantas berseru:
''Pek lote, sekarang kau boleh kemari"
Pelan-pelan Pek Bwee berjalan mendekat, serunya sambil tertawa:

"Waaah.... aku malah sudah tertidur sebentar"
Mendadak paras muka Ui pangcu berubah menjadi amat serius, lalu ujarnya:
"Aku minta kalian berdua dengarkan baik-baik, apa yang terjadi pada malam ini jangan sekali-kali sampai tersiar keluar .....''
Kemudian sambil mengalihkan sinar matanya ke wajah Cu Siau hong, dia berkata lebih jauh:
''Aku juga bukan suhumu, ketiga jurus serangan itu bukan milikku juga bukan milik -Kay pang"
Tidak menanti Cu Siau hong bukah suara dia berkata lebih jauh:
"Oleh sebab itu kau tak usah berterima kasih kepadaku, juga tak usah membicarakan hal budi karena mendapat warisan ilmu silat, mulai detik ini aku si pengemis tua te-lah melupakan peristiwa ini, aku harap kalian pun turut melupakan hal ini"
`Tapi kenapa?" tanya Cu Siau hong.
"Aku hanya memberitahukan hal ini ke-padamu, tiada alasan lainnya ..... '
"Siau hong, luluskan permintaan dari lo pangcu, lakukan saja seperti apa yang dipesankan" timbrung Pek Bwe.
"Baik, boanpwe akan turut perintah"
Sambil mengelus jenggotnya Ui lo pangou segera tertawa, dari sakunya ia mengeluarkan segulung kain putih, lalu sambil diserahkan kepada anak muda itu ujarnya:
"Siau hong, benda inipun kuserahkan pula kepadamu"
''Benda apa lagi ini?"
"Kitab senjata tajam dari Ban Ci cu, semuanya berjumlah sembilan bagian, sesampainya dirumah nanti, pelajari baik-baik"
"Locianpwe, terlalu banyak kebaikan yang kau berikan kepadaku, boanpwe tak tahu bagaimana harus membalasnya?"
Ui pangcu bangkit berdiri dan membersih-kan debu dari bajunya, lalu katanya:
Nah hanya sekian saja, mari kita pulang."
"Lo pangcu, siapakah pena wasiat itu?" seru Pek Bwe, dapatkah kau mengungkap-kannya sedikit kepada kami, agar menambah pengetahuan kami semua ....? '
''Sebelum aku si pengemis tua mempunyai keyakinan yang bisa dipertanggung jawab kan, aku si pengemis enggan membicarakan nya secara sembarangan, sebab kalau dibicarakan cuma menambah bingungnya orang, marilah kita pulang saja".
Dia lantas berjalan lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Pek Bwe berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau hong, kemudian katanya:
"Nak, sesampainya dirumah, nanti apa-bila kau telah selesai mempelajari ke sembilan risalah tersebut, lebih baik dibakar saja."
"Boanpwe mengerti"
Tiba di kota Siang yang, fajar baru saja menyingsing.
Cu Siau hong langsung kembali kekamar tidurnya.
Belum lagi pintu dibuka, pintu kamar tersebut telah membuka dengan sendirinya.
Kemudian tampak Lik Hoo. Ui Bwee dan Ang Bo tan berdiri tegak didepan pintu.
Cu Siau hong menjadi tertegun dibuatnya, segera tegurnya:
"Apakah semalam kalian tidur disini?"
"Benar, kami tidur disini!'' sahut Ui Bwee.
'Kalian tidur dimana?''..
"Kami tak berani tidur di ranjang kongcu, maka semalam hanya duduk bersemedi belaka" Lik Hoo menerangkan.
Dengan langkah lebar Cu Siau hong segera masuk kedalam kamar tidurnya, benar juga pembaringan itu masih rapi sama sekali tiada tanda pernah ditiduri orang.
''Kongcu, agaknya kau semalam belum tidur'' kembali Lik Hoo menegur pelan.
''Ehmm!''
Ang Bo tan segera menyambung:
'Didapur telah tersedia sayur dan arak buat kongcu, apakah perlu budak ambil untuk sarapan?"
"Baik! ambillah"
Melihat senyuman telah menghiasi bibir Cu Siau hong, pelan-pelan Lik Hoo berjalan mendekatinya.
"Kongcu, kau tampak lelah sekali!" bisiknya.
'Ya, memang agak lelah"
"Mari kupijatkan tubuh kongcu."
Cu Siau hong memang berasal dari keluarga pembesar, sejak kecil dia sudah terbiasa dilayani oleh para dayang, sehingga terhadap kejadian macam itu sudah terbiasa'.
Lik Hoo segera menggerakkan tangannya mulai memijit.
Ui Bwee segera maju dan menghampirinya pula seraya berkata:
'Kongcu, aku pijitkan kakimu!
Agaknya kedua orang budak ini mempu-nyai keahlian khusus dalam kepandaian memijit, ternyata pijitan mereka tidak terlalu enteng juga tidak terlalu keras, rasanya nyaman sekali.
Selang sejenak kemudian, Ang Bo tan telah datang menghidangkan sayur dan arak.
Cu Siau hong segera mulai merasa mengantuk sekali, matanya menjadi berat dan ingin terpejam.
Cu Siau hong mendahar sedikit, setelah itu katanya sambil tertawa:
"Kalian boleh pergi, aku hendak tidur sebentar"
"Kami akan melayani kongcu tidur"
Tiga orang perempuan itu segera turun tangan melepaskan pakaiannya, menarikkan selimut dan dibawah kerubutan tiga orang dayang tersebut, Cu Siau herng segera dibaringkan diatas ranjangnya.
Ternyata ketiga orang perernpuan itupun tahu diri, setelah menyelimuti tubuh Cu Siau hong, diam-diam diapun mengundurkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, mendadak Cu Siau hong dibangunkan dari tidurnya oleh suara ribut yang cukup keras.
Kedengaran Ang Bo tan sedang berseru:
"Harap locianpwe memaafkan, kongcu baru saja tertidur, budak kurang leluasa untuk membangunkannya'
''Panggil dia kemari, katakan aku ada urusan penting yang hendak dibicaratan dengannya" katakan Tan Tiang kim.
Tidak bisa, silahkan Tan cianpwe menghajar budak, namun tak bisa kami bangunkan kongcu dari tidurnya"
Hai, setia amat kalian dengannya!" bentak Tan Tiang kimi lagi dengan suara dalam.
'Harap Tan cianpwe memaafkan"
Cu Siau hong segera melompat bangun dari atas ranjang, kemudian buru-buru berpakaian dan memburu kedepan pintu.
Sementara Tan Tiang kim sudah membalik kan badannya siap berlalu dari situ.
Buru-buru Cu Siau hong berseru:
"Tan locianpwe!"
'Ooh, kau telah bangun" kata Tan Tiang kim sambil berpaling dan tertawa.
"Aaai.. bila budak sekalian kurang sopan, harap Tan ciangpwg jangan marah"
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Dia amat melindungimu, aku pengemis tua merasa gembira untukmu, kau memang telah memperoleh tiga orang pengawal- yang hebat"
"Ang Bo tan, hayo cepat minta maaf" seru Cu Siau hong kemudian dengan suara rendah.
Ang Bo tan mengiakan, dengan langkah lebar dia maju ke depan sembari katanya:
BUDAK datang menunggu hukuman.
Ternyata ia benar-benar menjatuhkan diri berlutut dihadapan Tan Tiang kim.
''Nona, cepat bangun" buru-buru Tan Tiang kim berseru.
'Sebelum ada perintah dari kongcu, budak tak berani bangun berdiri."
"Bangunlah!" ucap Cu Siau hong kemudian, "Aku ada urusan yang hendak dirundingkan dengan Tan locianpwe, harap kalian menyingkir agak jauh dari sini"
Ang Bo tan segera bangkit berdiri.
"Budak akan menyediakan air teh untuk kalian berdua"' katanya.
Cu Siau hong segera mempersilahkan tamunya duduk, Ang Bo tan datang menghi-dangkan air teh, kemudian mengundurkan diri.
Sambil tertawa Tan Tiang kim lantas berkata.
"Kongcu jejak dari kebun Ban hoa wan sudah ketahuan, entah apa rencana Kongcu selanjutnya?"
"Untuk menghadapi persoalan seperti ini, lebih baik kau rundingkan dengan ciangbun-jin perguruan kami atau berunding dengan sunio ku, mana mungkin tecu bisa mengambil keputusan?"
"Tentang soal ini, aku si pengemis tua telah memikirkannya, aku telah membicarakan pula hal ini dengan Tiong hujin."
"Ooooh.. apa kata sunio ku?"
''Tiong hujinmenyuruh aku merundingkan dulu persoalan ini denganmu, kemudian perkumpulan kami baru akan mengimbangi ge-rakan kalian"
"Aaah, ucapan locianpwe selalu serius, dalam operasi kali ini sudah seharusnya kalau perkumpulan anda yang memegang tampuk pimpinan"
"Bila berbicara soal jumlah jago yang tersedia, tentu saja jago-jago dari Kay pang banyak sekali jumlahnya, cuma kekuatan yang paling diandalkan pihak kebun raya Ban boa wan mungkin adalah para pendekar pedang macan kumbang hitam, untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang tersebut, terpaksa kami harus mengandalkan ilmu pedang dari perguruan an-da"
"Kita bisa saja merundingkan suatu rencana, tapi bagaimana keputusannya harus dirundingkan lagi dengan ciangbun suheng a-tau diputuskan oleh ibu guru kami"
"Baik coba kau utarakan dulu caranya"
'Dari pihak kebun raya Ban hoa wan sudah terdapat gerakan apa?"
"Herannya, para jago dari perkumpulan kami yang ditugaskan mengawasi sekeliling kebun raya itu sama sekali tidak menemukan suatu gerakan aneh, kecuali mereka memiliki suatu jalan bawah tanah yang berhu-bungan dengan suatu tempat lima li dari situ, sebab lima li disekitar kebun raya Ban hoa wan telah berada dibawah pengawasan kami"
'Dari pihak Pay kau apakah sudah ada kabar yang didapat?"
"Pihak Pay kau telah mengutus orang yang mengabarkan bahwa kekuatan inti mereka sudah akan tiba pada kentongan ketiga ma-lam nanti untuk menyatakan rasa terima kasihnya kepada Tiong ciangbunjin dari Bu khek bun, mereka bersedia memikul tugas-tugas penting apapun'' "Oooh . . . Kay pang dan Pay kau sudah terlalu banyak melepaskan budi kepada Bu khek bun kami, Siau hong merasa amat berterima kasih sekali "
"Setelah berhenti ssbentar, dia berkata lebih lanjut:
"Locianpwe, apakah pangcu kalian ada pesan atau petunjuk yang lain?"
"Belakangan ini pangcu kami sudah ja-rang sekaii mencampuri urusan perkumpul-an, semua persoalan telah diserahkan pertang-gungan jawabnya kepada aku si pengemis tua"
"Apakah besok kebun raya Ban hoa wan akan dibuka secara umum?"
Agaknya tak akan dibuka untuk umum, alasan yang mereka pakai terhadap pengunjung dari luar adalah dua ekor harimau yang dipelihara dalam kebun itu telah terlepas dari kandangnya, lantaran kuatir melukai para tamu, maka untuk sementara waktu di tutup selama dua hari"
"Tan cianpwe, andaikata kebun raya Ban hoa wan dibuka untuk umum, maka diantara beribu-ribu pengunjung yang tiap hari berdatangan kesana, bila mereka menyusup kan berapa banyak jago lihaypun tak akan ada yang tahu "
"Akupun berpendapat demikian, maka dari itu, bila kita hendak melakukan suatu gerakan lebih baik ditentukan dengan segera, untuk sementara waktu anggota perkumpul-an kami masih dapat mencegah para pengunjung untuk tidak memasuki kebun raya Ban hoa wan"
"Aku rasa bila kita sampai mencegah para pengunjung kebun raya memasuki Ban hoa wan, maka pertama hal ini tidak mudah dilakukan kedua mungkin akan menimbul kan perhatian mereka"
"Siau hong, apakah kau beranggapan bahwa orang orang Ban hoa wan masih belum merasakan apa-apa?'
"Soal ini boanpwe juga telah memikirkannya, mungkin saja mereka telah mengetahui akan hal ini, malahan siapa tahu kalau mereka telah mengirim orang untuk mengawasi kita secara diam-diam"
Tan Tiang kim segera manggut-manggut.
"Ehm, organisasi ini selain misterius juga sangat aneh, dalam dua hari ini kebun raya Ban hoa wan telah mengalami perubahban yang besar sekali, tapi mereka tidak menyiarkan berita ini keluar"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong lantas berpikir dalam hatinya.
"Ucapan ini terlalu sembrono, sekalipun mereka telah menyiarkan berita ini keluar, toh tak perlu melaporkan dulu kepada kita, siapa tahu kalau hal ini merupakan keteledoran kita?"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Mungkin saja mereka mempunyai suatu cara yang istimewa untuk saling menyampai-kan berita"
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Siau hong, kau anggap ucapanku tadi a-da yang tak tepat? Katakan saja secara blak-blakan, tak usah berputar-putar lagi"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Locianpwe, boanpwe rasa masalah pertama yang paling penting sekarang adalah setelah kita masuk ke dalam kebun raya Ban hoa wan, dengan cara apakah kita akan -memaksa mereka keluar dari lubang persembunyiannya .....?"

'Yaa, masalah ini memang merupakan suatu masalah yang amat besar, aku si pe-ngemis tua telah mengajak beberapa orang teman untuk merundingkan persoalan ini, tapi kami tak pernah berhasil untuk menemukan cara terbaik untuk memaksa mereka ke luar"
"Locianpwe, boanpwe rasa bila kita diharuskan masuk kedalam lorong bawah tanah untuk mencari mereka, lebih baik kita mencari akal untuk memaksa mereka keluar da-ri tempat-tempat persembunyiannya itu...'
"Benar, cara apakah yang harus dipergunakan hingga memaksa mereka keluar dari lubang persembunyiannya, memang merupakan suatu masalah yang amat sukar''.
"Bagaimana kalan kita gunakan api? A-sal kita berusaha untuk menemukan mulut masuk menuju ke ruang bawah tanah, kemudian menggunakan asap api untuk memaksa keluar, niscaya hal ini akan berhasil. Kemungkinan besar mereka telah menyiapkan makanan dan minuman dalam lorong rahasia tersebut, tapi ada suatu benda yang tak mungkin bisa mereka persiapkan."
"Benda apakah itu? .."
"Udara!, dimana udara bisa masuk, disitu juga asap api pasti dapat masuk juga"
Tan Tiang kim segera bertepuk tangan sambil bersorak:
"Tepat sekali, Baik, kita gunakan cara ini saja, aai. . . heran, kenapa aku si pengemis tua tak bisa berpikir sampai ke situ? Jika diantara asap api kita berikan sedikit bubuk merica, maka sekalipun mereka enggan keluar juga terpaksa akan keluar"
"Cuma cara ini sedikit agak melanggar peri kemanusiaan, apakah tidak terlampau buas sedikit?"
"Yaa, apa boleh buat lagi? Apalagi siapakah didunia ini yang bisa berbuat lemah lembut terhadap musuhnya yang bengis? Baik, kita tetapkan begini saja, aku segera akan menyuruh mereka mempersiapkan diri..
"Locianpwe, masih ada satu hal yang kurasakan sedikit agak susah ........
"0ya? Cobe katakan!"
"Kecuali kita berhasil menemukan mulut masuk menuju ke ruang rahasia mereka, kalau tidak penggunaan asap ini belum tentu akan mendatangkan kemanjuran seperti yang dlharapkan"
"Soal ini tak usah kau risaukan, aku telah menemukan cara yang baik ubtuk mengatasi soal ini"
"Oooh, aku siap mendengarkan penjelasan mu''
"Aku telah mempersiapkan sejumlah besar jago untuk melakukan pencarian secara besar-besaran"
"Mungkin mereka terlalu rapat menyem-bunyikan diri, tak mudah untuk menemukannya"
'Soal ini akupun telah memikirkannya, jika kita gagal menemukan mulut masuk ke ruang bawah tanah mereka, terpaksa kita harus menggunakani satu cara yang terakhir, yaitu membakar kebun raya Ban hoa wan tersebut..."
"Ehmm, Cara ini memang bagus, mungkin saja mereka akan menjadi takut, cuma bila mereke bersikeras tak mau keluar dari tempat persembunyiannya, sekalipun kita ba-kar kebun raya Ban hoa wan ini juga tak nanti berhasil memaksa mereka keluar'
`Jika mereka tak mau keluar juga, aku telah mempersiapkan air dari sungai Siang-kang untuk menenggelamkan mereka diba-wah tanah..."
''Menenggelamkan mereka?''
"Benar, sudah kau perhatikan bentuk tanah ditempat ini? Asal kita rubah sedikit saja dengan tenaga manusia, untuk menenggelamkan tempat itu bukan merupa-kan suatu pekerjaan yang sukar"
''Cara ini amat jitu, juga baik sekali"
"Untuk mengalirkan air dari sungai Siang-kang ketempat ini tentu saja membutuhkan suatu pekerjaan yang besar tapi orang-orang Pay kau bersedia membantu kita untuk mengalirkan air dari sungai Siang kang un-tuk menenggelamkan tempat ini"
''Bagaimana setelah menenggelamkannya?
"Merubah tempat ini menjadi sebuah telaga".
"Baik, beritahukan dulu persoalan itu kepada mereka, aai.. cuma sayangnya untuk mendirikan kebun raya Ban hoa wan entah sudah berapa banyak biaya, pikiran dan tenaga yang dicurahkan, tapi pemandangan alam yang sangat indah itu akhirnya harus dimusnahkan menjadi abu"
Tan Tiang kim tertawa.
"Aaai... jangan lupa kalau pepohonan serta pemandangan yang sangat indah itu tak lebih hanya mereka pergunakan untuk melindungi sarang mereka untuk melakukan kejahatan''
''Baik, kita gunakan kedua cara itu saja" sekarang harap locianpwe bersedia untuk merundingkan dahulu persoalan ini dengan cingabun suheng kami"
"Baik, segera aku akan membicarakannya dengan mereka, kapan kita akan berangkat?"
''Asal sudah dibicarakan, kita segera berangkat"
Tan Tiang kim segera beranjak dari tempat duduknya sambil berseru.
"Baik, kita tetapkan demikian saja, sekarang aku si pengemis tua mohon diri lebih dahulu'
Setelah menghantar Tan Tiang kim, Cu Siau hong segera mengundang datang Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan, setelah itu ujarnya:
''Barusan Tan Tiang kim dari Kay pang telah membicarakan sesuatu denganku"
"Soal apa?" tanya Lik Hoo, "Apa pula sangkut pautnya dengan kami tiga bersaudara..?"
"Ada sangkut pautnya denganku. . . ."
"Nah, itulah dia, bila ada sangkut pautnya dengan kongcu, tentu saja ada sangkut pautnya pula dengan kami" lanjut Lik Hoo segera.
"Tapi dalam hal ini kalian musti mengambil keputusan sendiri, kalian boleh memilih sekehendak hati kalian sendiri"
'Kongcu dapatkah kau beritahukan dulu kepada kami, persoalan apakah itu?" tanya Ang Bo tan.
"Pihak Kay pang telah mengambil keputusan untuk menyerang kebun raya Ban hoa wan pada hari ini"
"Kami akan turut serta?"
"Terserah kalian sendiri yang memutus-kannya."
Lik Hoo segera menghela napas panjang, katanya:
"Bila kongcu menyuruh kami pergi, tentu saja kami akan turut pergi"
"Baik, kalau toh kalian sudah memilih maka hal ini berarti ada sangkut pautnya juga dengan mati hidup kalian"
"Dapatkah kongcu menjelaskan lebih jauh?"
''Kali ini kita akan memasuki kebun raya Ban hoa wan lagi, tapi kali ini kita akan pergunakan cara apapun untuk memaksa mereka keluar, setelah itu kita baru membuat perhitungan sampai tuntas''

'Kongcu hendak mempergunakan cara apa untuk memaksa kemunculan mereka...'.
"Dengan api. . . ."
Lik Hoo segera tertawa.
"Mereka tak akan takut, lorong rahasia bawah tanah itu mempunyai persiapan yang sangat baik, mereka tidak takut diserang de-ngan kobaran api...." .
Cu Siau hong turut tertawa.
'"Kalau tidak takut api, takut tidak mereka dengan asap?'.
"Asap? Siapa yang menemukan akal ini?`
''Menurut kau, siapa yang menemukan cara ini?" Cu Siau hong balik bertanya sam-bil tersenyum.
"Sudah pasti kongcu"
"Benar, memang aku"
"Cara ini memang merupakan sebuah akal yang bagus sekali"
"Persoalannya sekarang adalah bagaimana carannya untuk menemukar mulut masuk menuju ke lorong rahasia mereka, sebab bila asap tersebut tidak dilepaskan dari lubang masuknya, maka cara ini sama sekali tak ada gunanya"
Lik Hoo berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Padahal tak usah meenmukan mulut masuk terlalu banyak, asal ditemukan tiga atau lima diantaranya lalu berusaha untuk menghembuskan asap yang tebal ke dalam lubang itu, otomatis kerembesan juga asap-asap tebal itu. . ."
"Aaah, betul juga" sela Cu Siau hong sambil tertawa, "kenapa aku tidak berpikir sampai kesitu?"
"Pandangan kongcu terlampau jauh ke depan, sehingga hal-hal yang kecil sering dilupakan. . ."
"Tak nyana kau si budak cilik pandai juga menangkap pembicaraan orang. . ." seru Cu Siau hong sambil tersenyum.
Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan saling berpandangan sekejap sambil tertawa, tanpa terasa hubungan antara pelayan dengan majikanpun lebih mendalam setingkat.
Cu Siau hong segera mendehem pelan, kemudian katanya lagi:
"Lik Hoo, dalam perguruan Bukhek bun mempunyai peraturan serta pantangan yang amat ketat, maka dari itu murid Bu khek bun rata-rata selalu serius dan keren"
"Paling tidak kongcu termasuk orang yang tidak terlampau serius" tukas Lik Hoo cepat, 'buktinya kami diperbolehkan berbicara dan menentukan kehendak sendiri"'
Cu Siau bong segera tertawa.
"Jangan mengambil diriku sebagai contoh, bagi semua anggota Bu khek bun lainnya, aku adalah satu-satunya pengecualian"
"0ya."
"Selama kita berada bersama tanpa kehadiran orang lain, sikap kalian boleh lebih leluasa dan bebas tapi begitu ada orang lain, sikap kalian harus berhati-hati, ber-sungguh-sungguh dan sangat beraturan mengerti?''
-ooo0ooo-
BAGIAN 28
MAKSUD kongcu ..... "bisik Lik Hoo.
Masa kalian benar-benar tidak menger-ti?" kata Cu Siau hong sambil tertawa.
"Maksud kongcu kami harus menjadi gadis yang sopan santun dan lemah lembut tahu aturan?"
"Benar, memang itulah yang kumaksud-kan!'
"Tapi, kami tak lebih cuma dayang!"
''Peraturan buat dayang justru lebih berat lagi''
Ang Bo tan segera tertawa, selanya:
'Maksud kongcu, bila berada didepan o-rang lain, maka kita musti berlagak sopan santun, lemah lembut dan tahu adat dan a-turan, tapi bila kita hanya berada bersama kongcu saja, maka sikap kita boleh lebih bebas lagi"
"Jangan mengartikan maksud perkataan itu sejauh sana, menyuruh kalian berlagak tapi bersungguh-sungguh dengan tulus hati se-dangkan bila kita berkumpul bersama tanpa kehadiran orang lain, kalian boleh leluasa bertindak dan bebas merdeka cuma. . . hati hati, tak boleh kelewat batas"
Ui Bwee segera manggut-manggut.
''Kami mengerti, harap kongcu berlega hati, kami tak akan membuat kau kehilangan muka."
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang. Katanya kemudian.
"Kalau begitu akupun berlega hati, kalian juga harus pergi beristirahat sebentar, persiapkan diri baik-baik, tentunya kalian juga mengerti, persoalan ini mempunyai hubung-an yang besar sekali dengan kalian, maka dari itu berapa banyak yang kalian pahami dari delapan belas macam senjata tajam ba-walah yang lebih banyak lagi"
"Kalau kudengar dari ucapan kongcu, seakan-akan kau mau bawa kami tiga bersau-dara pandai menggunakan senjata rahasia saja?" ucap Lik Hoo tiba-tiba.
Cu Siau hong mangangguk.
"Tepat sekali" sahutnya, "bila kalian dapat menggunakan senjata rahasia, bawalah senjata rahasia itu lebih banyak lagi sehingga bilamana perlu, kalian bisa mem-pergunakannya dengan sepuas mungkin.
Lik Hoo turut manggut-manggut.
"Kongcu" katanya, "sebenarnya kami merasa agak takut kalau disuruh masuk lagi ke dalam kebun raya Ban hoa wan, tapi sekarang secara tiba-tiba saja rasa takut itu bisa hilang lenyap tak berbekas."
"Kenapa bisa begitu?"
"Entahlah, pokoknya kami tak bisa melukiskannya, kami hanya merasa seakan-akan kongcu telah memberi suatu keberanian yang sangat besar untuk kami"
"Mungkin setelah kongcu membawa kami keluar dari kebun raya Ban hoa wan, membuat kami semakin merasa harga atau nilai dari kami sendiri" sambung Ui Bwe.
"Yaa, kami bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah" lanjut Lik Hoo. "Tapi yang penting, kami telah berha-sil menembusi pikiran yang membedakan antara hidup dan mati" kata Ang Bo tan menambahkan. "Sekarang kami berpendapat bahwa kematian bukan sesuatu yang menakutkan, tapi kalau harus mati maka kita harus mati dengan hati yang tenang."
Cu Siau hong manggut-manggut.
"Ehmm, setelah kudengar semua perkataan kalian ini, hatiku juga terasa jauh lebih lega, sekarang kalian pergilah beristirahat"
Lik Hoo sekalian segera memohon diri untuk meninggalkan tempat itu...

Keesokan harinya, baru saja Cu Siau hong bangun dari tidurnya, Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah berdiri berjajar ditengah ruangan itu ....
Waktu itu mereka bertiga telah mengenakan seperangkat pakaian ringkas dengan dipinggangnya masing-masing tergantung sebuah kantong terbuat dari kulit.
Lik Hoo memakai baju ringkas berwarna hijau, hijau seperti daun teratai, cuma kali ini bunga teratai besar yang berada di dada-nya telah hilang lenyap.
Ui Bwee mengenakan pakaian berwarna kuning, baju kuning dengan celana kuning ditambah sepatu kuning, namun didepan dadanya sudah tiada sulaman bunga Bwe yang berwarna kuning lagi.
Sebaliknya Ang Bo tan mengenakan baju serba merah, merah bagaikan menyalanya kobaran api, hanya sulaman bunga besar Botan yang berada didadanya kini juga tidak nampak.
Pada dasarnya ketiga orang perempuan itu rata-rata berwajah cantik jelita, sekalipun pakaian ringkas yang mereka kenakan sekarang berwarna menyolok, namun tidak sam-pai mengurangi kecantikan muka mereka bertiga.
Dibalik pakaian ringkasnya yang ketat, tertera potongan tubuh mereka yang padat berisi, pinggang yang ramping dengan dandanan wajah yang tidak menyolok, sungguh menambah daya tarik mereka bertiga.
Tampaknya ketiga orang perempuan ini telah melakukan suatu perombakan secara besar-besaran terhadap dandanan mereka, mereka tahu sampai dimanakah jalan pikiran Cu Siau hong terhadap dandanan mereka itu. sehingga kali ini dandanan mereka sengaja dilakukan amat sederhana.
Cu Siau hong sebenarnya tidak terlalu suka mengurusi soal-soal sepele, tapi sekarang hampir seperminum teh lamanya dia mengawasi ketiga orang nona itu, kemudian sam-bil tertawa baru ujarnya.
'Sungguh amat cantik, juga menarik hati'
"Bila kami tiga bersaudara Hong berdan-dan sedikit jika harus mengikuti kongcu, hal ini pasti akan memalukan diri kongcu sendiri" kata Lik Hoo menerangkan.
"Setelah kulihat dandanan kalian, meski warnanya masih terlampau menyolok, namun lambang didepan dada telah dilepas, dari sini terbukti sudah kalau kalian memang ada niat untuk merubah sifat diri sendiri"
'Dahulu, kami kakak beradik adalah siluman dari dunia persilatan, tapi sekarang paling tidak kami sedang melakukan perubahns secara pelan-pelan, cuma kamipun berharap agar kongcu jangan menuntut terlalu banyak dari kami"
''Soal ini aku mengerti, aku berharap setiap hari dapat menyaksikan sedikit perubahan dari kalian, tak usah banyak-banyak walau hanya setitikpun aku sudah puas"
Lik Hoo segera menghembuskan napas lega.
"Ooooh kongcu, kami pasti akan berusaha keras untuk merubah diri" janjinya.
Cu Siau hong tidak berkata apa-apa lagi.
Lik Hoo kembali menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Kongcu, dahulu kami tak pernah serius, kami selain mempermainkan setiap lelaki yang dijumpai, hanya satu kali kami benar-benar bersikap serius, tapi kali ini justru kami harus menelan banyak penderitaan ditangan Keng Ji Kongcu, Tapi sekarang, perasaan kami ibaratnya sumur yang telah mengering, tak nanti akan terjadi gelombang besar lagi, itulah sebabnya kau tak usah kuatir, kami pasti tak akan melakukan suatu perbuatan yang akan memalukan dirimu'
Cu Siau hong tersenyum.
'Setelah kudengar perkataanmu itu, hatiku benar-benar merasa amat lega, walau pun aku lega terhadap kalian, namun tidak lega terhadap orang lain!"
"Orang lain" Siapakah orang lain" Ang Bo tan keheranan.
"Soal ini, aku sendiripun tidak tahu, tapi mereka sudah pasti adalah orang lelaki, dan aku yakin hal ini tak bakal salah"
"Aku masih saja tidak habis mengerti ' seru Ang Bo tan.
"Adikku yang bodoh" sela Lik Hoo, "kongcu maksudkan, bila dandanan kita masih menyolok seperti sekarang ini, seandainya ada lelaki yang datang mencari kita, lantas apa yang musti kita lakukan?"
"Tentu saja gampang sekali, asal dibunuh kan urusannya akan menjadi beres?"
"Hmm, kalau dapat membunuh orang itu kongcu tak akan memberitahukan kepada kita dengan begini serius dan bersungguh-sungguh"
"Kenapa tidak? Mereka berani mengganggu ketenangan wanita, dosa sebesar ini mati pun masih tak cukup"
'Kalau dibicarakan hal ini memang benar, cuma urusan tak mungkin bisa di sele-saikan dengan cara begitu ?"
"Lantas harus bagaimana? Aku tak dapat menemukan cara lain yang baik, toh musta-hil kalau kita yang mesti berlutut dihadapan mereka sambil memohon agar mereka ber-sedia membantu kita?"
Cu siau hong segera tersenyum.
"Kalian tak usah meributkan persolan itu terus menerus" katanya, "apa yang telah kalian ucapkan tak lebih hanya betul separuh saja"
Kongcu berpengetahuan luas, budak sekalian tak bisa menebak maksud hati kongcu yang sebenarnya ........."
'Kalian tak usah mengumpak, aku tidak doyan dengan segala macam umpakan " tukas Cu Siau hong sambil tersenyum.
Setelah berhenti sebentar, dia melanjut-kan.
'Andaikata yang yang datang adalah manusia cecunguk dari luar, tentu saja kalian wajib untuk memberi pelajaran kepadanya, tapi seandainya orang itu bukan manusia cecunguk yang datang dari luar?"
"Andaikata kongcu yang menghendaki, tentu saja kami tak akan melawan, apapun yang kau kehendaki pasti akan kami turuti" jawab Ang Bo tan cepat.
Dengan kening berkerut Cu Siau hong se-gera berseru.
'Aku yakin masih memiliki kemampuan untuk mengendalkan diri, akupun tidak masukkan diriku dalam hitungan ini"
"Sebenarnya memang tak perlu diperhi-tungkan!" sambung Ang Bo tan.
"Masalahnya sekarang adalah orang lain misalnya orang-orang Bu khek bun sendiri, misalkan saudara seperguruanku sendiri, atau yang yang pihak Kay pang'
"Kay pang adalah sebuah perguruan kenamaan yang bertujuan lurus, rasanya tak nanti mereka akan melanggar pantangan untuk bermain perempuan" tukas Ang Bo tan, "sedang orang-orang Bu khek bun, wah... sulit untuk dikatakan'
'Kau maksudkan peraturan dari perguru-an Bu khek bun kurang ketat dan tegas?" ujar Cu Siau hong sambil tersenyum.

"Soal itu aku kurang tahu, perguruan Bu khek bun kalian tidak terhitung sebuah perguruan besar didalam dunia persilatan, anggotanya juga tidak banyak, oleh sebab itu jarang sekali kami dengar hal-hal yang menyangkut tentang perguruan Bu khek bun"
"Kalau berbicara dari soal jumlah ang-gota, kami memang bukan terhitung sebuah perguruan besar, tapi kalau berbicara soal peraturan perguruan, peraturan kami sedikitpun tidak berada dibawah perkum-pulan Kay pang.
''Kalau memang begitu, kami semakin tak perlu takut lagi, baik dipihak Kay pang maupun dari kalian orang-orang Bu khek bun, semuanya dibelenggu oleh serangkaian peraturan perguruan yang sangat ke-tat, bayangkan saja, soal apa pula yang mesti kami risaukan atau takutkan lagi?"
''Bukan demikian maksudku, perlu kalian ketahui, walaupun mereka mempunyai peraturan perkumpulan yang membelenggu gerak-gerik mereka, namun kalian bertiga cantik jelita bagaikan bunga yang sedang mekar, dimana-mana akan terendus bau harum yang semerbak, dalam keadaan begini, tidak sulit untuk menimbulkan kesalahan paham diantara mereka sendiri...."
''Salah paham? Kesalahan paham apa?"
"Waaah... soal itu sih amat sukar diterangkan, misalkan saja senyuman atau gerak gerik kalian, kemungkinan besar akan mena-rik perhatian kaum lelaki"
"Itu mah gampang, asal kami tidak tertawa, kan urusannya menjadi beres?'
"Yaaa, persoalan ini memang sulit untuk diterangkan dalam dua tiga patah kata saja, pokoknya yang penting, kalian harus belajar bersikap terbuka, pandai membawa diri sehingga jangan sampai menimbulkan ingatan sesat bagi orang yang memandangnya"
"Kongcu, berilah kesempatan kepada kamni untuk mempelajarinya secara pelan-pelan" pinta Lik Hoo.
Sementara itu Tan Tiang kim telah menampakkan diri dalam ruangan, sambil berjalan mendekat, ia menegur.
"Cu Sauhiap, sudah sia sedia untuk berangkat?"
"Boanpwe memang sedang menunggu"
"Baik, kalau begitu mari kita berangkat. . ." ujar Tan Tiang kim kemudian sambil tertawa.
"Bagaimana dengan Ciangbun suheng kami?"
"Mereka bergabung dalam kelompok ketiga, kita berangkat selangkah lebih duluan."
"Apakah dari pihak Kay pang telah berangkat serombongan lebih dulu?"
"Benar, dalam kelompok pertama tadi telah kami sertakan jago-jago lihay perkumpulan kami, mereka sudah berangkat tengah malam kemarin."
Cu Siau hong tidak banyak bertanya lagi, dia manggut-manggut dan segera beranjak pergi.
Ketika mencapai jarak seratus kaki dari kebun raya Ban hoa wan, mereka sudah menyaksikan anak murid pihak Kay pang berjaga-jaga disetiap sudut tempat yang strategis.
Agaknya dalam operasinya kali ini, mereka datang secara terbuka dan terang-terangan, sama sekali tidak berusahaa untuk menutupi gerakan mereka.. .
"Selain anggota Kay pang, Cu Siau hong juga menjumpai banyak sekali orang-orang ber-pakaian ringkas warna biru yang berlalu lalang disekitar tempat itu.
Ia lantas berpalind dan memandang sekejap ke arah Tan Tiang kim, kemudian bisiknya.
"Locianpwe, apakah orang-orang itu berasal dari perkumpulan Pay kau.. ?'
"Benar! Didalam operasi kita kali ini, Pay kau juga telah mengirimkan jago-jagonya dalam jumlah yang cukup besar".
"Gara-gara urusan Bu khek bun, ternyata kami harus merepotkan orang-orang Kay- pang dan Pay kau untuk melakukanr banyak perbuatan, kejadian ini sungguh membuat kami merasa tidak tenang"
Ketika permulaan kami datang ke kota Siang-yang, mungkin saja bantuan kami hanya bersifat bantuan terhadap sahabat me-ngingat hubungan Kay pang dengan Bu khek bun yang akrab, tapi sekarang kejadiannya sudah tidak demikian lagi. Organisasi raha-sia yang berada didalam kebun raya Ban hoa wan ini sudah merupakan suatu ancaman langsung terhadap keamanan serta ketentraman umat persilatan pada umumnya, atau dengan perkataan lain, setiap saat besar kemungkinan Kay pang dan Pay kau akan menjadi incaran mereka berikutnya, itulah sebabnya tindakan yang kami lakukan sekarang hanya bisa dikatakan sebagai sesuatu tindakan untuk melindungi diri. . . "
"Locianpwe, ucapanmu itu terlalu berle-bihan' tukas Cu Siau hong cepat.
"Setiap perkataan yang aku si pengemis tua katakan merupakan ucapan yang muncul dari sanubariku yang jujur, bukan saja pihak Kay pang berpendapat demikian, sekali pun pihak Pay kau juga mempunyai perasaan semacam ini.."
Cu Sian hong manggut-manggut.
'Peristiwa ini berlangsung dalam suatu keadaan yang sangat aneh, Pena wasiat kitab senjata tajam, ditambah lagi organisasi rahasia yang tak pernah bersuara, aku rasa masalahnya memang sedikit agak kalut' .
"Pena wasiat dari dunia persilatan merupakan manusia paling aneh dalam dunia belakangan ini,.merupakan masalah yang amat besar, ia dihormati dan disanjung setiap umat persilatan, mana mungkin masalahnya bisa dicampur adukan dengan bencana besar yang akan melanda dunia persilatan dewasa ini?"
"Maksud boanpwe, Pena wasiat ini selalu tiada hentinya menyelidiki rahasia dalam dunia persilatan, kemudian mengumumkan-nya secara meluas kepada khalayak umum.."
"Cara seperti ini toh tidak salah?" tukas Tan Tiang kim, "manusia laknat paling besar yang sukar dihadapi adalah manusia munafik yang baik diluar jahat didalam, mungkin saja mereka adalah seorang saudagar kaya raya, mungkin juga seorang tokoh persilatan suatu daerah atau mungkin juga mereka adalah seorang manusia yang tak pernah ternama, tapi mereka selalu melakukan kejahatan secara diam-diam, membuat orang sukar untuk menemukan jejak mereka, tak berhasil menemukan mereka, manusia semacam inilah baru bisa disebut sebagai manusia buas yang paling menakutkan, tapi pena wasiat mampu untuk mengungkap rahasia mereka, agar kedok kemunafikan mereka terungkap."
"Locianpwe, pernahkah kau saksikan keadaan sewaktu pena wasiat itu menampak-kan diri?"
"Pernah, waktu itu benar-benar merupakan suatu pertemuan dunia persilatan yang belum pernah dijumpai sebelumnya, Pena wasiat telah mencatat banyak masalah dalam kitab catatannya dan membongkar banyak kebobrokan serta kemunafikan yang ada didunia ini, banyak orang yang tak tahan menyaksikan nama baiknya ternoda sehingga bunuh diri seketika itu juga, adapula yang menjadi gila karena gelisah, pemandangan ketika itu betul-betul mengerikan sekali."

Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, lalu berkata:
'Locianpwe, keadaan semacam ini pasti a-kan mendatangkan rangsangan serta ketegangan yang luar biasa bagi siapapun yang hadir dalam arena, terhadap orang-orang itu, apakah tindakan tersebut tidak kelewat kejam dan tak berperi kemanu-siaan?''
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . berbicara dari soal perikemanusiaan, mungkin tindakan tersebut sedikit kelewatan, tapi berbicara untuk pihak Kay pang, aku si pengemis tua setuju untuk membasmi kaum laknat sampai ke akar-akarnya, dengan terbasminya kejahatan barulah kebajikan akan bersemi disetiap insan manusia''
'Locianpwe maksudku seandainya Pena -wasiat bisa menambahkan sedikit kebajikan diantara tindakan pembasmiannya itu maka keadaannya pasti akan jauh berbeda"
"Cu kongcu tiada persoalan yang sera-tus persen sempurna didalam dunia ini, juga tiada orang yang seratus persen sempurna, seperti misalnya Pena wasiat, sekalipun dia belum terhitung sempurna seratus persen, paling tidak kesempurnaannya toh mencapai sembilan puluh persen'
Cu Siau hong menghela napas panjang dan tidak banyak berbicara lagi.
Dalam pada itu, rombongan kawanan jago itu sudah semakin mendekati kebun raya Ban hoa wan.
Diluar dugaan, Keng ji kongcu ternyata seorang diri berdiri didepan pintu Kebun raya Ban hoa wan dengan pedang terhunus.
Cu Siau hong segera memburu ke depan, kemudian tegurnya:
"Keng ji kongcu lagi-lagi kita bersua muka"
'Keng ji kongcu memandang sekejap ke arah Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan, lalu ujarnya dengan hambar:
`Dalam kebun raya Ban hoa wan terdapat banyak sekali jago lihay..."
'Jumlah jagoan dari pihak kami pun tidak sedikit" sambung Tan Tiang kim cepat.
Dengan dingin Keng Ji Kongcu segera berkata:
'Pengemis tua, dengarkan dulu perkataanku ini, kemudian tidak terlambat bila hendak menimbrungnya"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
"Baik! Silahkan kau ucapkan, aku tidak akan mempersoalkan waktu beberapa menit"
Keng Ji kongcu mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau hong, setelah menatap nya beberapa kejap, dia berkata:
"Tiga orang dayang jalang itu sudah berubah pikiran, aku rasa tak sedikit rahasia kami yang telah dia ungkap kepadamu"
"Ehmm..." Cu Siau hong hanya mengiakan.
Sambil berkerut kening Keng Ji kongcu kembali berkata:
"Cukup dilihat dari sikapmu yang amat tenang dan mantap, dapat kuketahui bahwa kau merupakan musuh yang cukup tangguh bagiku"
"Ji kongcu terlalu memuji"
"Tahukah kau, berapa banyak lorong rahasia yang telah dibangun dibawah tanah dalam kebun raya Ban hoa wan ini?"
"Aku tahu!"
"Kau bermaksud akan menggunakan cara apa untuk menyerang kami?'
Memaksa kalian keluar dari lorong bawah tanah kemudian melangsungkan pertaru-ngan antara hidup dan mati''
"Dengan cara apa?"
"Dalam kebun raya Ban hoa wan ini banyak terdapat kayu dan pepohonan, kami a-kan menggunakan asap yang tebal untuk memaksa mereka keluar.'
"Suatu cara yang sangat bagus"
"Lihat saja hasilnya nanti, pokoknya waktu yang kami miliki amat banyak, sekali pun harus diundur sampai tiga lima hari juga tak menjadi soal.''
Keng Ji kongcu segera tertawa.
"Aku lihat kalian tak usah repot musti melakukan pekerjaan sebanyak itu" katanya.
"Bagaimana? Apakah saudara bersedia untuk menyambut tantangan kami?"
Sekali lagi Keng Ji kongcu tertawa.
"Setelah mendengar cara yang kau beberkan itu, agaknya tiada pilihan lain lagi buat kami, terpaksa kami harus melakukan suatu perlawanan mati-matian".
"Bagus sekali, memang paling baik kalau kita masing-masing saling mengandalkan kemampuan sendiri untuk menentukan hidup mati kita"
"Ditengah kebun raya Ban hoa wan sana terdapat tanah lapang yang luas sekali, tepat bila kita pakai sebagai tempat pertarungan, Cu kongcu, Tam Tiang kim, silahkan masuk ke dalam kebun raya!."
Cu Siau hong kembali tersenyum.
"Kenapa?" ucapnya, "apakah kami harus bertarung didalam kebun raya Ban hoa wan?"
'"Kongcu, jika kalian tidak masuk ke dalam kebun raya Ban hoa wan, kami tak akan menampilkan diri untuk menyambut pertarungan itu"
"Ehmmm, betul juga perkataan ini, kalau begitu silahkan ji kongcu untuk pulang dulu ke dalam kebun, suruh mereka siapkan barisan menanti kedatangan kami, sebentar aku musti berunding dulu dengan mereka"
Keng ji kongcu mengiakan, dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Sepeninggal orang itu, Cu Siau hong baru berpaling dan memandang sekejap kearah Tan Tiang kim, kemudian katanya:
"Locianpwe, pengalamanmu sangat luas, bagaimanakah pendapatmu tentang persoa-lan ini?"
"Andaikata mereka tetap bertahan disitu tak mau keluar, sedang kita enggan masuk ke dalam kebun raya Ban hoa wan, otomatis keadaannya akan menjadi kaku dan sa-ling bertahan"
"Locianpwe, organisasi ini selain penuh diliputi kemisteriusan, lagipula cara kerja-nya amat keji, aku rasa mereka pasti sudah mempersiapkan suatu rencana busuk untuk menjebak kita'
"Persiapan apa maksudmu?"
"Ambil contoh, misalnya saja mereka menanamkan obat peledak ditengah kebun ra-ya itu, atau menyiram minyak disekeliling tempat itu . . .''
"Bila sumbu obat peledak itu mereka su-lut, bukankah mereka sendiripun akan turut tewas disitu?" sela Tan Tiang kim.
''Bagi pandangan boanpwe, mereka tak akan mempersoalkan kerugian tersebut, namun bagi kita keadaan semacam ini justru sangat tidak menguntungkan, selain semua kekuatan inti dari Bu khek bun akan mati semua ditempat ini, dari pihak Kay pang maupun Pay kau juga akan kehilangan sebagi-an besar kekuatan intinya"

"Aah . . . ! Kalau sampai benar-benar demikian adanya, cara ini benar-benar merupakan suatu cara yang keji, Siau hong, hal ini bukan andaikata lagi, besar kemungkinan me-reka memang berbuat demikian"
"Yaa, kemungkinan tersebut memang be-sar sekali"
"Bukan kemungkinan lagi, tapi kenyata-an memang demikian, sela Lik Hoo tiba-tiba.
"Kau tahu akan hal ini?" tanya Cu Siau -hong.
"Sebenarnya budak tidak tahu, karena a-ku belum memikirkannya, bahwa selama itu siang maupun malam, aku selalu hidup diatas tumpukan minyak bakar serta mesiu, tapi sekarang setelah kubayangkan kembali keadaan ini benar-benar menakutkan sekali"
"Lik Hoo! Dalam peristiwa ini, bukan alasan yang dibutuhkan, melainkan harus ada bukti yang nyata"
"Banyak tempat didalam kebun raya Ban hoa wan dilarang membawa api, siapa yang berani membangkang perintah ini akan di hukum mati, bila dibayangkan kembali se-karang, rasanya tiada suatu partai pun di dunia ini yang mempunyai peraturan seke-ras ini, coba dibayangkan saja, apa yang mereka takuti dengan diperlakukannya peraturan untuk melakukan persiapan tersebut?'
''Takut kalau sampai api yang kalian bawa membakar sumbu mesiu dan minyak yang tersimpan dibawah tanah" sahut Cu Siau hong.
''Benar!'
"Oleh karena itu, mereka ingin memancing kita untuk melangsungkaa pertempuran ini dalam kebun raya Ban hoa wan"
"Betul, sehingga bila pertarungan dilangsungkan, entah menang entah kalah kami a-kan dibunun dalam kebun raya itu'
`Tepat sekali, disinilah letaknya maksud serta tujuan mereka sebenarnya'
''Apakah Keng Ji kongcu mengetahui akan hal ini?" sela Tan Tiang kim tiba-tiba.
"Dia seharusnya tahu''
"Apakah dia tidak takut?'
"Mungkin ia telah menyiapkan tempat persembunyian untuk meloloskan diri dari ben-cana tersebut"
"Kalau memang begitu, kita lebih-lebih tak boleh memasuki kebun raya Ban hoa -wan tersebut"
"Kalau tidak memasuki kebun raya Ban -hoa wan, bagaimana pula caranya untuk membasmi meresa seakar-akarnya? ' ucap Cu Siau hong.
"Bahayanya terlampau besar, bagaimana-pun juga kita tak akan menyerempet bahaya ini bukan?"
"Bahaya semacam ini, sudah barang tentu tak boleh kita tempuh, tapi kita pun tak dapat berdiam diri belaka sehingga terjadi suasana kaku yang tidak menguntungkan.
"Siau hong, tampaknya kau sudah mempunyai rencana yang matang tentang masalah ini?' kembali Tan Tiang kim berkata.
"Kita coba saja nanti! Sekarang, aku masih belum mempunyai suatu pegangan yang meyakinkan"
Sementara itu, Pek Bwe, Pek Hong, Tang Cuan, Seng Tiong gak serta Tiong It--ki sekalian telah berdatangan semua.
Pek Bwee yang mula-mula bertanya:
"Pengemis tua Tan, bagaimana keadaan-nya?"
"Agak sulit"
"Dapatkah, kau terangkan lebih jelas lagi?" pinta Pek Bwe lebih lanjut.
Setelah Tan Tiang kim menerangkan dugaan dari Cu Siau hong, dia melanjutkan.
'Padahal, sekalipun diberitahu kepadamu juga sama saja tak ada gunanya'
"Cara semacam ini betul-betul sebuah cara yang amat keji, mengajak orang beradu jiwa, sungguh membuat orang tak tahu ba-gaimana cara untuk menghadapinya"
"Caranya cuma ada satu, hanya saja cara ini sedikit kelewat keji" ucap Cu Siau hong.
"Untuk menghadapi pertarungan, makin licin siasatnya semakin baik, coba kau terangkan"
"Kita lepaskan api dari arah belakang kebun raya Ban hoa wan dan memaksa mereka untuk keluar lewat depan"
"Suatu cara yang bagus" puji Pek Bwee.
'Benar!'' kata Tan Tiang kim pula "memaksa mereka keluar dari sarangnya dengan demikian mereka terpaksa harus mengguna-kan ilmu silatnya untuk memberi perlawa-nan"
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan.
"Padahal, bila mereka mau melakukan perlawanan secara terbuka, siapa menang siapa kalah belum tentu bisa ditentukan mulai sekarang, herannya kenapa mereka justru harus melakukan tindakan semacam ini?"
''Mungkin mereka telah menyingkirkan orang penting dan barang penting yang berada disini ditempat lain" kata Pek Bwee.
"Tentu saja, hal inipun ada kemungkinannya benar" ucap Cu Siau hong.
"Hei pengemis tua, begitu kita putuskan mari kita segera kerjakan, perintahkan ke-pada mereka untuk segera turun tangan!"
"Baik!' sahut Tan Tiang kim, aku segera turunkan perintah, kepada mereka untuk turun tangan"
Tanda rahasia segera dilepaskan, bahkan sengaja mempertinggi suaranya sambil berseru:
"Gunakan api untuk melawan mereka!'

No comments: