Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 20

Oleh : Tjan ID

"Kau bilang apa?" seru Ang Bo tan ti-ba-tiba dengan wajah tertegun dan kaget.
"Aku hanya ingin bertanya kepadamu, andaikata kau sampai menghianati kebun raya Ban hoa wan, maka bagaimanakah keadaan yang bakal kau hadapi waktu itu?"
Ang Bo-tan manggut-manggut.

"Tentu saja mereka akan mengirim orang untuk mengejarku, kemudian membinasakan diriku" sahutnya.
"Nah, itulah dia, kalau sampai begitu, bukankah kita harus melarikan diri saban hari untuk menghindarkan diri dari pengejaran mereka?"
"Oooh! Kalau begitu, tampaknya kau benar-benar menaruh perhatian khusus kepadaku?..
"Nona, masalah ini adalah suatu-simpul mati, apabila kita gagal untuk melepaskan simpul mati ini, sekalipun kita bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat, lebih baik lagi kalau kita mati saja ditempat ini"..
"Kalau-kita bisa hidup sehari lebih lama, kenapa kita tidak hidup sehari lebih lama lagi?" .. . . .
"Andaikata saban hari kita dikejar-kejar orang dan harus melarikan diri kesana kemari, sekalipun hidup juga amat menderita, toh lebih baik mati saja."
"Saudara cilik, sungguhkah perkataanmu?"
"Seandainya kau tidak berhasil menemu-kan cara yang terbaik untuk menyelamatkan diri, sekalipun setiap patah kataku itu jujur apa pula gunanya?"
Ang Bo tan termenung dan berpikir bebe-rapa saat lamanya, kemudian berkata:
"Kau datang bersama orang Kay-pang, a-ku pikir hubunganmu dengan pihak Kay--pang pasti akrab sekali bukan?"
"Yaa, akrab . . . . akrab sekali!"
"Bagus sekali, jika Kay pang bersedia membantu kita, maka kitapun tak usah ta-kut terhadap mereka lagi" .
"Apakah kita akan bersembunyi didalam Kay-pang?" .
"Betul, kita bersembunyi didalam perkum-pulan Kay-pang, walaupun pengaruh dan kekuatan Ban hoa wan amat besar, aku yakin mereka masih belum berani mengusik Kay-pang.
"Waah, kalau soal itu mah aku rasa kurang begitu leluasa. Aku berasal dari perguruan Bu khek bun, jika sampai bergabung dengan Kay pang, bukan saja tindakanku tadi telah melanggar pantangan besar bagi umat persilatan, lagipula peraturan perguruanku juga tak akan membiarkan aku berbuat semaunya sendiri, waktu itu, pihak yang akan membunuh kita akan bertambah banyak lagi, sebab Bu khek bun sudah pasti tak akan melepaskan diriku."
"Yang diandalkan Bu khek bun selama ini Cuma Tiong Ling kang, kini Tiong Leng kang sudah mati, perkampungan Ing gwat san-ceng juga sudah musnah tertelan api, siapa lagi yang kau kuatirkan?"
"Nah, masuk perangkap kau!" pikir Cu Siau hong didalam hati.
Namun pemuda itu tidak terlampau tergesa-gesa, sambil mengalihkan pembica-raan ke soal lain, ujarnya:
"Tapi. . . dalam perguruan Bu khek bun masih ada orang, sebelum menghembuskan napas terakhir, mendiang guruku telah menyerahkan kedudukan ciangbunjin kepada toa suhengku. . ."
"Masa kau juga takut dengan suhengku?" sela Ang Bo tan cepat.
"Tentu saja, jelek-jelek dia kan suhengku juga, tentu saja kepandaian silatnya lebih hebat dari pada kepandaianku. masa aku tidak takut kepadanya?"

"Masa cara suhengmu mencabut pedang masih jauh lebih cepat daripada dirimu?"
"Tepat sekali! Dia adalah suhengku, tentu saja gerakannya mencabut pedang jauh lebih cepat daripada diriku"
"Aku sudah pernah menyaksikan permainan ilmu pedang Cing peng kiam hoat dari perguruan Bu khek bun kalian, tapi aku rasa gerak serangan tersebut tak ada yang sedemikian cepatnya"
'Permainan ilmu pedang Cing peng kiam hoat telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali, itulah sebabnya kami dianggap sebagai duri dalam mata oleh pemilik kebun rata Ban hoa wan ini, sebab itu pula perkampungan Ing gwat san ceng dibakar, Bu khek bun dimusnahkan ....."
Ternyata Ang Bo-tan tidak bermaksnd untuk membelai Ban Hoa wan sebaliknya dia berkata pula:
"Andaikata setiap orang dalam Bu khek bun bisa mencabut pedang dengan kecepatan seperti kau. aku rasa Bu khek bun tak nanti akan musnah di dalam semalam saja"
Mendengar sampai disitu diam-diam Cu Siau hong berpikir.
"Inilah kesempatan yang amat baik, paling tidak hari ini kuselidiki dahulu kisah penyer-buan mereka terhadap perkampungan Ing -gwat san ceng kemudian baru berusaha untuk menyelidiki dimana It ki sute disekap mereka ...."
Tapi diapun mengerti, andaikata pihak lawan mengetahui kalau dirinya sedang memancing dengan mempergunakan siasat licik, sampai matipun gadis itu tak nanti akan berbicara.
Jadi boleh dibilang, pertarungan adu ke-cerdikan yang berlangsung kali ini adalah suatu pertarungan adu kecerdikan tingkat ting-gi, dan harus berbuat sedemikian rupa se-hingga pihak lawan sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang dipancing.
Sesudah mengambil keputusan didalam ha-ti, dia menghembuskan napas panjang kemudian duduk kembali, ujarnya.
"Nona. tentunya kau tidak turut serta di-dalam penyerbuan dan pertarungan malam dalam perkampungan Ing gwat san ceng."
"Sekalipun aku tidak turut serta, namun aku sempat mendengar mereka membicarakan persoalan ini, konon anak murid Bu khek bun tidak kuat menahan serangan, maka dengan cepat perkampungan Ing-gwat san ceng berhasil dimusnahkan"
"Mereka melancarkan serangan secara licik, lagi pula sudah mempersiapkan musuh dalam selimut, tak heran kalau perguruan Bu khek bun tak kuat menahan serangan mereka"
"Oooh.... tampaknya tidak sedikit latar belakang peristiwa ini yang berhasil kalian ketahui?" .
"Sekalipun tidak diselidiki, asal dilihat dari cara mereka roboh serta pedang yang belum sempat diloloskan, semuanya sudah tampak amat jelas .........."
"Konon pada waktu itu Tiong Leng-kang tidak hadir dalam perkampungan ....."
"Suhuku, sunio, susiok, toa suheng semuanya tidak berada dalam perkam-pungan, asal seorang saja diantara mereka hadir dalam perkampungan dan memberi perintah, tidak akan segampang itu mereka berhasil memunahkan perguruan kami"
'Apa yang sedang dilakukan suhumu waktu itu?"
Cu Siau hong segera berpikir:
"Aku tidak boleh berbohong dalam soal ini!"
Maka dengan terus terang katanya:
'Suhuku sedang bertarung melawan anak murid Khi kang bun dari Pak hay, akibatnya kedua belah pihak sama-sama terluka"
"Ehmmm, ternyata kau jujur sekali dan tidak berbicara bohong ..... " bisik Ang Bo--tan.
'Sekarang ini saat apa dan dalam keadaan apa? Mati hidup saja masih tanda tanya, kenapa aku musti membohongi dirimu?"
Ang Bo tan manggut-manggut.
"Seandainya setiap anak murid Bu khek -bun bisa melatih ilmu pedangnya hingga mencapai kecepatan seperti apa yang kau miliki, sekalipun bu tong sam kiat (tiga orang gagah dari Bu tong pay) juga belum tentu mampu untuk menandinginya"
Cu Siau-hong tak ingin membiarkan masalah pembicaraan tersebut dibawa semakin jauh dari pokok persoalannya, sambil menghela napas panjang segera tukasnya:
"Tahukah kau tentang Hek pa kiam su?"
Ang Bo tan ragu-ragu sebentar, tapi akhirnya dia manggut-manggut juga .....
Cu Siau hong segera berkata lebih jauh:
"Kami telah berhasil membunuh empat o-rang diantaranya, konon para pendekar pedang macan kumbang hitam itulah merupakan pokok kekuatan yang menyerbu perkampungan Ing gwat san ceng tempo hari"
Ang- Bo tan menjadi tertegun beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya:
"Jadi kalian benar telah membinasakan empat orang pendekar pedang Hek pa kiam su?"
'Buat apa aku membohongi dirimu?"
"Kalau begitu tak aneh lagi"
"Apa maksudmu?"
'Tak pernah kalau pihak kebun raya Ban hoa wan telah menganggap kalian sebagai musuh besar, tak heran pula penjagaan yang dilakukan di tempat ini amat ketat ......"
Cu Siau hong menggerakkan tangan kanan nya membebaskan kedua buah jalan darah penting di tubuh Ang Bo tan, kemudian serunya:
"Nona, lancarkan dulu peredaran darah didalam tubuhmu! Tampaknya kemungkinan kita terkurung ditempat ini besar sekali"
"Kenapa?" .
Seandainys kita meninggalkan tempat ini, maka itu pasti akan dikejar-kejar oleh ke dua pihak, tidak meninggalkan tempat ini, terpaksa kita harus mati kelaparan di tempat ini"
Ang Bo tan menjadi termangu-mangu dengan perasaan bimbang, setelah menggerakkan sebentar sepasang bahunya, dia berkata:
"Saudara cilik, berapa usiamu tahun ini?"
"Aku musti memperbesar usiaku dengan dua tahun lebih tua" pikir Cu Siau hong.
Berpikir demikian ia lantas menjawab:
"Siaute sudah melewati dua puluh satu kali musim gugur!'..
"0ooh, kalau begitu aku empat tahun lebih tua darimu, sudah sepantasnya kalau kau menyebutku sebagai cici."
Cu Siau hong tertawa getir, katanya:

"Mau menyebut enci juga boleh, menyebut nona juga boleh, yang pasti kita bakal mampus disini."
Pemuda ini memang pandai sekali bersandiwara, membuat Ang Bo tan yang sudah banyak berpengalamanpun dibikin agak terpesona olehnya.
Ang Bo tan mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian katanya:
"Saudara cilik, kau benar-benar menyukai aku?"
"Sekalipun menyukai dirimu, apa pula gunanya? Sepuluh hari kemudian toh kita akan berubah juga menjadi sepasang mayat?."
"Andaikata kita tinggalkan tempat ini, mungkinkah Bu khek bun akan emnampung kita berdua?" tanya Ang Bo tan.
"Bu khek bun tidak melarang lelaki perempuan berkasih-kasihan, asal muncul dari dasar rasa cinta yang murni, menikahpun juga tak apa, Cuma saat ini aku tak berani memastikan apakah mereka akan menerima kita atau tidak!"
Ang Bo tan menghembuskan napas panjang, lalu katanya.
"Saudaraku, nama cici di dalam dunia persilatan kurang begitu baik, tapi sekarang, tampaknya aku sudah mulai menaruh rasa cinta kepadamu. . . ."
"Aaah, masa secepat itu?" sela Cu Siau hong.
"Kau tidak mengerti, pengalamanku terlalu banyak, tapi aku justru menganggap enteng segala-galanya, aku sungguh tidak tahu akan perasaan diriku sendiri, tapi setelah bertemu dengan kau, tiba-tiba aku merasa bahwa diriku. . . ."
"Dirinya kenapa? Ang Bo tan tidak berkata lebih jauh, setelah menghela napas katanya kembali:
"Aku tahu, cici tidak pantas untuk mendampingi dirimu, aku Cuma berharap bisa menemanimu sepanjang masa, hal itu sudah cukup memuaskan diriku, mau menjadi gundik juga boleh, jadi pelayan juga boleh, cici tidak memperdulikan soal nama dan kedudukan"
Mendengar perkataan itu Cu Siau hong menjadi terkejut, segera pikirnya dihati:
"Tampaknya dia sudah mempergunakan siasat juga untuk menghadapi diriku, aku harus bertindak hati-hati, aku tak boleh terjerumus lagi ke dalam jaringan cintanya sehingga menjadi barang mainannya!"
Sementara dia masih termenung, Ang Bo-tan telah bertanya lagi.
"Sekarang, Bu khek bun dikuasahi oleh siapa?"
"'Tentu saja oleh ciangbun suheng'
"Bagaimanakah watak serta perangainya?''
"Sekalipun tegas namun tidak mengurangi kebijaksanaannya, dia adalah seorang manu-sia yang pandai mempertimbangkan keada-an'
`Bagaimana pula dengan suniomu?"
"Sunio berwelas kasih dan berhati bajik, beliau menganggap kami semua bagaikan terhadap putra putrinya sendiri"
"Kalau begitu, asal kita mau memohon kepadanya, siapa tahu dia bersedia pula untiuk menampung kita?"
"Berbicara dari perangai serta tabiat dari sunioku, mungkin ia masih bisa menampung kita, cuma kalau kita hanya berbicara melulu, belum tentu dia mau mempercayai-nya."
Ang Bo tan termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata:
"Siau hong, bagaimana senadainya kita membuat jasa yang besar bagi mereka. . . ?"
"Membuat jasa besar ?" perkataan Cu Siau hong agak tergerak, "jasa besar apakah itu?"
-ooo0ooo-
BAGIAN 23
KITA pergi menolong seseorang yang maha penting, kemudian mempersembahkan kepadanya.
Cu Siau hong merasa gembira bukan kepalang, hampir saja dia akan memperli-hatkan rasa girangnya itu, tapi sekuat tenaga dia berusaha untuk menahan diri, tanyanya:
"Manusia maha penting macam apakah itu?"
"Tentu saja orang yang penting sekali artinya bagi Bu khek bun kalian."
Setelah tertawa, lanjutnya.
"Kalian melakukan pencarian besar-besaran kesana kemari, masa bukan dia yang sedang kalian cari?"
Diam-diam Cu Siau hong kembali berpikir:
"Kelihatannya aku tak bisa berlagak pilon lagi. . .
Setelah menghela napas, sahutnya:
"Kami sedang mencari seseorang, Cuma tidak kami ketahui apakah orang itu masih hidup di dunia ini atau tidak'
"Siapakah dia?"
"'Tiong It-ki sute, satu-satunya keturunan dari mendiang guru kami"
"Oooh, dia bernama Tiong lt-ki!"
Benar, kami memang sedang mencarinya."
'Bila berhasil menemukan dirinya, apapula kebaikannya buat kita berdua ....?"
"Mungkin toa suheng akan memandang di atas keberhasilanku menemukan kembali It-ki sute, maka ia bersedia menampung kita'
"Kau mengatakan kita, itu berarti termasuk kau dan aku?"
"Tentu saja, tapi kemana kita harus mencari Tiong It ki!''
Ditempat ini memang ada seorang pemuda yang disekap, cuma aku tidak tahu apakah dia betul yang bernama Tiong It ki atau bukan?
Oooh.....? Macam apakah orang itu?"
"Kira-kira berusia tujuh delapan belas tahunan, wataknya keras dan konon dia berpuasa, tak mau makan apa-apa''
"Berpuasa dan tak mau makan apa-apa?" seru Cu Siau-hong gelisah, "lama kelamaan kan akhirnya bakal mati kelaparan!"
Ang Bo tan segera tertawa.
"Sekalipun dia tidak bersedia makan, tapi kamipun tidak berharap ia mati kelapa-ran, tentu saja kami selalu berusaha untuk membiarkan dia makan"
"Aaai.......! Sekalipun dia masih hidup, kita juga tak akan sanggup untuk menyelamatkan dirinya dari situ!''
"Soal itu sih bisa kuatasi, cuma aku tetap masih menguatirkan satu hal"
"Soal apa?"
"Aku kuatir kau akan membohongi diriku!"
'Membohongi dirimu? Kenapa aku musti membohongi dirimu?"
"Bu khek-bun kalian boleh dibilang ter-masuk salah satu perguruan lurus dalam dunia persilatan, aku kuatir kalian tak akan sudi untuk menampung manusia yang berna-ma busuk seperti aku ini''
"Soal ini. . . soal ini. . . aku rasa tak mungkin! Kau telah menyelamatkan Tiong It ki, mempertahankan keturunan dari mendiang guruku, kami semua orang Bu khek bun pasti akan merasa berterima kasih sekali kepadamu."
"Berterima kasih kepadaku adalah satu persoalan, bersedia menampung aku atau tidak adalah persoalan lain, maka sekarang lebih baik kita bicarakan dulu syaratnya"
"Syarat apa? Katakanlah, asal bisa kululuskan, tentu tak akan kutampik."
"Pertama, Bu khek bun harus bersedia untuk menyelindungi keselamatan jiwaku."
"Masih ada yang kedua?"
"ADA ! Kedua, aku minta untuk tinggal disisimu untuk selamanya.
"Soal itu tak berani kululuskan dengan begitu saja, sekalipun perguruanku menyetu-jui tapi aku masih mempunyai orang tua, persoalan ini harus kumintai persetujuannya dulu dari mereka berdua"
"Tak usah kuatir, permintaanku tak akan terlampau berlebihan!"
"Kau ingin. . . ."
"Aku cuma berharap kau meluluskan permintaanku untuk tetap berada disamping mu selamanya, entah apapun kedudukanku nanti"
'Jadi pelayanpun kau juga bersedia?"
'Bersedia, aku telah berkata, nau dijadikan gundik atau pelayan aku tetap bersedia"
Melihat kebulatan tekad orang, Cu Siau hong segera menghela napas panjang.
"Aaai . . . nona, buat apa kau musti bersikeras untuk melakukan kesemuanya itu?"
Ang Bo tan tertawa getir.
"Kau anggap aku benar-benar tidak me-ngerti apa-apa? Cu siangkong, aku cuma..."
Cu Siau hong juga tertawa getir, tukasnya kemudian. .
'Baiklah, kalau memang begitu aku ber-sedia meluluskan permintaanmu itu, tapi a-kupun berharap kau bisa teringat selalu denagan ucapanmu itu dan tak boleh mengaju-kan permintaan yang berlebihan"
Dengan sedih Ang Bo tan tertawa.
"Cu kongcu" katanya, "aku cukup memahami akan diriku sendiri, akupun tahu bahwa diriku ini adalah seorang perempuan binal yang tidak disukai banyak orang, perguruan-perguruan kenamaan juga enggan mengada-kan kontak dengan kami manusia semacam ini...."
"Apakah inilah yang menjadi alasan ba-gimu untuk mengikuti aku?"
"Tentu saja soal ini tak bisa dianggap sebagai suatu alasan� tukas Ang Bo tan, "yang paling penting adalah secara tiba-tiba aku menjadi muak sekali dengan penghidupanku dimasa lampau"
'Apakah ditempat ini kau merasa terlampau kesepian, maka membuat dirimu mengalami banyak perubahan?"
"Untung saja selama ini aku bisa mempunyai suatu penghidupan yang cukup panjang dan kesepian, sehingga memberi kesempatan bagiku untuk memikirkan banyak persoalan yang paling penting lagi adalah aku telah merasa bahwa diriku adalah seorang manusia, tapi merasakan suatu penghidupan yang bukan penghidupan seorang manusia"
"Oooh .... lantas apa pula yang sebenarnya telah terjadi?"
"Dimasa lalu, kami tiga bersaudara bersama-sama mengembara dalam dunia persilatan dengan sikap kami yang binal dan genit, ti-dak sedikit kejadian romantis yang telah terjadi dalam dunia persilatan selama ini, dalam masa-masa tersebut kami merasa girang sekali dengan permainan semacam itu, kami bermain menuruti suara hati sendiri dan tak pernah memikirkan soal yang lain, juga tidak merasakan penghidupan macam apakah yang sebenarnya sedang dilewati, juga tidak memikirkan soal gengsi, martabat ataupun nama baik, untung saja kami harus merasakan penghidupan yang cukup lama dalam kebun raya Ban hoa wan ini dalam keadaan kesepian, hal mana membuat kamipun teringat akan banyak persoalan, juga mengalami banyak sekali penderitaan sekalipun tubuh kami boleh dibilang sudah kotor dan tidak suci lagi, tapi perasaan hati kecil kami sesungguhnya merasakan suatu penderitaan dan siksaan yang luar biasa sekali besarnya"
"Nona, apakah kau bisa terangkan sedikit lebih jelas lagi, sesungguhnya penderitaan macam apakah yang telah kau rasakan?"
"Kau benar-benar tidak mengeri?"
Cu Siau hong orangnya memang cerdik tapi pengetahuannya masih terlampau cetek, apalagi soal hubungan antara lelaki dan perempuan serta hubungan seks, banyak hal yang sesungguhnya tidak ia pahami.
Maka sambil manggut-manggut katanya.
"Nona ada sementara persoalan memang tidak kupahami"
Ang Bo tan termenung dan berpikir se-bentar kemudian katanya..
"Cu kongcu, kau sudah pernah berteman dengan perempuan?"
"Aku pernah berkenalan dengan dua o-rang gadis, tapi oleh karena tidak terlalu sering berjumpa, jadi tak bisa dibilang sahabat kami
"Baiklah kalau begitu akan kukatakan dengan terus terang saja''
"Aku bersedia untuk mendengarkannya dengan seksama!"
"Dikala kami tiga bersaudara sedang berkelana didalam dunia persilatan dan mengobral cinta disana sini, secara tiba-tiba kami telah berjumpa dengan seseorang, seorang lelaki yang tampan dan sangat menarik hati"
'Bukankah kejadian ini merupakan suatu perjumpaan yang bagus sekali?"
"Kejadian yang kami alami hari ini tak lain adalah akibat dari perjumpaan kami denigan orang itu"
"Oooh . . . . ?"
Mukanya masih tetap diliputi oleh rasa bimbang dan tidak habis mengerti, jelas kejadian tersebut masih belum begitu dipaha-mi olehnya .
Ang Bo tan segera menghela napas pan-jang, katanya lebih jauh.
"Sedemikian tampannya orang itu mem-buat kami tiga bersaudara betul-betul terpikat hatinya kepadanya"
"Oooh .....? Manusia macam apakah diri-nya itu?"
"Dia bernama Ji kongcu, ada juga yang menyebut Ji sauya, tapi adapula yang memanggil Keng kongcu kepadanya"
"Apakah dia she Keng?"
"Benar!"
"Jadi lengkapnya Keng ji kongcu?" Ang Bo tan segera mengangguk.
Cu Siau hong segera berkata lebih jauh.
"Dahulu Go hong Li eng mempunyai seorang suami yang sama sehingga menimbulkan ceritera yang turun temurun sampai sekarang, kini kalian tiga bersaudara bersama-sama mencintai satu orang asal diantara kalian bisa saling mengalah dan saling menyesuaikan diri, peristiwa sema-cam itu sesungguhnya tidak terhitung sesuatu persoalan yang melanggar hukum!"

Dengan sungguh hati kami mencintai dirinya, tapi dia dengan cepat menjadi bosan dengan kami, setelah membawa kami ke kebun raya Ban hoa wan ini, kami disuruh menyaru sebagai nikoh dan ditugaskan menja-ga kuil kecil ini"
"Perbuatan itu toh tidak termasuk suatu tindakan yang sangat tercela. . ?"
"Ia sama sekali tidak menganggap seba-gai manusia, jika lagi senang kamipun diundang kesana untuk melampiaskan napsu bi-rahinya, setelah itu kami dihantar kembali ke sini dan menjadi nikoh lagi untuk menjagakan kuilnya."
"Apakah kalian tidak dapat pergi mencarinya?''
"Tidak dapat, kami tak akan bisa mene-mukan dirinya, sekalipun berhasil menjumpainya, paling tidak juga dicaci maki habis-habisan, kemudian dikirim balik lagi kemari'
"Mengapa kalian tidak melawan?"
Ang Bo tan segera menghela napas panjang, sahutnya:
"Niat untuk membangkang sebetulnya pernah juga muncul dalam hati kami, tapi entah apa sebabnya kami tak pernah mampu untuk mengembangkan rasa beraninya itu"
"Apa pula sebabnya?"
Ang Bo tan termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya:
"Pertama, kepandaian ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, kami bertiga tak akan mampu menahan sepuluh gebrakan ditangannya, kedua, diapun mempunyai kewibawaan yang sangat besar, membuat siapa saja tidak berani membangkang jika berada dihadapannya."
"Oooh. . . ada kejadian seperti ini! Sebetulnya manusia macam apakah dirinya itu?"
"Usianya belum mencapai tiga puluh tahunan, mukanya tampan dan bersih, matanya memancarkan sinar tajam dan tampak berwibawa sekali"'
Mendengar ucapan itu, Cu Siau hong menghela napas panjang.
"Waaah. . . kalau begitu aku jadi kepingin sekali untuk bisa berjumpa muka dengannya?"
'Cu kongcu, aku berharap kau jangan sampai berjumpa muka dengan dirinya .... ?"
"Kenapa?'
"Dia berhati kejam, busuk dan tak mengenal peri kemanusiaan, salah berbicara sepatah kata saja dia bisa turun tangan untuk membunuh orang, sesungguhnya dia bukan seorang manusia yang mudah untuk dihadapi"
Cu Siau hong manggut-manggut, katanya:
"Jika suatu yang tiada ditumpuk selama bertahun-tahun, akhirnya mungkin menjadi ada, bila suatu pengaruh ditanamkan bertahun-tahun, maka akhurnya perasaan kalian terkendalikan olehnya, sebab itulah meski kalian merasa dirinya dipermainkan oleh dirinya, akan tetapi kalian sama sekali tak berani menaruh keinginan untuk menghianati dirinya"
"Yaa, mungkin demikianlah keadaannya, cuma setelah aku berjumpa dengan kongcu, tiba-tiba saja dari hati kecilku muncul semacam semangat dan keberanian untuk melawan pengaruhnya itu"
"Aaaai. . . . ! Tapi jika kau sampai berjumpa lagi dengan dirinya, keberanian tersebut mungkin akan lenyap secara tiba--tiba"
Ang Bo tan agak tertegun, kemudian sa-hutnya:
"Aku belum pernah memikirkan persoa-lan tersebut dalam hati"
Cu Siau-hong tertawa, ujarnya:
"Nona sampai sekarang kau cuma pernah menyaksikan caraku mencabut pedang, kau belum melihat kepandaian silatku yang se-benarnya, darimana kau bisa merasa begitu yakin jika aku sanggup untuk melindungi keselamatan jiwamu?"
Ang Bo tan menjadi tertegun, setelah itu selapis rasa bingung menghiasi wajahnya, dia berkata:
"Soal ini, aku . . . . "
Padahal, Cu Siau hong sendiripun tidak habis mengerti.
Diapun sedang berpikir, baru pertama kali mereka saling bersua, mengapa Ang Bo--tan bisa menaruh kepercayaan penuh terha-dap dirinya?
Tapi Cu Siau hong juga dapat melihat bahwa kepercayaannya itu bukan hanya kepercayaan yang terbatas hanya dibibir saja, melainkan rasa percaya yang benar-benar muncul dari kejujuran hatinya.
Terdengar Ang Bo tan menghela napas panjang, lalu katanya:
Aaai, persoalan ini sebenarnya tidak mudah untuk dijelaskan, andaikata kongcu tidak menyinggungnya, akupun tak akan berpikir sampai kesitu, tapi sekarang kongcu telah menyatakan, aku menjadi tidak ta-hu apa yang musti kujawab"
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya.
"Cuma, rasa percayaku terhadap kongcu, benar-benar muncul dari sanubari yang jujur."
"Soal ini aku mengerti, cuma yang tidak kupahami adalah manusia berpengalaman macam nona yang sudah lama melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, sudah sering kali menghadapi ancaman badai yang besar, kenapa pula dengan begitu gampang kau percayai seseorang yang baru pertama kali dijumpai..."
"Aku tidak memiliki kewibawaan seperti Keng ji-kongcu, juga tidak memilikiRi kemampuan untuk menaklukkan orang, tapi sikap nona terhadapku ternyata begini ...."
Tampak secara tiba-tiba ia berhasil menangkap sesuatu? Teringat akan sesuatu?
Perasaan bingung dan bimbang yang semula menghiasi wajah Ang Bo tan pun lambat laun menjadi luntur kembali, dalam detik yang amat singkat itu dia pun seakan-akan telah teringat akan sesuatu?
Ketika sepasang mata berjumpa mereka saling berpandangan lama sekali, suasana pun hening tak kedengaran sedikit suarapun.
Lama, lama sekali, Ang Bo tan baru berkata:
"Cu kongcu, manggut-manggut katanya:
"Baik, harap nona katakan agar akupun bisa turut mendengarkan ....."
Mungkin perjelasanku tak bisa kau pahami, tapi aku telah berhasil menemukan suatu perumpamaan ...."
Setelah membereskan rambutnya yang kusut, dia melanjutkan:
"Seperti seseorang yang tercebur di tengah samudra luas dan berpegangan di atas sebuah balok kayu, dia merasa balok kayu itu merupakan satu-satunya benda yang bisa melindungi keselamatan jiwanya, maka dia tak berani lepas tangan, sebab dia masih tetap terendam didalam air laut yang dingin."

Cu Siau hong manggut-manggut.
Maka Ang Bo tan berkata lebih jauh:
"Menanti dia telah melihat daratan baru diketahui olehnya kalau tempat tersebutlah baru benar-benar merupakan tempat yang aman, walaupun perjalanan cukup jauh, tapi dia telah menemukan setitik harapan. dia pun baru berani melepaskan balok kayu itu dan berenang menuju ke tepi pantai, mungkin selama hidup ia tak pernah berhasil mencapai daratan tersebut, tapi toh bagaimanapun juga ia sudah mempunyai tujuan, harapan yang besar menimbulkan pula keberanian yang besar, sekalipun akhirnya dia mati tenggelam ditengah samudra, dia tak akan mati dengan perasaan penasaran ...."
"Tanpa lampu lentera, selamanya me-mang susah untuk melepaskan diri dari kegelapan"
"Selama ini kami selalu hidup didalam kegelapan" lanjut Ang Bo tan, "kami tak pernah melihat cahaya, tak pernah melihat sinar lentera, oleh sebab itu kami selalu mencari, menanti dan sekarang, pada akhirnya kita berhasil juga melihatnya."
"Melihat apa ?"
"Melihat cahaya lentera tersebut, melihat sinar terang itu, mau lentera juga boleh, sinar juga boleh, tapi kesemuanya itu telah memberi keberanian yang besar bagiku, memberi semangat juang yang besar dalam hatiku, membuat niat membangkang dan memberontak yang sudah lama tertanam di dalam hatiku semakin menggelora dan berani diutarakan keluar"
"Benarkah aku mempunyai kegunaan sedemikian besarnya?"
"Aku berbicara dengan sejujurnya, ka-lau dibicarakan sesungguhnya aneh sekali, kau seakan-akan memiliki semacam kekuatan yang membuat kami berani untuk meninggalkan Keng ji kongcu"
Cu Siau hong terbungkam dalam seribu bahasa, dia mengerti dalam hal seperti itu bukan hanya pengaruh kekuatan ilmu silat saja, diantaranya masih terdapat pula pengaruh semacam kekuatan perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata dan karena semacam kekuatan inilah maka mereka baru tak berani menghianati Keng Ji-kongcu.
Ang Bo tan tertawa, kemudian melanjut-kan:
"Cu Kongcu, yang kumaksudkan bukan hanya ilmu silatmu saja, selain daripada itu masih terdapat pula semacam kekuatan yang sangat aneh'
"Kekuatan apakah itu? Mengapa aku sama sekali tidak merasakannya?"
"Aku tak bisa mengatakannya, kau dan Keng Ji-kongcu sama-sama tampannya, sama-sama memiliki semacam daya tarik untuk kaum wanita, tapi kau kelebihan. . . ."
"Kelebihan apa? Tampaknya dia tak sanggup untuk mengutarakannya, terpaksa perempuan itu membungkam dan tidak berbicara lagi.
Cu Siau hong tertawa, katanya:
'Nona, betulkah kau ingin melepaskan jalan yang sesat untuk kembali ke jalan yang benar ?"
Ang Bo tan manggut-manggut.
"Yaa benar Cu kongcu, apakah kau tidak percaya?" tanyanya.
"Aku memang masih sangsi nona, hal mana bukanlah suatu pekerjaan yang amat gampang, kebiasaan selama banyak tahun, perbuatan selama banyak tahun, sudah cukup untuk membuat seseorang terperosok ke dalam suatu liang jebakan yang dalam sekali, bila kau ingin melompat keluar dari dalam liang jebakan tersebut, maka kau harus mengerahkan suatu kekuatan yang sangat besar"
"Aku tahu, dan kami telah mempersiapkan diri dalam soal mental selama satu tahun lebih, kami selalu menunggu dan menunggu, menunggu tibanya kesempatan seperti ini, menunggu datangnya orang yang sanggup membawa kami melompat keluar dari liang jebakan ini"
Dengan wajah serius Cu Siau hong lan-tas berkata:
"Nona, jika kau bena-benar mempunyai niat dan tekad untuk melompat keluar dari liang jebakan tersebut, dengan sepenuh tenaga aku akan menolong serta membantu dirimu, sekarang yang penting kita harus menyelamatkan Tiong It-ki lebih dahulu''
Ang Bo tan tertawa, sambungnya:
"Kekuatan yang kita milikil sekarang masih terlalu minim, aku membujuk toa ci dan ji ci lebih dahulu, kemudian kami bertiga baru akan bekerja sama untuk bantu menyelamatkan diri Tiong It-ki, sebab dengan begitu kekuatan kita akan bertambah besar"
"Melukis harimau tidak jadi angjing lah yang muncul, masalah ini sangat penting dan serius, pengaruhnya juga sangat besar, aku harap kau suka berpikir panjang lebih dulu sebelum mengambil segala macam tindakan dan keputusan."
"Kami tiga bersaudara mempunyai nasib serta pengalaman yang sama, kami pun be-rada didalam keadaan lingkungan, serta kea-daan suasana yang sama, itulah sebabnya didalam hati kami masing-masing telah muncul suatu perasaan yang sama pula, sudah banyak kali kami bersama-sama mem-bahas keadaaa ini, tapi sampai sekarang belum juga melakukan gerakan apa-apa, maka setelah ada kesempatan baik sekarang, kenapa aku tak boleh mengajak pula diri mereka?"
"Jikalau memang begitu, cepatlah kau pergi jumpai mereka berdua!"
Ang Bo tan manggut-manggut.
"Kaupun ada baiknya ikut serta, sebab kau ada semacam kekuatan dan kekuatan tersebut harus diperlihatkan dahulu kepada mereka agar mereka percaya dan yakin" katanya.
"Baik, akan kutemani dirimu!"
Ang Bo tan lantas manggut-manggut, kembali katanya:
Kongcu, harap kau suka mengikuti dibela-kangku, sebab pintu rahasia tersebut akan menutup kembali dengan cepatnya bila sudah terbuka nanti..
"Jangan kuatir nona, aku masih sanggup untuk mengikuti dibelakangmu ....!" sahut Cu Siau hong seraya mengangguk.
Ang Bo tan tidak banyak berbicara lagi, dia lantas beranjak dari tempat itu.
Cu Siau hong segera mengikuti dibelakang nya.
Terlihat olehnya Ang Bo tan berjalan menghampiri dinding batu itu kemudian menekan pelan suatu bagian batuan disitu, mendadak terbukalah sebuah pintu rahasia.
Ang Bo tan segera menundukkan kepalanya dan secepat sambaran kilat menerobos masuk lewat pintu rahasia itu.
Bagaikan bayangan tubuh Cu Siau hong segera menyusul dibelakang perempuan itu.
Ternyata mereka telah tiba disuatu lorong rahasia yang lain, lorong itu membentang jauh ke dalam sana dan panjangnya tidak lebih hanya dua kaki lebih, dengan cepatnya mereka telah tiba diujung lorong tadi.

Cu Siau hong secara ketat mengikuti terus dibelakang Ang Bo tan, selain itu secara diam-diam diapun selalu memperhatikan gerak tangan perempuan itu, mengamati bagaimana caranya membuka pintu-pintu rahasia diatas dinding tersebut.
Tampak Ang Bo tan berpaling sambil tertawa, lalu katanya.
''Tombol rahasia yang berada di dalam setiap lorong berbeda satu sama lainnya, cuma asalkan mau memperhatikan dengan lebih seksama tentu akan kau ketahui pula rahasia nya dan secara mudah akan menemukan pula tombol-tombol rahasia lain di tempat-tempat yang lain pula"
Kembali Cu Siau hong manggut-manggut.
Ang Bo tan lantas meraba sebentar dinding batu itu, kemudian katanya lagi.
''Ini dia tombolnya berada disini''
Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk mendorong, betul juga diatas dinding tersebut segera terbukalah sebuah pintu rahasia.
Begitulah keadaan selanjutnya secara beruntun mereka telah menembusi lima buah lorong rahasia.
Cu Siau hong yang menaruh perhatian khusus terrhadap keadaan disekeliling tempat itu segera merasakan bahwa luas lorong-lorong rahasia itu sama antara yang satu dengan lainnya, tapi panjangnya justru berbeda, namun yang terpanjangpun paling banter hanya lima kaki, sedangkan yang terpendek cuma satu kaki lebih..
Sewaktu mereka memasuki lorong bawah tanah yang ke enam, tiba-tiba Ang Bo tan merendahkan suaranya sambil berbisik:
"Cu kongcu, sebenarnya kau harus tinggal disini lebih dulu agar aku bisa berunding dahulu dengan kedua orang kakak beradikku sebelum kau turut pula masuk kedalam, tapi aku tahu sudah pasti kau tak akan meluluskan permintaan itu dan kaupun tidak akan mempercayai diriku sepenuhnya. . ."
Cu Siau hong tertawa, tukasnya:
"Nona, didalam hal ini bukan soal percaya atau tidak percaya yang menjadi masalah, Cuma aku merasa kurang baik bila harus bertindak demikian!"
"Itulah sebabnya aku baru mengajakmu untuk merundingkan persoalan ini!"
"Katakan saja nona!"
"Kita akan masuk bersama untuk berjumpa dengan mereka, Cuma kau harus bisa menahan diri."
"Maksudmu?"
"Senadainya mereka marah-marah, kau jangan gampang turut marah."
"Baik!"
"Bagaimana seandainya turun tangan dan melancarkan serangan kepadamu?" tanya Ang Bo tan.
'Apakah aku tak boleh membalas?'' Cu Siau hong balik bertanya sambil menatap wajah perempuan itu lekat-lekat.
"Itu mah tidak, bila sampai terjadi pertarungan, lebih baik kalau kau gunakan cara yang tercepat untuk menaklukkan mereka berdua''
'Maksudmu, kau suruh aku menggunakan pedang?"
"Lebih baik kalau jalan darah mereka yang ditotok, kemudian baru berusaha membujuk mereka agar mau takluk, jangan lupa ilmu silat yang dimiliki kedua orantg itu pun tidak lemah, terlepas dari hubungan persaudaraan antara diriku dengan mereka berdua, jika kita bunuh kedua orang itu maka yang kita peroleh hanya berkurang-nya dua orang musuh belaka, tapi jika kita bisa menaklukkan hati mereka, itu ber-arti kita akan memperoleh dua orang pembantu yang tangguh"
'Ehmm.. ucapanmu memang sangat masuk diakal!"
Ang Bo tan segera tersenyum kembali u-jarnya:
"'Sungguh tak kusangka kalau kau adalah seorang demikian gampang untuk diajak berbicara"
''Aku hanya menarik soal cenglinya saja, asalkan setiap perkataan nona beraturan dan bisa diterima dengan akal sehat, sudah bartang tentu aku menurutinya tanpa memban-tah ......"
"Aah, perkataan kongcu terlampau serius."
Dengan cepat dia menepuk kembali keatas dinding lorong.
Betul juga, sebuah pintu rahasia dengan cepat terbentang kembali lebar-lebar.
Setelah masuk kebalik pintu, terbentang sebuah undak-undakan batu menuju keatas.
Sekali lagi Ang Bo-tan berpaling dan memandang sekejap kearah Cu Siau-hong, ke-mudian ujarnya:
'Cu kongcu, naik keatas sana maka kita akan tiba ditempat tujuan, bila mana tidak terlalu mendesak aku harap kau jangan sembarangan turun tangan"
"Aku mengerti!"
"Aku percaya, setelah mereka berjumpa dengan dirimu nanti, dengan cepat mereka akan menuruti pula bujukan ku!"
Cu Siau hong hanya manggut-mangut dan tidak berbicara apa-apa lagi.
Ang Bo tan segara melangkah naik ke a-tas.
Kali ini dia berjalan sangat lamban, agaknya ada sesuatu yang sedang dipikirkan.
Tapi tak selang beberapa saat kemudian, sampailah mereka didepan sebuah pintu besi.
Ang Bo tan segera mendekati pintu tersebut dan mengetuk pintu tiga kali ketukan cepat dan dua kali ketukan pelan.
Mungkin itulah kode rahasia yang telah mereka janjikan sebelumnya, maka tanpa berlangsung tanya jawab, pintu baja besi itu terbuka lebar.
Menyusul terbukanya pintu dari dalam pintu baru kedengaran suara seorang perempuan yang menegur dengan nada genit:
"Sam moay kah disitu?"
"Selain siau moay yang muncul lewat lorong bawah tanah, memangnya masih ada orang lain?" sahut Ang Bo tan.
"Kraakk....!" pintu besi itu terpentang semakin lebar.
Ang Bo tan segera melompat kedepan dan mempergunakan suatu gerakan tubuh yang amat cepat ia menerobos masuk ke dalam ruangan.
Sedetik sesudah mereka masuk, secara otomatis pintu baja itu menutup kembali seperti sedia kala.
Tempat itu masih berada dibawah tanah letaknya, tapi jauh lebih lebar dan luas, jelas merupakan sebuah ruang rahasia dibawah tanah.

Dekorasi maupun perabot yang ada di sana sangat mewah dan indah, bau harum semerbak terendus dalam seluruh ruangan.
Tak bisa disangkal lagi, ruang rahasia ini adalah kamar tidurnya kaum wanita.
Dalam kenyataannya dalam ruangan itu pun duduk dua orang perempuan, seorang dayang muda berdiri disisi pintu baja tersebut.
Sedangkan dua orang perempuan yang sedang duduk itu, yang seorang memakai baju berwarna hijau dengan sulaman bunga teratai besar diatas dadanya.
Sedangkan yang lain, mengenakan baju berwarna kuning dengan sekuntum bunga Bwe tersulam diatas dadanya.
Lik hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan ketiga orang ini merupakan tiga bersaudara yang kecabulan serta kejalangannya sudah amat termashur dalam dunia persilatan.
Ui Bwe memandang sekejap ke arah Ang Bo tan, lalu memandang pula ke arah Cu Siau hong, setelah itu dengan dingin tegurnnya:
"Sam moay, apa yang telah terjadi? Dari mana datangnya lelaki liar ini ...."
Sementara itu Liok hoo cuma duduk membungkam ditempat semula, hanya sepasang matanya yang tajam mengawasi terus wajah Cu Siau hong tanpa terkedip.
Ang Bo tan tertawa, ujarnya:
'"Toa ci, Ji ci, coba kalian perhatikan dengan seksama, bagaimanakah tampang lelaki liar ini?"
'Sam moay apakah kau sudah rada gila?" kembali Ui Bwe menegur dengan kening berkerut.
"Tidak, Siau moay sama sekali tidak gila, cuma akupun mengerti bahwa perbuatanku membawanya kemari adalah suatu perbuatan yang tidak benar ......"
"Sam moay, kalau sudah tahu kalau membawanya kemari adalah suatu perbuatan tak benar, mengapa kau membawanya kemari? tukas Ui Bwe lebih lanjut.
"Pertama, karena ilmu silatnya terlalu tinggi, jika aku tidak membawanya kemari maka kemungkinan besar dia akan membunuh-ku. kedua, orang ini masih bisa dilihat meskipun secara sambil lalu, maka sengaja ku bawanya kemari agar diperlihatkan kepada cici berdua.'
Lik Hoo mengiakan lalu melompat bangun setelah itu tegurnya:
Siapa namamu?"
"Aku she Cu, bernama, Cu Siau hong!"
"Berasal dari mana?"
"Anak murid Bu khek bun!'
"Kau sanggup menaklukkan Sam-moay kami, itu berarti ilmu silatmu tinggi sekali "
"Yaa, lumayanlah!"
Lik Hoo segera tertawa, katanya lagi.
"Kau pandai sekali membawa diri!''
"Apakah nona besar ingin menguji kepandaianku?"
''Itu mah harus melihat keadaan dulu, siapa tahu aku akan membunuh dirimu?"
"Oya?" Cu Siau hong tertawa.
"Toa ci!" tiba-tiba Ui Hwe berseru, "coba kau lihat tampangnya itu, dia seakan-akan sama sekali tidak takut"
Cu Siau hong lantas mengalihkan sorot matanya ke wajah Ang Bo tan, setelah itu katanya sambil tertawa.
"Nona Sam, apakah maksudmu membawaku kemari adalah untuk mendengarkan nasehat mereka?" .
"Jika persoalan tidak dijelaskan tak akan mengerti, bila kayu tidak dibor tak akan berlubang, sebelum duduknya persoalan dijelaskan, suatu kesalahan paham pasti tak akan terhindar, dari kesalahan paham ini memang wajib dijelaskan agar semua persoalan menjadi terang"
"Baiklah, kalau begitu tolong nona Sam bersedia membantuku untuk memberi kete-rangan"
Ui Bwe segera mendengus dingin, tegurnya tiba-tiba:
"Sam moay, kau telah meluluskan permintaan apa darinya?'.
"Aku tidak meluluskan apa-apa!"
"Bagus! Kalau begitu bocah keparat ini sengaja membicarakan yang bukan-bukan!"
"Itupun tidak!" jawab Ang Bo tan, "dia bilang, minta kepadaku untuk menjelaskan situasinya saat ini"
'Sam moay, aku harap kau suka menerangkan persoalan ini secara blak-blakan tanpa tedeng aling-aling..."
"Toaci, jici, selama banyak waktu kita berdiam dalam kebun raya Ban hoa wan ini, entah apa saja yang dirasakan oleh cici berdua?"
"Soal ini . . . apa pula perasaaamu? "kata Lik Hoo kemudian.
"Dulu, didalam dunia persilatan kita tiga bersaudara selalu dianggap orang sebagai tiga bersaudara jalang, waktu itu mes-ki nama kita kurang sedap didengar namun penghidupan yang kita lewatkan sangat menyenangkan dan selalu gembira, tapi bagaimana dengan sekarang? Siau moay merasa diriku sudah bukan manusia lagi meski wujudnya saja masih tetap seorang manusia!"
Lanjutkan!"
"Sekarang, kita tak lebih hanya barang mainan dari Keng Ji kongcu, disamping itu kitapun masih harus melakukan pekerjaan baginya, jangankan sebagai seorang dayang, bahkan sebagai seekor anjing peliharaannya pun masih tidak memadahi, bayangkan sa-ja daripada hidup melewati penghidupan semacam ini, apakah tidak lebih baik mati saja?"
"Sam moay, kenapa kau tidak melarikan diri saja?" tegur Lik Hoo dengan suara dingin.
"Bisakah kita melarikan diri? Kalian toh sudah pernah menyaksikan bagaimana keji-nya tindakan mereka terhadap orang-orang yang berhianat kepada mereka, kalau bukan dijadikan umpan harimau, tentu kau dibikin mati tak bisa hidup pun tak dapat"
Lik Hoo menghembuskan napas panjang, katanya kemudian:
"Sam moay, sebenarnya apa maksudmu mengajak orang itu datang kemari .....?"
"Aku mengajaknya datang kemari adalah agar toaci dan jici dapat melihatnya"
"Sekarang, aku toh sudah melihatnya!"
"Lantas, bagaimanakah menurut pan-dangan toaci serta Ji ci? ' tanya Ang Bo tan kemudian.
"Kami masih belum begitu memahami, Sam moay, dapatkah kau menerangkan dengan lebih jelas lagi?."

"Apa lagi yang harus kukatakan? Aku hanya meminta agar kalian suka melihat orang ini saja!''
Lik Hoo segera tertawa, katanya lagi: "Sam moay, bukankah tetap kukatakan aku dan Ji moay telah melihatnya, tapi apa kah tujuan kedatangannya kemari?"
"Toaci, haruskah kukatakan dengan sejelas-jelasnya?"
"Tentu saja!" jawab Lik Hoo sambil tertawa, "bila kau tidak memberi keterangan, keputusan apa pula yang bisa kita ambil?'
"Aku telah membicarakan persoalan ini dengannya, dan pembicaraan tersebut sudah cukup jelas, aku berharap agar dia bersedia menampung kita bertiga"
"Maksudmu mengawini kita bertiga sebagai istrinya?"
"Soal ini dia belum meluluskan, cuma dia telah bersedia untuk mengijinkan kita mengikutinya, mau dijadikan sebagai gundik atau dayang, dialah yang akan memutuskan"
"Oooh .....! Kau suruh kami ikut dia sebagai dayang?" teriak Ui Bwee tiba-tiba.
"Jici, coba kau perhatikan dirinya secara baik-baik!" pinta Ang Bo tan segera.
"Itu mah tak perlu, aku sudah cukup jelas memperhatikan dirinya"
"Bagaimana kalau dia dibandingkan dengan Keng Ji kongcu?
"Dia maupun Keng Ji kongcu adalah dua orang manusia yang berbeda, mana mungkin bisa diperbandingkan?"
"Selama beberapa hari tinggal dalam kuil kecil itu, sudah banyak persoalan yang telah Siau moay pikirkan diantaranya yang paling penting adalah kenapa kita tidak mau meninggalkan kebun raya Ban hoa wan ini?
'Bukankah sudah kau katakan secara jelas tadi, kau takut ditangkap mereka dan dijatuhi hukuman mati?" kata Lik Hoo.
"Itu hanya salah satu alasannya saja"
"Lantas masih ada alasan apa lagi?" ta-nya Ui Bwe.
"Sesungguhnya kita telah terbelenggu o-leh semacam kekuatan yang tak berwujud yakni jaring cinta, cuma kita sendiri saja yang tidak mengetahuinya" .
"Ooooh!" Ui Bwe berseru tertahan.
Lik hoo juga menghembuskan napas panjang, katanya:
"Sam moay, apa yang kau pikirkan itu mungkim saja ada benarnya cuma . . . . "
"Dengarkan dulu keterarganku" tukas Ang Bo tan, "Mungkin apa yang kupikirkan memang terlampau banyak, tapi cici berdua mungkin saja belum pernah berpikir sampai kesitu? Selama ini, kita bersaudara memili-ki kontak batin yang cukup kuat dan mungkin karena pandangan kita dalam persoalan ini berbeda maka kita tak pernah mengungkap-kannya satu sama lain, sekarang, aku telah bertekad untuk pergi mengikutinya, mau dijadikan gundik atau dayang, aku rela. Bila cici berdua enggan menghianati Keng Ji kongcu, maka hal ini merupakan urusan cici berdua, siau moay tak ingin terlalu memaksa, siau moay hanya memohon kepada cici berdua untuk mengingat pada hubungan persaudaraan kita selama banyak tahun, untuk melepaskan diriku pergi dari sini!"
"Kau, Sam moay" seru Ui Bwe.
"Jici, jangan turun tangan secara sembarangan:, bujuk Ang Bo tan lagi, "meski ilmu silat yang kita bertiga miliki sangat lihay, tapi jika dibandingkan dengan ilmu pedang Cu kongcu, kita semua masuh bukan tandingannya."
"Ooooh. . . benarkah dia memiliki ilmu silat yang demikian lihaynya. . . . ?" seru Lik Hoo.
"Siau moay tidak berani membohongi cici berdua!"
Lik Hoo segera tertawa dingin ujarnya:
"Siau moay tetap tidak percaya kalau dia memiliki ilmu silat yang begitu lihaynya"
"Toaci, kenapa kau begitu tak percaya kepada siau moay?"
Lik Hoo tertawa hambar, katanya:
"Sam moay, persoalan ini tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, tak usah Sam moay risaukan"
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya kembali:
'Ji moay, coba turun tanganlah untuk menjajal kepandaian silat yang dia miliki"
"Siau moay turut perintah.'
Belum selesai ucapan tersebut di utarakan Ui Bwe telah turun tangan dengan kecepatan luar biasa, ke lima jari tangannya direntangkan dan segera mencengkeram pergelangan tangan kanan Cu Siau hong.
Dengan cepat Cu Siau hong menggerakkan pergelangan tangan kanannya ke bawah untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut, setelah itu secepat kilat kelima jari tangannya membalik keatas dan berbalik mencengkeram pergelangan tangan kanan Ui Bwe, katanya dengan dingin:
"Nona, serangan yang kau lancarkan itu terlampau lambat gerakannya .....!"
Ui Bwe menjadi tertegun, serunya kemudian:
"Toa-ci, hebat juga bocah muda ini."
Cu Siau hong tertawa hambarm sambil melepaskan cengkeramannya pada perge-langan tangan Ui Bwe, sorot matanya segera dialihkan ke tubuh Lik Hoo, kemudian katanya:
"Nona besar, apakah kau juga kepingin menjajal?"
"Kau bermaksud menghadapi kami bertiga secara bersama?"
"Bila kalian bertiga bersedia untuk bertarung melawanku, apa salahnya kalau mencoba untuk mengerubutiku?"
"Besar betul kata-katamu itu!" seru Lik Hoo.
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Ang Bo tan, setelah itu tambahnya:
''Sam moay, bagaimana menurut pendapat-mu?"
"Sekalipun kita turun tangan bersama! tetap bukan tandingannya, buat apa toaci mesti bersusah payah untuk mencobanya?"
"Maksud Sam moay, kau tidak bersedia untuk bekerja sama dengan kami untuk me-ngerubutinya?" tanya Lik Hoo dengan ke-ning berkerut.
''Maafkanlah daku toaci!"
Tiba-tiba Lik Hoo menerjang maju ke depan, kemudian secara beruntun melancar-kan tiga buah serangan berantai.
Cu Siau hong dengan cekatan menggerak-kan badannya miring kesamping, meski tanpa bergeser barang setengah langkahpun, namun ketiga buah serangan tersebut berhasil dihindari semua.

Lik Hoo segera manggut-manggut, seru-nya kemudian:
"Ehmm . . . . ! Memang hebat sckali kepandaian silatnya"
"Toaci, sekarang kau sudah percaya dengan perkataan Siau moay bukan?" ujar Ang Bo tan kemudian.
''Yaa, aku sudah percaya sekarang, dia memang jauh lebih hebat daripada kita bertiga!''
"Kalau toaci sudah percaya, hal ini lebih baik lagi"
Sam moay, pernahkah kau pikirkan, sekalipun dia dapat menangkan kita bertiga, namun sanggupkah dia untuk menangkan Keng ji kongcu?"
"Sekalipun tak bisa menangkan dirinya, lebih baik kita mati dalam pertarungan membelai kongcu ini, dari pada mati sengsaras di dalam kebun raya Ban hoa wan"
"Sam moay aku lihat kau sudah benar-benar terpikat olehnya"
"Toa ci, dia adalah seorang Kuncu, paling tidak ia dapat menganggap kita sebagai sesama manusia."
"Bagaimanapun juga toh nasib kita akhirnya juga sama, tak akan lolos dari hukuman keji mereka, dijadikan umpan buat harimau-harimaunya?"
"Soal ini, nona sekalian tak perlu kuatir" timbrung Cu Siau hong kemudian. 'kedelapan belas ekor harimau itu sudah mampus semua"
"Yaa, aku telah mendengar suara pekikan ngeri dari harimau-harimau tersebut" sambung Ang Bo tan.
"Sam moay!" kata Lik Hoo, "sudah kau periksakah kalau kawanan harimau itu telah mati semua?"
"Soal ini, siau moay hanya mendengar dan belum melihat!".
"Setelah melihat sendiri, hal ini baru bisa dipercaya, kalau Cuma mendengar melulu, siapa tahu kalau itu palsu?"
Cu Siau hong yang menjumpai keadaan tersebut, segera gelengkan kepalanya berulang kali, katanya sambil menghela napas panjang:
"Nona Sam, setiap orang mempunyai pendapat serta jalan pikiran yang berbeda-beda, lebih baik jangan terlalu kau paksakan kehendakmu. Betul mereka adalah saudara-saudara angkatmu, namun kau tak akan mampu untuk mengetrapkan pendapatmu dalam hati mereka, apalagi menyeret mereka terjun ke air, mari kita pergi saja!"
Ang Bo tan segera menghela napas panjang, katanya kemudian.
"Toa-ci, Ji-ci, sudah lama kita mempunyai niat untuk menghianati kebun raya Ban Hoa wan, hari ini kesempatan yang kita nanti-nantikan telah tiba, mengapa cici berdua tidak bersedia untuk pergi bersama siau moay?"
"Sam moay, taoci kuatir sulit buat kita untuk meninggalkan tempat ini dengan selamat. . ."
"Toaci!" kembali Ang Bo tan menyela, "sekalipun kita tidak mati bila tetap berada disini, tapi penghidupan kita jauh akan lebih tersiksa dan sengsara daripada mati!
"Sam moay . . ."
"Toaci, kaupun tak usah banyak berbicara lagi, tekad siau moay sudah bulat, entah kalian mau ikut atau tidak, pokoknya siau moay sudah bertekad akan pergi meninggalkan tempat ini, nah cici berdua, siau moay ingin mohon diri"
"Sam moay, apakah tidak kau pikirkan dengan lebih matang lagi?" ucap Lik Hoo lagi.
"Siau moay telah bertekad untuk pergi, jika cici berdua tak mau ikut, terpaksa siau moay akan pergi sendiri` Cu Kongcu mari pergi. . . . !"
"Tunggu sebentar!" bentak Lik Hoo dengan suara keras, "Sam moay, kau tidak boleh pergi dengan begitu saja"
Apakah toaci hendak memaksa siau moay dengan kekerasan?"
''Sam moay kau tak boleh terlampau menuruti suara hati sendiri"
'Toa ci bagaimanapun juga kita pernah bersam-sama, apakah kau betul-betul hendak membawa penyelesaian dari persoalan ini lewat suatu pertarungan."
Lik Hoo menjadi tertegun lalu, katanya.
"Sampai begini dalamkah rasa cintamu kepadanya?"
"Toa-ci!" kata Ang Bo tan dengan wajah serius, "keputusan yang siau moay ambil kali ini bukan dikarenakan cinta yang terlalu mendalam, melainkan karena aku bear-benaar menaruh rasa kasihan dan hormat kepadanya'.
"Jadi bagaimana sekarang? Apakah kau bersiap-siap untuk bertarung melawan toaci mu sendiri?"
''Toa ci siau moay tidak punya maksud de-mikian, aku ha3nya berharap agar toa-ci ber sedia mengingat hubungan persaudaraan kita dimasa lalu untuk melepaskan siau moay agar bisa pergi dari sini"
"Adikku yang baik, masa perkataan cicimu tidak sudi kau turuti sama sekali?"
"Toaci, setiap orang mempunyai cita-cita serta tujuan yang berbeda, kalau toh diantara kita bersaudara sudah tiada harapan untuk hidup bersama lagi, lebih baik jika kita mengambil langkah seribu untuk melakukan perbuatan serta mewujudkan cita-citanya sendiri."
"Baiklah, kalau memang kau ingin pergi, terserah kepadamu sendiri" .
'Baik! Toa ci, Ji ci, harap terimalah sebuah salam hormat dari Siau moay .....'
Selesai berkata, dia lantas berlutut dan memberi hormat kepada Lik Hoo... "
Ketika ia membalikkan badan untuk memberi hormat kepada Ui Bwe, mendadak Ui Bwe menggoyangkan tangannya berulang kali seraya berkata:
"Sam moay harap tunggu sebentar!"
"Kenapa? sambung Ang Bo tan, apakah Ji ci tidak bersedia melepaskan siau moay?''
''Bukan, bukannya begitu, aku hendak pergi bersamamu!"
Liok Hoo menjadi tertegun setelah mende-ngar perkataan adiknya itu, serunya dengan cepat.
"Ji moay, kau. . . ."
"Toaci!" kata Ui Bwe dengan cepat, "kau telah bermurah hati untuk melepaskan Sam moay, apakah kau tidak bersedia melepaskan pula diri Siau-moay?"
Lik Hoo segera tertawa, katanya:
"Ji moay, Sam-moay. .. setelah kalian pergi semua. siapa pula yang akan mengurusi toaci mu ini?''
"Toaci, masa kau masih membutuhkan perawatan dari kami berdua?" ujar Ui Bwe.
"Tapi aku toh perlu mengawasi serta membimbing kalian"
'Kalau memang begitu, kenapa toaci tidak ikut kami untuk pergi bersama dari sini ?"

"Aku masih memikirkan satu persoalan!.."
"Toaci kau harus berpikir beberapa lama baru bisa mengambil keputusan.....?"
"Sekarang juga aku telah mengambil keputusan" . .
"Mau pergi? Atau tetap tinggal di sini?''
"Pergi! Kita pergi bersama"
''Terima kasih toaci!" seru Ang Bo tan dengan girang.
Lik Hoo segera mengalihkan sinar matanya ke wajah Cu Siau hong, setelah i-tu ujarnya:
"Cu kongcu, apa yang hendak kau lakukan terhadap kami tiga bersaudara ?''
"Aku tidak menerima syarat apa pun!"
"Sam-moay, apakah kalian belum membicarakan secara baik-baik?" kata Lik Hoo kemudian sambil berpaling kearah adiknya.
"Belum!" jawab Ang Bo-tan, "toaci, a-ku hanya memohon kepada Cu kongcu agar bersedia membawa kami keluar dari sini, sedang apa yang akan kita lakukan selama mengikuti Cu kongcu, belum siau-moay bicarakan"
'Sam moay, apakah sekarang boleh kita bicarakan?" tanya Lik Hoo kemudian.
"Lebih baik jangan dibicarakan'' kata Cu Siau hong, "sebab begitu dibicarakan, besar kemungkinan kalau urusan tak ada pe-nyelesaiannya"
"Sam moay, coba lihat, bukankah dia ja-uh lebih sulit dihadapi dari pada Keng ji-kongcu?" keluh Lik Hoo.
''Toa ci, kita tidak memohon apa-apa kepadanya, kita hanya memohon kepadanya agar membawa kita pergi meninggalkan tempat ini"
'' Oooh ........"
"Antara aku dengan Keng ji kongcu mempunyai suatu perbedaan" kata Cu Siau-hong lagi. "jika Keng Ji kongcu berbicara lain dimulut lain dihati, tapi apa yang telah kusanggupi pasti akan kuwujudkan menjadi suatu kenyataan"
"Oooh."
"Oleh sebab itu sekarang aku tidak bersedia meluluskan permintaan apa pun yang kalian ajukan"
"Apakah sepatah dua patah kata manispun tidak bersedia kau katakan'.
"Tidak, sebab selama hidup belum pernah aku berbohong apalagi mengingkari janji"
"Baiklah, kami akan pergi mengikutimu, agaknya kau masih ada syarat lain?"
"Yaa, ada!''
"Agaknya seperti kami yang memohon kepadamu?"
"Itu sih tidak, kita hanya bisa bilang bahwa hal ini merupakan suatu kerja sama"
"Suatu kerja sama?"
'Betul, kalian membantu aku untuk mencari seseorang, pun aku membawa kali-an meninggalkan tempat ini, lagipula akupun bersedia untuk melindungi keselamatan jiwa kalian."
"Siapa saja yang akan melindungi kami"
"Bu khek bun......'
"Hanya Bu khek bun saja mampu untuk melindungi kami?"
"Sesungguhnya, dalam dunia persilatan dewasa ini hanya Bu khek bun saja yang sanggup untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam."
"Aaah, masa iya?"
"Sudah kukatakan kepada nona tadi, selama hidup aku tak pernah berbohong!"
"Aaai. . . . ! Menurut apa yang ku ketahui, Bu khek bun sudah mendekati jurang kehancurannya" kata Lik Hoo.
"Betul, Bu khek bun memang sudah mendekati jurang kehancuran, tapi kami belum musnah, kalau kami tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi para pendekar macan kumbang hitam, dapatkah Bu khek bun hidup sampai detik ini?"
"Cuma Bu khek bun?"
"Tidak, masih ada Kay-pang!''
"Apakah pihak Kay-pang juga bersedia untuk melindungi keselamatan kami?'
Asal kaliau dapat menemukan seseorang, aku jamin pihak Kay-pang pasti akan me-lindungi keselamatan kalian dengan sepenuh tenaga'
"Siapa yang kau cari?"
Seorang pemuda berusia dua puluh tahunan yang bernama Tiong It ki."
Lik Hoo termenung sebentar, kemudian katanya:
"Tiong It-ki'' Kau maksudkan majikan muda dari Bu khek-bun?"
-ooo0ooo-
BAGIAN 24
BETUL! Cu Siau hong mengangguk, majikan muda dari Bu khek-bun...."
"Aku tahu ada seorang pemuda memang di sekap dilorong bawah tanah sana, tapi aku kurang tahu apakah dia bernama Tiong-lt ki atau bukan"
''Berapa usia orang itu?"
"Usianya tidak terlalu besar, walaupun sudah berapa hari tidak mau makan dan mukanya pucat pias seperti mayat, tapi menurut perkiraanku, usianya tak akan melam-paui dua puluh tahunan"'
''Kalau begitu mungkin saja memang dialah yang kucari, bagaimana kalau kita te-ngok kesana?"
Lik Hoo segera tertawa, katanya:
"Walaupun perjalanan dari sini sampai ke tempat itu tidak terlalu jauh, tetapi tidak gampang untuk dilalui" "Apakah ada kesulitan?"
"Yaa, besar sekali kesulitannya! Kita ha-rus melewati tiga buah pos penjagaan, bahkan pos penjagaan yang satu lebih hebat dari pada pos penjagaan yang lain"
"Nona, dapatkah kau menerangkan dengan lebih jelas lagi?" pinta Cu Siau hong.
"Aku hanya tahu kalau ketiga buah pos penjagaan itu sukar dilewati, tapi aku tidak jelas siapa saja yang berjaga disana."
"Kalau begitu tentunya nona tahu bukan jalanan yang manakah yang harus dilalui?"
"Tentu saja tahu"
"Baik! Kalau begitu, tolong nona suka membawa aku ke situ!"
"Cu kongcu" ujar Lik Hoo kemudian, setelah kami tiga bersaudara bertekad untuk mengianati kebun raya Ban hoa wan, sudah sepantasnya jika kau memberi pertang-gungan jawab kepada kami"
"Maksudmu?"

"Apa yang hendak kau lakukan terhadap kami tiga bersaudara?"
"Aku telah bersedia untuk membawa kalian keluar dari sini serta melindungi keselamatan kalian dengan sepenuh tenaga"
''Hanya janji itu saja?"
"Nona masih mengharapkan apa lagi?" .
"Aku ingin bertanya, setelah itu kami bertiga harus ke mana dan ikut siapa?"
"Bila badai sudah tenang kembali, dan kalian masih hidup, akan kucarikan orang yang cocok untuk mendampingi kalian bertiga sampai tua"
' Kau ........."
"Kenapa dengan aku? Setiap janji yang telah kuucapkan kepada kalian pasti akan kulakukan dengan sungguh hati"
"Kongcu, andaikata kami tidak ingin kawin?"
"Maka hal ini terserah pada keputusan nona sendiri!"
Seandainya kami ingin mengikuti kongcu.?"
"Aku. . .'
"Yaa, kami tak ingin kawin dengan orang lain, kami hanya ingin mengikuti kongcu sepanjang masa serta mendengarkan perintahmu"
"'Bila kalian bertiga memang memiliki keinginan begitu, sudah pasti aku pun tak akan menolak, cuma perkataan ini tidak kuahnggap sebagai janji, siapa tahu kalau dike-mudian hari kalian bertiga akan berubah pikiran ........"
"Bagaimanapun juga, pemuda ini sudah banyak membaca buku, pengetahuannya luas membuat sudut pandangannya juga lebih luas serta terbuka, dengan begitu cara pandangannya pun jauh berbeda dengan cara pandangan umat persilatan lainnya.
"Jadi kongcu telah meluluskan permintaan kami?" terdengar Lik Hoo bertanya.
'Yaa, aku meluluskan permintaan kalian, jika kamu bertiga mau mengikuti aku, sesungguhnya hal ini merupakan suatu kebanggaan buat diriku"
Lik Hoo kembali tertawa, katanya:
"Kongcu, setelah mengalami suatu pelajaran yang cukup pahit dan getir, mau tak mau kami bertiga harus meningkatkan kewaspa-daan kami, entah apakah Sam moay telah memberitahukan soal nama kami bertiga dalam dunia persilatan kepada kongcu?"
"Yaa, sudah ia katakan!"
'Apakah sudah terperinci?''
'Nona, apakah kau hendak mengulangi keterangan tersebut sekali lagi.'' tanya Cu Siau-hong.
"Yaa, sudah seharusnya kalau kuterangkan sejelas-jelasnya, cuma singkatnya saja, pertama, nama kami bertiga dalam dunia persi-latan kurang begitu baik, yakni perempuan-perempuan cabul atau perempuan-perempuan jalang menurut istilahnya para jago dari perguruan lurus."
'Soal ini aku sudah tahu!"
'Kedua, dimasa lalu kami bertiga telah banyak melakukan kejahatan sehingga tak bisa disangkal lagi, banyak perselisihan dan ikatan dendam yang telah terjalin antara kami dengan murid-murid perguruan besar itu"
Cu Siau hong segera mengerutkan dahinya rapat-rapat, katanya:
"Dapatkah kalian terangkan salah satu kejadian yang menurut kalian paling parah dan berat?"
Lik Hoo mengangguk, katanya:
Baiklah! Kami telah merayu seorang murid Siau lim si sehingga ia meninggalkan perguruannya dan kembali menjadi preman, kemudian kamipun pernah merayu seorang murid Bu Tong-pay sehingga menghianati perguruannya"
Cu Siau hong tertawa getir, katanya ke-mudian:
"Bagaimanakah selanjutnya dengan kedua orang itu?"
"Kemudian murid Siau lim itu kena di-tangkap kembali oleh gurunya dan dibawa kembali kedalam kuil Siau lim si, konon lantaran ia melanggar peraturan maka dijebloskan kedalam ruang Cay ti wan untuk menjalani hukuman"
"Orang ini benar-benar besar sekali kobaran cintanya, Ji moay tidak kuasa menahan kobaran api cintanya yang membara sehingga kemudian ditinggalkan dengan begitu saja, tapi dia masih berusaha untuk mengejar terus, kemudian aku dengar dia telah tewas ditangan Keng Ji Kongcu'
"Yang seorang adalah murid Buddha, sedangkan yang lain adalah murid agama To, mereka semua adalah manusia-manusia yang sudah terlepas dari keduniawian, andaika-ta mereka melanggar peraturan karena kea-daan terpaksa, hal ini masih dapat dimaklumi, tapi kalau dibilang karena tak kuat menahan godaan perempuan, maka itulah kesa-lahan mereka sendiri, resikopun harus mereka pikul sendiri pula''
Lik Hoo segera menghela napas panjang setelah mendengar perkataan itu, katanya:
'Pendapat kongcu memang benar-benar jauh berbeda dengan pendapat orang biasa, walaupun kami tiga bersaudara telah mela-kukan perbuatan mesum, namun belum per-nah kami gunakan obat perangsang atau sejenisnya, sebab kami tahu percuma saja mempergunakan bantuan obat-obatan sema-cam itu, apalagi jika bertemu dengan seseorang yang berilmu tinggi, obat-obatan se-macam itu sudah pasti tak akan mungkin bisa dipergunakan."
"Setiap kali merayu orang lelaki, kalian bertiga selalu turun tangan sendiri ataukah bekerja sama?"
"Kecuali terhadap Keng Ji-kongcu dan Cu kongcu, kami bertiga selalu menja-ga diri secara ketat dan tidak saling mengganggu atau mengusik yang lain'
"Setiap perbuatan pasti ada hukumannya walaupun tingkah laku kalian bertiga me-mang brutal dan tak boleh diampuni, tapi sedikit banyak tentunya ada batasan-batasannya bukan?" Nah, aku harap setelah kalian bertobat nanti, jangan sekali-kali ka-lian lakukan kembali perbuatan cabul sema-cam itu, mengerti? Sekarang, harap nona su-ka membawa jalan buat diriku!"
"Cu kongcu" kata Lik Hoo sambil tertawa sedih, "apakah kau ingin mendengarkan kesan kami bertiga dengan Keng Ji kongcu?"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Tak perlu didengar lagi, paling-paling juga sama saja antara yang satu dengan lainnya."
"Tidak, cinta kami terhadap Keng Ji-kongcu adalah cinta yang murni dan bersungguh sungguh, itulah sebabnya kami bertiga baru bersedia untuk memiliki seorang suami yang sama dan lagi selama dua tahun ini kami selalu menjaga diri baik-baik, kami selalu menjunjung tinggi prinsip dari seorang istri yang setia'

"Oooh.... sungguhkah itu?" seru Cu Siau hong.
"Setelah budak bersedia untuk mengung-kap semua yang telah terjadi tentu saja tak sepatah katapun yang akan kami sembunyi-kan atau berbicara bohong'
"Kalian sudah terbiasa memainkan cinta kasih orang, sudah terbiasa mengobral cinta kepada setiap orang, kenapa akhirnya bisa menaruh cinta yang bersungguh hati kepada orang lain?
"Barang siapa bermain api dia akan terbakar, barang siapa bermain air dia akan tenggelam di air. Kami telah terbiasa mengobral cinta, tapi akhirnya kami harus menelan pil yang pahit dalam soal cinta pula"
"Oooh...."
"Sikap Keng Ji kongcu terhadap kami tidak lebih hanya sikap mempermainkan, pada permulaan perkenalan, kami memang pernah melewatkan masa-masa yang romantis dan penuh kesyahduan, tapi itu cuma berlang-sung selama setengah tahun lamanya, kemudian diapun membawa kami menuju ke kebun raya Ban hoa wan, sejak itulah kehidupan kami seakan-akan terisolir, kami dibuang dengan begitu saja ditempat ini"
"Bagaimana sekarang?"
"Sekarang, didalam pandangan matanya, kami tak lebih dari seekor anjing belaka"
Cu siau hong segera tertawa, ujarnya:
"Nona, tidakkah kau merasa bahwa ucapanmu itu seolah-olah merendahkan derajat sendiri?"
"Siapakah yang sudi mencemooh dan mempermalukan diri sendiri? Aku berbicara dengan sejujurnya, bayangkan saja, bila dia sedang teringat dengan kami, maka diapun datang mencari kami, bila tidak teringat, mungkin didalam satu bulan tak sekalipun kami dapat bersua muka dengan dirinya...?'.
"Cukup, mari kita mencari orang yang di sekap itu lebih dulu" tukas Cu Siau hong.
"Kongcu, kau mempunyai suatu kegagahan serta daya tarik yang bakal membuat kaum wanita terbuai, membuat gadis terpikat, kami bisa menghianati Keng ji kongcu tak lain karena secara tiba-tiba kami berpendapat bahwa didunia ini bukan cuma dia seorang yang mampu membuat kaum wanita terpesona!"
"Hei, apa maksudmu? Aku rada tidak mengerti?" kata Cu Siau hong dengan kening berkerut.
Lik Hoo segera menghela napas panjang, katanya:
"Inilah suatu perasaan yang timbul karena pengaruh kejiwaan, belum tentu orang lain akan berperasaan demikian, apabila mereka belum pernah merasakan pahitnya cinta seperti apa yang telah kami alami''
"0ooh. . . kalau begitu, coba katakan!"
"Sesungguhnya hal ini merupakan suatu sentuhan yang muncul dari dasar hati kecil kami, bila ia benar-benar seorang lelaki yang paling menawan hati, sekalipun kami disuruh menjadi kerbau atau kuda, akan mun-cul semacam kepuasan yang aneh dalam perasaan kami, tak akan muncul sikap memberontak atau kurang puas dihati kami, akan tetapi sejak kemunculan Cu kongcu disini, kehadiranmu telah memberikan suatu bukti kepada kami bertiga"
"Bukti apakah itu? "
"Terbukti Kalau dia bukan lelaki paling menarik didalam dunia ini!"
"Aku sudah paham" kata Cu Siau hong sambil tertawa, "bagaimana kalau bisa be-rangkat sekarang?"
"Kongcu, untuk menuju ke tempat penyekapan tersebut, kita harus melalui tiga buah pos penjagaan"
"Aku tidak takut!"
"Sekalipun ilmu silat yang kongcu miliki sangat lihay dan sanggup menghabisi nyawa penjaga disana, namun suara pertarungan yang sedang berkobar itu sudah pasti akan menarik perhatian orang lain. . . ."
Hal ini memang suatu persoalan yang serius dan merisaukan hati!
Cu Siau hong segera berpikir sebentar, setelah itu tanyanya:
"Lantas bagaimana menurut pendapat nona ?"
"Setelah kami bertiga menyatakan kesanggupan untuk berbakti kepada kongcu, belum pernah kami membuat jasa untukmu, kenapa tidak kongcu beri sekali kesempatan kepada kami untuk membuat jasa?"
"Cara apa yang hendak kalian pergunakan?"
"Untung saja para penjaga yang berada di ketiga pos penjagaan itu semuanya lelaki, lagi pula lelaki yang gampang terpikat oleh rayuan perempuan, paras muka kami bertiga toh tidak terhitung jelek bukan?"
Cu Siau hong segera mengerti, supaya hendak menggunakan rayuan mautnya untuk merobohkan penjaga-penjaga disitu.
Setelah berpikir sebentar, Cu Siau hong bertanya lagi:
"Dapat dipergunakankah cara ini?"
"Didunia ini tidak banyak terdapat kaum lelaki macam Cu kongcu, oleh sebab itu kami yakin sembilan puluh persen pasti berhasil"
"Bagaimana dengan aku?"
"'Bila Cu kongcu bersedia untuk mempercayai kami, serahkan saja tugas ini kepada kami, sebab hal ini merupakan yang baik diantara cara-cara lainnya"
"Apakah aku harus menunggu kalian disini?"
"Sam moay akan tetap tinggal disini untuk menemani kau"
"Kongcu!" Ang Bo-tan segera menimbrung.
''Selama hidup toaci selalu memegang janji yang telah diucapkannya, jika kongcu percaya, marilah kita menunggu di tempat ini saja."
Cu Siau hong segera berpikir:
"Dengan ditinggalkannya satu orang diantara mereka untuk menemaniku, sudah pasti mereka tak akan berani bermain curang"
Ketika dilihatnya mereka itu membungkam terus, Liok Hoo segera berkata lebih jauh:
'Barusan kami mendapat laporan yang mengatakan bahwa ada orang telah menyerbu ke kebun raya Ban hoa wan, kecuali sekawanan manusia yang diutus untuk membunuh kalian, lainnya dilarang keluar dari bawah tanah, apabila kongcu ikut bersama kami bukankah hal ini justru akan meningkatkan kewaspadaan mereka?"
Cu Siau hong manggut-manggut, katanya kemudian:
"Baiklah, harap nona berdua bisa cepat pergi dan cepat kembali"
"Paling lambat dalam satu jam kemudian kami pasti sudah kembali kemari"
Selesai berkata gadis Lik Hoo telah menyelinap pergi dari tempat tersebut.
Ui Bwe segera mengikuti di belakangnya, tinggal Cu Siau hong dan Ang Bo tan dua orang.
Tiba-tiba Cu Siau hong tertawa, katanya:
"Nona Sam, sudah cukup lama kita berada disini, aku kuatir beberapa orang temanku yang berada di atas sana sudah tak sabar lagi menunggu. . . ."
"Yaa, mungkin saja demikian, maksud kongcu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Adakah suatu cara yang bisa kita lakukan untuk memberi kabar kepada mereka ?"
"Moga-moga saja beberapa orang temanmu itu sanggup menahan diri dan tidak berteriak-teriak mencari jejakmu"
"ITU SIH tak mungkin, cuma sudah pasti mereka akan pergi kemana-mana untuk mencariku, aku pikir dalam kebun Ban- hoa-wan tentu terdapat orang-orang kalian yang mengawasi gerak gerik kami, aku ku-atir apabila diantara mereka sampai terli-bat dalam suatu pertarungan"
"Siapa yang akan bertarung dengan ka-lian?''
"Bukankah, didalam kebun raya Ban-hoa -wan ini sudah hadir beberapa orang jago li-hay? Apakah nona tidak tahu?"
"Aku tahu akan hal itu, tapi waktu un-tuk turun tangan belum tiba, tiada pilihan buat mereka selain menunggu?'
"Kapan sih waktu yang telah mereka tetapkan?"
'Agaknya senja nanti, sekarang, selama mereka yang diutus menuju kekebun raya untuk menghadang dan menyergap mereka, sebagian besar masih berada didalam lorong bawah tanah? tak mungkin mereka akan melangsungkan serangan secara besar-besaran"
'Tak heran kalau tiada sesuatu gerakan apapun meski aku telah membinasakan kede-lapan belas ekor harimau buas itu"
"Aaai . . . !" Ang Bo-tan menghela napas panjang, "sesungguhnya ditempat ini terdapat suatu organisasi rahasia yang memiliki disiplin ketat, hanya untuk menanti suatu saat yang telah ditentukan saja, mereka harus memiliki suatu kesabaran yang luar biasa, jangan toh kalian baru membunuh delapan belas ekor harimau buas sekalipun delapan belas orang jago yang terbunuhpun, mereka tak akan melakukan tindakan apa-apa"
"'Ooooh, rupaya begitu!"
"Itulah sebabnya, kalian tak pernah berhasil menemukan jejak musuh." Kata Ang Bo-tan lebih jauh.
"Nona Sam, kenapa mereka harus menunggu sampai senja nanti baru mulai turun tangan?"
"Soal ini aku sendiripun kurang jelas, a-gaknya seperti menunggu kedatangan seseorang"
"Menunggu orang? Siapa yang sedang mereka nantikan?"
"Kongcu, aku benar-benar tidak tahu, dalam kebun raya Ban hoa wan kami tidak lebih hanya manusia kelas dua, kelas tiga, rahasia yang penting dan perundingan besar hanya diketahui oleh mereka dari tingkat atas, kami tak pernah diperkenankan untuk turut serta'
"Apakah Keng ji kongcu merupakan pemimpin dari kebun raya Ban hoa wan ini?"
"Sekalipun dia bukan pemimpinnya, pa-ling tidak dia merupakah salah seorang manusia penting di dalam kebun raya Ban-hoa wan ini"
"Apakah dia seringkali tinggal di dalam kebun raya Ban hoa wan ini?"
"Bila dia mau datang, maka secara tiba--tiba dia akan muncul di sini, bila dia mau pergi, diapun tak pernah mengatakan kepada kami akan pergi ke mana, apakah dia tinggal, juga di dalam kebun raya Ban hoa wan ini? Kami sendiri juga kurang tahu"
Cu Siau hong segera termenung dan tidak banyak berbicara lagi, Ang Bo tan menghela napas panjang, kembali ujarnya:
"Kong cu, apakah kau tidak percaya dengan perkataanku?"
"Percaya, Aku lagi berpikir, sebetulnya manusia yang bernama Keng ji kongcu itu adalah manusia macam apa dan datang dari mana?"
"Selamanya ia tak pernah membicarakan soal asal usulnya dengan kami, sekalipun sedang terlibat dalam permainan cinta dan dalam suasana romantis, dia tetap membumkam dalam seribu bahasa.
Cu Siau hong manggut-manggut.
Sekali lagi ia terjerumus dalam pemikiran yang dalam dan tidak menyangka kalau dalam kebun raya Ban-hoa wan ini bisa terdapat persoatlan yang begitu rumit.
Satu jam sudah hampir lewat, namun Lik Hoo serta Ui Bwe belum nampak juga muncul disana.
Walaupun Cu Siau hong merasa gelisah sekali didalam hatinya, namun kegelisahakan tersebut tak sampai diperlihatkan di atas wajahnya.
Berbeda dengan Ang Bo tan, ia sudah mulai tak sabar lagi, sambil bergendong tangan ia berjalan bolak-balik kesana kemari dengan wajah yang amat gelisah.
Tiba-tiba pintu kamar dibuka orang, menyusul kemudian Ui Bwe menyelinap masuk.
Dengan cemas Ang Bo tan segera berseru.
"Oooh, sungguh mencemaskan sekali, mana toaci?"
"Orangnya sudah berhasil kita tolong, toa-ci ada dibelakang" sahut Ui Bwee.
Tiba-tiba pintu rahasia yang lain terbuka dan Lik Hoo melangkah masuh ke dalam ruangan. .
Didalam bopongannya mendukung sese-orang yang tidak sadarkan diri..
Rambut orang itu awut-awutan tak karuan sehingga raut wajahnya hampir tertutup sama sekali.
'Tapi dalam sekilas pandangan saja Cu Siau hong dapat mengenali orang itu sebagai Tiong It ki.
Sekuat tenaga dia berusaha untuk mengendalikan pergolakan emosi didalam hatinya, sambil menjura dia memberi hormat, katanya:
"Terima kasih banyak nona!'
"Tak usah berterima kasih, coba kau periksa dulu, apakah dia adalah orang yang hendak kau tolong?"
"Betul, dialah yang sedang kucari-cari, dialah Siau suteku Tiong It ki!" sahut sang pemuda.
Dalam perkiraan semua, entah berapa banyak waktu dan tenaga yang harus dia keluarkan sebelum berhasil menemukan Tiong It ki, siapa tahu adik seperguruannya ini berhasil ditemukan dengan begini mudahnya tanpa bersusah payah."
Itulah yang dikatakan, dicari dengan susah payah sampai sepatu jebolpun tidak ketemu, tahunya berhasil ditemukan tanpa susah payah.
Pelan-pelan Lik Hoo membaringkan tubuhnya ke atas tanah, kemudian ujarnya:
"Entah dia sudah dicekoki sejenis obat atau jalan darahnya sudah ditotok orang, silahakn Cu Kongcu memeriksa sendiri!"
Cu Siau hong segera membungkukkan badannya untuk memeriksa, dia menyaksikan sepasang mata Tiong It ki terpejam rapat-rapat, mukanya pucat, tapi mapasnya berjalan normal.

Untuk sesaat Cu Siau hong sendiripun tak bisa menentukan apakah dia terpengaruh oleh obat atau tertotok jalan darahnya, maka diapun menanyakan hal ini kepada Lik Hoo
"Soal ini aku sendiripun kurang tahu" jawab Lik Hoo, "cuma menurut pendapat kami siau-moay, besar kemungkinan kalau ja-lan darahnya sudah ditotok orang"
Cu Siau-hung manggut-manggut.
"Nona bertiga" ujarnya kemudian "mumpung mereka belum melakukan suatu tinda-kan, bagaimana kalau kita tinggalkan dulu tempat ini?"
"Kongcu tak perlu sungkan, mulai sekarang kami bertiga badan berikut nyawa su-dah menjadi milik Cu kongcu, asal kongcu ada perintah, mau terjun ke api atau mendaki bukit bergolok, kami tidak akan menampik"
Cu Siau-hong menjadi tertegun, tiba-tiba saja dia merasakan adanya suatu beban yang sangat berat menindih diatas bahunya, Bu khek-bun adalah suatu perguruan kaum lurus dalam dunia persilatan, jika dia sampai membawa Lik Hoo, Ui Bwe serta Ang- Bo-tan yang bernama jelek dimata masyara-kat untuk melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, sudah pasti peristiwa ini akan sangat menggemparkan seluruh dunia dan sedikit banyak nama baik Bu- khek bun pun tentu akan terpengaruh...
Sekarang, dia baru mengerti pandangan suhunya yang lebih ke depan, dia baru menyadari apa sebabnya ia telah dibebas tugaskan dari ikatan perguruan Bu khek bun oleh gurunya menjelang saatnya menghem-buskan napas penghabisan.
Bagaimana keadaan tersebut sungguh merupakan suatu bantuan yang amat besar, karena dia dapat bertindak lebih leluasa lagi tanpa takut terikat oleh peraturan-peraturan Bu khek bun.
Seandainya tidak begini, diapun tak dapat mengambil keputusan menurut keadaan dan tak dapat meluluskan permintaan Lik Hoo bertiga untuk mengikuti dirinya dan berarti diapun akan sulit untuk menemukan jejak siau sutenya.
Memang banyak kejadian didunia ini yang sukar diduga sebelumnya, tapi cara yang terbaik adalah bisa memanfaatkan keadaan serta memegang posisi yang menguntungkan.
"Kongcu, apa yang sedang kau pikirkan?"
Tiba-tiba Lik Hoo menegur sambil tertawa.
"Oooh, tidak. . .'
"Kongcu, apakah kau menjumpai kesulitan?"
"Aaai . . . . terus terang, aku sedang berpikir bagaimana caranya untuk memberi ke-terangan kepada suboku nanti"
"Kongcu, kau tak usah bersedih hati, dalam menghadapi persoalan apapun tak usah murung, bila subo mu bertanya nanti, kata-kan saja bahwa kami adalah dayang yang kau terima untuk melayani dirimu"
"Nona begitu memikirkan tentang diriku, hal ini sungguh membuat aku merasa malu sendiri"
"Tidak, kami pasti akan mendatangkan sedikit kesulitan kepadamu, dan kami tahu hal ini tak dapat dihindari, nama ka-mi dimasa lalu memang terlampau jelek, tapi kami pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk mengurangi kesulitan tersebut sampai batas-batas yang mudah"
'Nona bertiga" kata Siau hong kemudian ''apa yang telah aku orans she Cu janjikan kepada kalian pasti akan kulaksanakan dengan sebaik-baiknya, nona bertiga tak usah kuatir, sekarang mari kita berangkat..."
"Cu kongcu, apakah tidak kau coba dulu, dapatkah jalan darah ditubuh Tiong kongcu itu kau bebaskan?" usul Ang Bo tan.
"Lebih baik kita bawa dia keluar dari sini lebih dulu''
"Kenapa?."
"Sebab aku hendak menyuruh sunio melihat keadaannya lebih dulu, kemudian baru berusaha untuk membebaskan jalin darahnya!"
"Baik, terserah kepada kongcu sendiri", u-cap Ang Bo tan.
"Ji moay, Sam-moay, mari kita berganti pakaian dulu sambil membawa senjata", seru Lik Hoo, mulai sekarang kita harus menegakkan kembali nama tiga kuntum bunga tersebut dalam dunia persilatan"
"Nona bertiga, lebib baik kalian jangan terlalu menyolok dulu" kata Siau hong sambil tertawa. "kenakan saja pakaian luar, tutupi lambang diatas pakaian yang kalian kenakan itu"
Lik Hoo tertawa.
"Baik, kami akan menuruti semua perin-tah dari kongcu"
Ketiga orang nona itu segera berganti pakaian, lalu masing-masing mengenakan sebuah jubah panjang untuk menutupi lambang mereka.'
Lik Hoo tetap memakai baju berwarna hijau pupus, Ui Bwee mengenakan baju berwarna kuning, sedangkan Ang Bo tan mengenakan baju berwarna merah.
Ketiga orang perempuan itu semuanya menyanggul rambut mereka model keraton, pakaian yang dipakai berwarna-warni sehingga kelihatan menyolok sekali.
Menyolok atau tidak adalah soal kedua, maka Cu Siau hong segera membawa mereka meninggalkan tempat itu.
Senjata yang dibawa tiga bersaudara itu adalah sebilah pedang mestika......
Lik Hoo segera membuka pintu kamar yang berhubungan dengan tempat luar, si-nar matahari segera menyorot masuk ke dalam.
Ang Bo tan dan Ui Bwe menerjang lebih dulu keluar sana. .
Cu Siau hong sambil membopong Tiong It ki berjalan ditengah, sedangkan Lik Hoo dipaling belakang.
Setelah keluar dari pintu besi, sinar matahari terasa menyilaukan mata, bau bunga yang harum semerbak menusuk hidung.
Mendadak terdengar Ui Bwee membentak keras.
"Berhenti! Siapa disitu?"
"Kemudian terdengar suara lain berkuman-dang pula.
Siau hong sute!"
Ternyata yang datang adalah Tang Cuan.
Tang Cuan menghembuskan napas panjang dengan langkah lebar dia segera maju mendekat sambil berseru:
"Sute, siapa yang berada dalam dukungan-mu itu?'
"Toa suheng, dia adalah It ki sute!" jawab Cu Siau hong.
"lt ki sute? Kau telah menemukannya?" suara Tang Cuan kedengaran agak gemetar.
Cu Siau hong manggut-manggut.

"Yaa, untung saja ada ketiga orarg nona ini yang membantu diriku" katanya.
Tang Cuan memperhatikan Lik Hoo sekejap, kemudian katanya:
"Ketiga orang nona ini maksudmu . . ."
"Betul! Ketiga orang nona itulah orang-nya . ."
Tang Cuan tidak kenal dengan Lik Hoo tiga bersaudara, buru-buru dia menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas banusan nona bertiga!"
"Tidak, kau tak usah berterima kasih ke-pada kami.!" kata Lik Hoo sambil tertawa.
"Kau telah menolong Siau sute kami, dia adalah satu-satunya darah daging dari mendiang suhu kami, kau menolongnya berarti menolong Bu khek bun kami, setiap anggota Bu-khek bun sudah seharusnya merasa berterima kasih kepadamu"
Kembali Lik Hoo tertawa.
"Saudara adalah. . . . ."
"Dia adalah toa suheng ku, juga merupakan ciangbunjin dari Bu-khek-bun sekarang", buru-buru Cu Siau hong memperkenalkan."
Lik Hoo segera menyingkap jubahnya dan tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut, katanya:
''Lik Hoo menjumpai ciangbunjin."
Ketika Ui Bwe dan Ang Bo tan menyaksikan Lik Hoo berlutut, buru-buru mereka turut berlutut.
Tang Cuan menjadi kelabakan menghadapi kejadian itu, serunya dengan gugup:
"Nona bertiga, harap kalian segera bangun!"
"Kami baru pertama kali ini berjumpa dengan ciangbunjin, sudah sepantasnya jika kami menjalankan penghormatan besar kepadamu" kata Lik Hoo.
"Nona bertiga sudah sepantasnya jika pihak Bu khek bun yang mengucapkan terima kasih kepada kalian bertiga"
"Tidak berani, tidak berani, kami sudah menjadi orangnya Cu kongcu, sudah seharusnya kami berbakti buat Bu khek bun"
Mendengar itu paras muka Tang Cuan agak berubah, serunya:
"Kalian sudah menjadi orangnya Cu -kongcu? Apa maksudnya? Siau hong, kau...."
"Toa suheng" tukas Siau hong "demi menyelamatkan jiwa siau sute, mau tak mau siaute harus mengambil tindakan menurut keadaan, maka akupun meluluskan permintaan mereka"
Tang Cuan menghela napas panjang, tukasnya:
"Tak usah kau lanjutkan, Siau hong, kau sudah tidak terikat lagi oleh peraturan perguruan, aku yang menjadi Ciangbun-suheng mu juga tak akan mencampuri urusanmu, cuma untuk melakukan suatu perbuatan haruslah tahu batas batasnya. Masa sekaligus kau mengawini mereka bertiga menjadi isterimu....."
"Suheng, kau salah paham" buru-buru Cu Siau hong menerangkan.
"Ciangbunjin, kami adalah dayang- dayangnya Cu kongcu'' Lik Hoo segera menerangkan.
"Dayang? Hal ini. . .hal ini mana boleh?"
'Kenapa tidak boleh? Adalah kami sen-diri yang rela mengikuti Cu kongcu seba-gai dayang" sambung Ui Bwe.
"Ooooh!"
"Toa suheng!" kata Cu Siau hong kemu-dian, "mereka bertiga adalah orang-orang kebun raya Ban hoa wan, tapi mereka telah membantuku untuk menyelamatkan It ki sute, juga memberitahukan banyak rahasia kepadaku, dengan keadaan seperti ini, sudah pasti mereka tak bisa berdiam dalam kebun raya Ban hoa wan lagi, itulah sebabnya aku harus membawa mereka meninggalkan tempat ini serta melindungi keselamatannya"
"Sudah seharusnya kalau kita berbuat demikian, mari kita menjumpai subo, entah betapa gembiranya beliau setelah berjumpa dengan It ki sute nanti"
"Sekarang, subo ada dimana? tanya Cu Siau hong.
"Sunio berada didalam kuil kecil, dia tampak sedih sekali karena kehilangan jejakmu, aku lihat beberapa kali dia membesut air mata secara diam-diam"
"Cu Siau hong merasakan hatinya menjadi kecut, hampir saja air matanya jatuh bercucuran, tapi dia masih bertahan terus dan menahan air matanya jangan sampai meleleh keluar.
Dengan memelototkan matanya bulat-bulat dia berseru:
"Hayo berangkat, kita jumpai sunio!"
Dengan langkah lebar dia berjalan lebih dulu ke depan.
Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo-tan segera menyusul di belakang Cu Siau hong ...........
Tang Cuan berada dipaling belakang.
Jarak dari tempat itu dengan kuil tadi tidak terlalu jauh, dengan cepatnya mereka sudah tiba didepan kuil.
'Terlihat Pek Bwee, Pek Hong, Tan Tiang kim, Sin Jut dan Kui Meh serta Seng Tiong gak sekalian sedang menunggu diluar kuil.
Diantara ibu dan anak mungkin benar-benar terjalin suatu kontak batin yang erat, belum lagi Pek Hong melihat jelas siapa yang sedang dibopong oleh Cu Siau hong, dengan langkah lebar dia telah menyong-song kedatangannya sembari berseru:
"Siau hong, orang yang kau bopong itu apakah It-ki?"
Buru-buru Cu Siau hong menjatuhkan diri berlutut.
'Tecu benar-benar amat menyesal. . . ."
"Siau hong, kau. . apa yang kau sesalkan?' tukas Pek Hong dengan cepat.
"Tecu tak dapat membawa pulang It-ki sute dalam keadaan yang utuh ....."
Paras muka Pek Hong segera berubah hebat, tapi dia sempat membangunkan Siau--hong sembari berkata:
"Cepat bangun, beritahu kepadaku, apakah It ki sudah meninggal dunia . . . . ?"
Cu Siau hong segera menggeleng.
"Tampaknya It ki sute sudah ditotok jalan darahnya oleh semacam kepandaian yang khusus, mungkin juga dia dipengaruhi oleh semacam obat-obatan, tecu tidak tahu secara persis jadi tak berani pula turun ta-ngan secara sembarangan"
"Sementara itu Pek Bwe, Tan Tiang kim dan Seng-Tiong gak sekalian telah datang berkerumun.
Sedang Pek Hong juga telah menyambut tubuh Tiong It ki dan membaringkannya di-atas tanah.
Pek Bwe memandang sekejap ke arah Cu Siau hong, dibalik sinar matanya terpancar keluar suatu sinar yang sangat aneh, jago kawakan ini sungguh merasa tidak habis mengerti, secara bagaimanakah Cu Siau hong berhasil menemukan Tiong It ki secara demikian mudahnya.

Dia segera berjongkok dan membuka kelopak mata Tiong It ki, setelah diperiksa sebentar katanya:
"Tidak mirip terluka oleh obat-obatan.
"Jika bukan oleh obat-obatan, itu berarti jalan darahnya yang sudah tertotok!' sera Pek Hong. .
"Susah dikatakan, harus dicoba lebih dahulu baru bisa diketahui."
Tan Tiang kim segera menjulurkan tangannya dan meraba sekujur badan Tiong it ki sejenak, kemudian katanya:
"Ilmu totokan yang digunakan juga bukan ilmu totokan yang biasa dijumpai umum..!"
"Seandainya tototan tersebut dilakukan o-leh suatu kepandaian yang khusus, sedangkan diantara kita tiada orang yang sanggup memunahkan pengaruh totokan itu, bukankah hal ini menjadi repot sekali.
"Yaa, hal ini harus tergantung pada kemujuran!" sahut Tan Tiang kim sambil mengangguk.
"Didunia ini terdapat banyak sekali ilmu menotok jalan darah yang khusus, bila tidak memahami keadaan yang sebenarnya, me-mang agak sukar untuk turun tangan"
"Saudara Pek, aku lihat kita musti membicarakan persoalan ini dengan sebaik-baiknya.
''Maksud kau si pengemis tua ...."
Tan Tiang kim menghela napas panjang, tukasnya:
Terus terang saja, aku si pengemis tua telah mencoba untuk membebaskan totokan jalan darah itu, beberapa macam ilmu membebaskan jalan darah yang kupahami telah ku coba semua tapi tanpa hasil, bila kita memaksanya terus secara kekerasan, aku kuatir bisa menimbulkan perubahan-perubahan lain.
"Aaai. . . aku mengerti jika kita terlalu memaksakan hawa peredaran darahnya, kemungkinan besar ia dapat menderita luka dalam yang sangat parah.
"Tapi jika tidak dapat dipunahkan dengan segera, kemungkinan besar jiwanya juga bisa melayang' .
"Tan cianpwe" seru Pek Hong, "bagaimana pun juga sekarang It-ki sudah berada disini, kita toh tak akan Membiar-kan dia menderita dengan begitu saja"
"Anak Hong, siapa yang mengatakan kita tak akan mengurusinya?" bantah Pek Bwe. "bukankah kita sedang memperbincangkan bagaimana caranya untuk memunahkan totokan jalan darahnya?"
"Kalau dibicarakan soal ilmu menotok jalan darah, maka pangcu kami boleh dibilang paling luas pengetahuannya" ucap Tan Tiang-kim, "mungkin saja dia mampu untuk memunahkannya...''
Sesudah melirik sekejap ke arah Cu Siau--hong, terusnya:
"Siau hong, kenapa kau tidak mencobanya?"
"Masalah ini besar sekali sangkut pautnya, boanpwe tidak berani sembarangan turun tangan.."
"Siau hong, cobalah, asal hati-hati aku rasa tidak mengapa, pokoknya bila kau merasa keadaan kurang beres, segera hentikan perbuatanmu itu..."
Pek Hong memandang sekejap ke arah Cu Siau hong, kemudian katanya:
''Siau hong, kau mempunyai beberapa ba-gian keyakinan?"
"Satu bagianpun tidak punya!"
"Bukankah berbahaya sekali kalau begitu!'
"ltulah sebabnya mengapa tecu membawa sute dalam keadaan begini . . .''
"Lantas, Apa yang musti kita lakukan sekarang?"
"Sunio, bawalah It ki sute menghadap pangcu, dan mohonlah kemurahan hati kepada nya!"
"Siau hong!" kembali Tan Tiang kim berkata, "aku rasa tak ada salahnya bila kau coba, menolong orang bagaikan menolong api, persoalan ini tak dapat ditunda-tunda lagi!
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong lantas berpikir didalam hati:
"Dia menyuruh aku mencoba untuk membebaskan jalan darah It ki sute yang tertotok, mungkin dalam hati kecilnya mempuyai pandangan tertentu. yaa.... kalau keadaan semacam ini dibiarkan berlarut-larut, ada baik nya kalau mencobanya dengan menyerempet bahaya".
Berpikir sampai disitu, dia lantas membungkukkan badan seraya menyahut:
"Boanpwe bersedia untuk mencobanya dengan sepenuh tenaga, cuma cianpwe berdua yang sudah mempunyai pengalaman puluhan tahun harus memberi banyak petunjuk kepada boanpwe"
"Siau hong, perduli cara apapun yang hendak kau gunakan, yang penting jangan dipergunakan kelewat keras, asal dicoba saja su-dah cukup, ketahuilah untuk membebaskan jalan darah sesungguhnya sepuluh kali lipat jauh lebih sukar daripada sewaktu melancarkan totokan jalan darah...'
"Terima kasih atas petunjuk cianpwe."
Pelan-pelan dia berjongkok dan menempelkan sepasang tangannya diatas tubuh Tiong It-ki, kemudian pelan- pelan mengurutnya dengan seksama, ketika ia mencoba untuk memperhatikan wajah Pek Hong, tampak peluh sebesar kacang telah jatuh bercucuran membasahi seluruh jidatnya.
Dengar sedih Pek Hong menghela napas, panjang, sepasang matanya segera dipejamkan dan dua baris air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, dengan serius dia berkata:
'Siau hong, turun tangan saja dengan sepenuh hati, bila ia benar-benar tak bisa tertolong lagi, ya apa boleh buat, mungkin memang sudah beginilah suratan takdirnya!"
Cu Siau hong menggerakkan tangannya untuk menyeka air keringat yang membasahi wajahnya, lalu berkata:
"Sunio, tecu telah berhasil menemukan gejalanya, It ki sute tampaknya sudah terkena totokan pada Sam Im ciat mehnya, bila salah turun tangan dalam membebasan jalan darahnya, sekalipun tidak sampai mati, paling tidak ia akan menjadi cacad"
"Sam im ciat meh?" desis Pek Hong.
"Betul!"
"Siau hong, jangan turun tangan lebih dulu!" Tan Tiang kim segera mencegah.
Baru saja Cu Siau hong menyeka keringat yang membasahi jidatnya, keringat kembali jatuh bercucuran membasahi seluruh badannya, dia berkata:
"Locianpwe, kau ada petunjuk apa?"

No comments: