Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 17

Oleh : Tjan ID

"Kenapa?" sambung Ti Thian hua cepat..?"
"Maka kau akan memperoleh kesempatan untuk hidup lebih jauh"
"Bagaimana kau memberi jaminan tersebut?"
"Jaminan apa yang kau minta?"
"Agar aku percaya kalian benar-benar akan melepaskan diriku"

'Baik Kau boleh mengajukan beberapa syarat, cuma kau harus mengerti aku adalah istrinya Ti-ong Leng kang, dalam hidupnya Tiong Leng-kang tak pernah berbicara bohong, asal apa yang telah ia kabulkan, perkataan itu lebih berat dari bukit karang, sekalipun aku bukan Tiong Leng kang, aku telah menjadi suami istri selama puluhan tahun dengan nya, aku tak dapat menodai nama baik suamiku yang telah tiada"

Dari perkataanya itu jelas tercermin perasaan cinta kasihnya yang murni.
Ti Thian hua menghembuskan napas panjang, katanya kemudian:
"Maksud hujin, kau suruh aku mempercayaimu...?"
Pek Hong meendengus dingin.
"Kau adalah salah seorang pembunuh yang telah menghancurkan perguruan Bu Khek bun, bukan saja kau telah menculik putraku bahkan membunuh puluhan lembar nyawa anggota perguruan kami, rasa benciku kepadamu boleh dibilang telah merasuk sampai ketulang sum-sum, jika kau sampai menimbulkan kemarahanku, aku dapat mencincang tubuhmu menjadi berkeping-keping oleh karena itu lebih baik lenyapkan semua persiapanmu untuk bermain busuk"
"Hujin aku sedang bertanya kepadamu, kau belum menjawab cara apakah kau hendak menjamin keselamatan jiwaku?"
"Jika kau bersedia untuk bekerja sama dengan bersungguh hati, akupun bersedia juga untuk melepaskan dirimu!"
"Tidak akan memunahkan ilmu silatku? Atau melakukan sesuatu diatas tubuhku?"
"Benar, akan kulepaskan dirimu secara utuh!"
"Baik! Aku bersedia untuk mencobanya, sekarang aku minta racun yang mengeram dalam tubuhku bisa dipunahkan lebih dulu, daya kerja racun ini bisa mengakibatkan kematian dalam dua jam mendatang"
Pek Hong manggut-manggut.
"Masih ada yang lain?" tanyanya:
"Setelah racun dalam tubuhku punah, akan kuberitahukan cara untuk mengadakan kontak dengan mereka dan kalian boleh mengikuti diriku"
Pek Hong segera berpaling dan memandang sekejap kearah Tang Cuan, kemudian katanya:
"Sekarang juga pergi cari orang Kay pang, suruh mereka mintakan obat pemunahnya dari Ngo tok giok li" Tang Cuan segera mengiakan dan berlalu dari sana.
Seng Tiong gak segera mendehem pelan, lalu katanya:
"Ti Thian hua, apakah kau mempunyai ikatan dendam atau sakit hati dengan perguruan Bu-khek bun?"
"Tidak ada!"
"Kalau memang tak ada dendam maupun sakit hati, apa sebabnya kau membantu mereka untuk menghadapi Bu Khek bun?"
Ti Thian hua tertawa hambar.
"Pertanyaan yang kalian ajukan terlalu banyak, bolehkah aku untuk tidak menjawabnya?"
"Boleh, cuma kau harus ingat, bila gagal untuk mengadakan kontak dengan mereka, saat itulah kau akan merasakan siksaan bagaimana kalau orang ingin mati tak bisa mati ingin hidup tak bisa hidup"
Tiba-tiba saja suasana ruangan itu berubah menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun, tak seorangpun yang bertanya lagi kepada Ti Thian hua.
Selama ini Cu Siau hong sendiri juga membungkam dalam seribu bahasa, ia cuma berdiri saja disamping dengan tenang.
Sekalipun demikian, sspasang matanya me-natap terus wajah Ti Thian hua lekat-lekat seakan akan dia hendak menembusi isi hati orang itu.
Dalam keheningin inilah Tang Cuan telah muncul kembali sambil membawa obat pemunah.
Itulah sebutir pil berwarna putih, pelan-pelan Tang Cuan berjalan ke hada-pan Ti Thian hua, kemudian serunya:
"Telan..!"
Ti Thian-hua, memandang pil itu sekejap, kemudian menelannya.
Lebih kurang seperminum teh kemudian, Pek Hong baru bertanya dengan dingin:
"Betulkah obat pemunahnya?"
" Betul!'
"Kau bermaksud kapan baru mulai? '
"Sepasang kakiku, sepasang lenganku m-asih tertotok dan tak bisa berkutik, apakah hujin bisa menolong untuk membebaskannya lebih dahulu?"
-ooo0ooo-
BAGIAN 17
BAIK, Tang Cuan bebaskan jalan darahnya!"
Tang Cuan mengiakan, sepasang tangannya segera diayunkan berulang kali untuk menepuk keempat buah jalan darahnya.
Pelan-pelan Ti Thian hua bangkit berdiri setelah melancarkan peredaran darah pada sepasang lengan dan sepasang kakinya, ia menghembuskan napas panjang.
"Aku masih ada suatu permintaan lagi!'
"Katakanlah!"
"Aku ingin mengisi perut lebih dahulu!"
' Segera perintahkan kedapur untuk menyiapkan hidangan!" Pek Hong segera berseru.
Tak lama kemudiam Ti Thian hua sudah duduk bersantap dengan lahapnya, setelah kenyang dia baru bangkit berdiri, ujarnya:
"Hujin, bagai mana caramu untuk mempersiapkan orang?"
"Aku ingin mengetahui terlebih dahulu dengan cara apakah kau hendak mengadakan kontak dengan mereka?"
"Sederhana sekali, kami mempunyai tan-da rahasia yang telah dijanjikan lebih dahulu, asal kulepaskan tanda rahasia ini, dan mereka menyaksikan tanda rahasia yang ku-lepaskan, dengan cepat mereka akan datang untuk menemui diriku"
"Dimana tempatnya?"
"Soal tempat, hujin boleh memilih sesukanya, aku harap kalian bisa membuat persiapan lebih dahulu, cuma sebisanya jangan sampai meninggalkan bekas"
"Seandainya mereka tidak datang?"
'Aku hanya bisa berusaha dengan segala kemampuan yang bisa kulakukan, tapi sam-pai pada taraf manakah hasil yang bisa tercapai, aku belum dapat menduganya?"
"Asal kau benar-benar telah berusaha dengan segala kemampuan yang bisa kau lakukan, sekalipun tidak berhasil, aku juga tak akan menyalahkan dirimu!"
"Baik! Setelah hujin berkata demikian, aku merasa amat berterima kasih sekali"
"Cuma, bila kau bermain setan secara di-am-diam, apalagi kalau sampai ketahuan, kau akan merasakan siksaan yang luar bia-sa hebatnya, mungkin siksaan itu akan membuat kau ingin mati tak bisa, hiduppun tak dapat"

Ti Thian hua segera tertawa getir-
"Hujin kau juga harus tahu" katanya, "a-pabila perbuatanku ini sampai diketahui oleh para pendekar pedang macan kumbang hitam, mereka pasti tak akan melepaskan pula diriku`
Pek Hong manggut-manggut, sambil berpaling ke arah Tang Cuan dan Cu Siau hong, katanya:
'Kaliau lakukanlah perundingan untuk menyusun rencana, bagaimana baiknya kita a-kan bertindak"
''Subo tak usah bingung" jawab Cu Siau hong, "Siau hong telah merundingkannya dengan suheng..."
"Oooh ....?"
"Hujin, maaf kalau aku turut banyak ber-bicara!" tiba-tiba Ti Thian hua menyela:
"Katakanlah!"
"Dengan kekuatan yang dimiliki perguru-an kalian, aku rasa masih sulit untuk menghadapi kelihayan para pendekar pedang macan kumbang hitam, lebih baik minta saja bantuan dari orang-orang Kay pang"
"Dalam soal ini kami sudah punya persiapan sendiri dan tak usah saudara Ti risaukan, cuma aku mah ingin bertanya lagi beberapa persoalan padamu'.
'Katakan!"
'Aku masih ingat saudara Ti pernah berkata bahwa kaupun turut ambil bagian dida-lam penyerbuan ke dalam perkampungan Ing gwat san ceng pada malam itu?"
"Benar??'
"sejak awal sampai akhir apakah kau hadir terus dalam arena?"
"Benar!" sahut Ti Thian hua sambil me-ngangguk.
kedatangan mereka, apa pula yang akan hujin lakukan terhadap diriku?" tanya Ti Thian hua lebih lanjut.
"Katakan dulu, kau berharap bagaimana aku menjatuhkan hukuman kepadamu?" Pek Hong berkata.
"Tentu saja aku berharap tidak dijatuhi hukuman apa-apa, tapi mungkinkah hal ini bagiku?"
"Tidak mungkin, jika kau berhasil memancing kemunculan mereka, maka kau boleh mengundurkan diri dengan selamat, sebaliknya, kalau gagal untuk memancing kemunculan mereka "
"Kalian akan membunuhku!" sambung Ti Thian hua.
"itu mah tak sampai begitu, jangan lupa kalau aku adalah istrinya Tiong Leng kang, selama hidup ia tak pernah berbohong, tak pernah pula mengingkari janji, aku pernah menyanggupi untuk melepaskan dirimu, maka akupun tak akan membunuhmu, cuma aku bisa jadi akan memunahkan ilmu silat yang kau miliki!"
Mendengar perkataan itu Ti Thian hua segera tertawa getir.
"Daripada memunahkan ilmu silat yang kumiliki, lebih baik bunuh saja sekalian diriku" serunya.
"Ketika kalian menyerbu perkampungan Ing-gwat san-ceng sambil melakukan pembantaian, apakah waktu itu juga timbul perasaan welas kasih dihati kalian?"
Ti Thian hua termenung dan berpikir sebentar, lalu katanya:
"Cuma aku percaya, sembilan puluh persen aku pasti akan berhasil untuk memancing kemunculan mereka"
Sementara itu Tang Cuan telah menghampiri Pek Hong, kemudian membisikkan sesuatu kepadanya:
Mendengar bisikan itu Pek Hong segera mengangguk.
"Baik..!" katanya, "Ti Thian hua, sekarang juga kita boleh berangkat meninggalkan tempat ini!"
"Kalian telah membuat persiapan?"
"Sudah"
"Baik! Kalau begitu ikutlah diriku!"
Pelan-pelan Cu Siau hong berjalan menghampirinya sambil berkata:
'Aku akan mengikuti dirimu!"
Ketika Ti Thian hua berpaling tampaklah olehnya Cu Siau hong telah bertukar pakaian dengan sebuah jubah panjang berwarna hi-jau, sekarang ia berdandan sebagai seorang sastrawan.
Seng Tiong gak dan Tang cuan buru-buru berjalan keluar.
Ti Thian hua tidak banyak bertanya lagi, dia beranjak meninggalkan tempat itu sera-ya berkata:
"Apakah kau yang bernama Cu Siau hong, dan dalam urutan ke dua belas orang murid Bu khek bun menempati urutan ke tujuh?"
Cu Siau hong segera mengangguk.
"Benar!" sahutnya, tampaknya kau mengetahui amat jelas sekali tentang persoalan-persoalan Bu khek bun, agaknya tidak sedikit perhatian yang kau curahkan kesana!"
"Aaaai .....Cu Siau hong, benarkah kalian ingin memancing keluarnya para pendekar pedang macan kumbang hitam?"
"Apakah dalam hatimu masih terselip perasaan curiga?"
"Aku hanya bermaksud untuk menasehati saudara Cu saja, bila mereka benar-benar sampai terpancing keluar, maka bagi perguruanmu maupun bagi Cu heng sama sekali tak ada manfaat serta kebaikannya"
"Aku bersedia mendengarkan penjelasan lebih jauh!"
Sementara itu mereka berdua sudah berjalan keluar dari pintu gerbang, diam-diam Ti Thian hua mencoba untuk memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu, ternyata tak seorang penjaga pun yang ditemukan, ini membuatnya menjadi keheranan.
"Apakah mereka benar-benar begitu percaya kepadaku?" pikirnya dalam hati.
Setelah keluar dari pintu gerbang, tiba-tiba Ti Thian hua mempercepat langkahnya menuju ke depan, sambil menghembuskan napas panjang katanya seraya tertawa:
"Saudara Cu, tahukah kau bagaimanakah perasaanku pada saat ini?"
Cu Siau hong segera tertawa:
"Tentu saja ibaratnya naga yang kembali ke samudra, atau harimau yang pulang ke gunung!"

"Benar! Aku benar-benar merasakan suatu perasaan yang nyaman sekali .........
"Cara kerja kami orang-orang Bu khek bun selamanya memang jujur, terbuka dan sangat mempercayai perkataan orang"
"Sayang sekali orang persilatan banyak yang licik, banyak tipu muslihat dan sukar dipercaya, misalnya saja ....."
"Tentunya kau tak akan melakukan tipu muslihat untuk memperdaya kami bukan" sela Cu Siau hong.
"Siapa yang bilang demikian? Saudara Cu!"
Cu Siau hong kembali tertawa.
"Aku harap saudara Ti juga tak sampai berbuat demikian, bagaimana juga sunioku adalah seorang jago yang sudah lama berkelana dalam dunia persilatan, mungkin saja ia telah melakukan persiapan sebelumnya.."
Ti Thian hua berpaling dan memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu katanya sambil tertawa.
"Betul juga perkataanmu itu, baru saja Bu khek bun ketimpa musibah, mana mungkin Pek-Hong akan bertindak gegabah seperti itu"
''Apalagi para jago lihay dari Kay pang sebagian besar telah berkumpul semua disini......"
"Betul! Betul, betul!" seru Ti Thian hua, "saudara Cu, barusan kita berbicara sampai dimana?"
"Tampaknya saudara merasa kuatir sekali bila para pendekar pedang macan kumbang hitam itu sampai terpancing keluar"
"Aaaai, kalian hanya memikirkan dendam sakit hati terbasminya Bu Khek bun, tapi tidak tahu sampai dimanakah keganasan dan kekejian para pendekar pedang macan kumbang hitam tersebut ....."
Cu Siau hong termenung lagi beberapa saat lamanya, kemudian melanjutkan lebih jauh:
"Saudara Cu, kau pernah melihat macan kumbang hitam?"
"Meliaht sih belum pernah, tapi konon macan kumbang hitam adalah sejenis makhluk yang ganas dan buas sekali"
"Benar! Bila para pendekar pedang macan kumbang hitam sedang menyerang, maka gaya serangan mereka akan mirip seekor macan kumbang hitam. .. aaai, Sesungguhnya kejadian ini merupakan suatu kenangan yang amat menakutkan, pendekar pedang macan kumbang hitam yang garang bergerak bagaikan binatang liar dan sangat keji, sudah banyak tahun siaute berkelana di dalam dunia persilatan, tapi belum pernah berjumpa dengan kawanan busu semacam itu, pada hakekatnya mereka tidak mirip manusia lagi.."'
"Kalau tidak mirip manusia mirip apa?" tukas Cu Siau hong secara tiba-tiba.
"Mirip macan kumbang hitam, seluruh tubuh mereka terbungkus oleh kulit baju berwarna hitam pekat, sorot matanya dingin menggidikkan hati, gerakan pedangnya tak kenal ampun, pada hakekatnya persis seperti macan kumbang hitam yang siap menerkam manusia"
"Kalau memang demikian kejadiannya, berarti saudara Ti bukan berasal sekomplotan dengan mereka?''
"Sebenarnya aku ingin menggunakan kekuatan mereka sebagai kekuatan yang kuandalkan, siapa tahu pada akhirnya malah aku yang kena diperalat oleh mereka"
"Saudara Ti bilang para pendekar macan kumbang hitam itu mengenakan pakaian kulit berwarna hitam pekat?'
"Benar! Seluruh badan mereka terbungkus di balik kulit pakaian berwarna hitam, hanya sepasang mata, mulut dan sepasang tangan yang memegang senjata saja yang kelihatan"
"Dandanan semacam ini sangat aneh dan luar biasa, mungkin dihari-hari biasa mereka tidak mengenakan dandanan aneh semacam itu bukan?"
'Justru disinilah terletak persoalannya, kalau mereka sedang melepaskan kulit bajunya maka sekalipun kalian bersua muka jangan harap bisa mengenalinya"
"Betul" Cu Siau hong manggut-manggut. "kalau begitu tujuan mereka yang sebenarnya dengan mengenakan pakaian kulit yang aneh itu adalah untuk menyembunyikan indentitas mereka yang sebenarnya"
Selain daripada itu, pakaian kulit mereka pun sangat kuat dan tebal, tidak takut terhadap sergapan senjata rahasia kecil yang beracun . "
Sementara pembicaraan masih berlangsung mereka telah berjalan menuju ketengah jalan raya.
"Saudara Ti!" Cu Siau hong segera berkata.
"kau bermaksud menggunakan cara apa untuk memancing datangnya pendekar pedang macan kum-bang hitam itu?"
"Mari kita menuju keloteng Wong kang lo lebih dahulu"
"Lagi-lagi loteng Wong kang lo pikir Cu-Siau hong, tampaknya rumah makan yang paling termasyhur dikota Siang yang ini telah banyak disalah gunakan oleh umat persilatan. "
Tiba diatas loteng Wong kang lo, Ti Thian-hua dan Cu Siau hong segera memilih sebuah meja memesan sayur dan arak tapi meminta tiga perangkat alat makan.."
Cu Siau hong juga tidak banyak bertanya hanya secara diam-diam ia perhatikan semua gerak- gerik Ti Thian hua tersebut.
Tampak Ti Thian hua bangkit berdiri kemudian mengisi penuh cawan arak yang belum ada penghuninya itu dengan sikap yang amat sopan.
Cu Siau bong makin keheranan pikirnya:
"Mungkinkah masih ada orang yang bakal datang?"
Setelah Ti Thian hua memenuhi ketiga cawan arak itu, ia lantas mengangkat ca-wannya dan berbisik kepada Cu Siau hong.
"Mari kita hormati dahulu Ceng toako dengan secawan arak!"
Siapakah Ceng toako itu? sudah jelas tempat itu masih kosong, lalu darimana datangnya Ceng toako tersebut?
Walaupun Cu Siau hong sedang berpikir dalam hati, tapi ia tak sampai mengutara-kannya keluar.
Memyaksikan sikap Ti Thian hua yang bersungguh hati itu, seakan-akan Ceng toa-ko benar-benar berada disampingnya.
Dalam ruangan rumah makan itu ada lima bagian sudah dipenuhi tamu, rumah makan yang tersohor dikota Siang yang ini memang selalu baik usahanya.
Walaupun sudah banyak orang disana, tapi tingkah laku Ti Thian hua selalu saja mendatangkan perasaan tercengang bagi siapapun yang melihatnya.
Cu Siau hong mengangkat cawan araknya dan mengeringkan isi cawannya sampai ke-ring.

Ti Thian hua kembali berkata:
"Sekarang, kita boleh makan minum dengan leluasa"
"Apakah boleh berbicara pula dengan leluasa?"
'Lebih baik jangan!"
Cu Siau hong segera menutup mulutnya rapat-rapat.
Takaran minum arak dari Ti Thian hua sungguh luar biasa sekali, secawan demi secawan ia meneguk terus arak itu sampai habis.
Sebaliknya Cu Siau hong tidak berani sembarang minum. Ia tetap mempertahankan ketenangan dan kesadarannya.
Sepoci arak sudah diminum sampai habis, akan tetapi tempat duduk utama tersebut masih tetap berada dalam keadaan kosong.
Mulai timbul perasaan curiga dalam hati Cu Siau hong, tak tahan dia Lantas bertanya.
"Apakah Ceng toako tidak datang untuk menemani kami?"
Sekali lagi Ti Thian hua menghabiskan isi cawannya, lalu berkata:
"Ia sudah datang kemari"
'O ya?"
Ti Thian hua bangkit berdiri, kemudian melangkah keluar dari rumah makan itu.
Cu Siau hong melemparkan sekeping perak ke meja dan mengikuti dibelakang Ti Thian hua.
Agaknya pada waktu itu Ti Thian hua sudah mempunyai tujuan tertentu, dia langsung berjalan keluar dari kota Siang-yang, kemudian langsung menuju ke arah tenggara.
Dalam waktu singkat tujuh delapan li sudah dilewatkan tanpa terasa.
Suasana disekeliling tempat itupun makin lama semakin sepi dan terpencil, empat penjuru tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Ternyata sikap Cu Siau hong cukup tenang selama ini ia tidak banyak bertanya.
Tiba-tiba Ti Thian hua menghentikan langkahnya, sambil membalikkan badan ia berkata:
"Sepanjang jalan datang kemari, apakah di belakang kita ada orang yang mengikuti?"
Cu Siau hong segera menggeleng.
"Tidak ada" sahutnya. "atau paling tidak aku tidak melihat akan hal tersebut"
"Aku juga tidak melihat apa-apa....." kata Ti Thian hua.
Kemudian sambil tertawa lebar katanya lagi.
"Saudara, lebih baik kita berpisah sampai disini saja"
Cu Siau hong sama sekali tidak merasa heheran, kaget atau tercengang, katanya sambil tertawa ewa:
"Apakah kau akan pergi dengan begitu saja?"
"Seorang kuncu hanya berada dipihak yang selalu tertindas, siapa suruh anggota Bu khek bun kalian semuanya lelaki sejati? Makanya manusia macam kalian paling gampang tertipu"
"Setiap murid Bu Khek bun semuanya memang seorang Kuncu, dan hal ini memang tidak salah, cuma sayang ada seorang yang tidak terlalu bersikap Kuncu"
"Siapakah orang itu?'
"Aku!"
Ti Thian hua memperhatikan Cu Siau hong beberapa kejap, kemudian katanya sambil tertawa:
'Kau tampaknya masih muda sekali!"
"Padahal usia mu sendiripun tidak terlampau besar!" kata Cu Siau hong sambil tersenyum pula.
Sekulum senyuman yang amat misterius segera tersungging diujung bibir Ti Thian hua, katanya:
"Saudara cilik apakah kau merasa bahwa cayhe telah meloloskan diri dari kepungan dan mendapatkan kembali kebebasannya.
"Oooh....! Jadi kau ingin berubah pikiran?"
'Aaaai! Sesungguhnya ini kesempatan yang terlalu baik bagiku, walaupun aku ingin sekali memenuhi janjiku sendiri, tapi akupun merasa sayang untuk melepaskan kesempatan yang demikian baiknya ini dengan begitu saja'
"Jadi kalau begitu, maksudmu ....."
"Burung terbang bebas diangkasa, tentu saja aku ingin pergi dengan bebas merdeka"
sahut Ti Thian hua.
"Apa kau telah mengadakan janji dengan -para pendekar pedang macan kumbang hitam''
"Sudah! Bahkan mereka telah memberi tahu kepadaku tempat pertemuan tersebut"
"Sekarang, apakah kita sudah sampai di tempat yang dimaksudkan sebagai tempat pertemuan tersebut?"
Ti Thian hua mendongakkan kepalanya untuk memandang cuaca, lalu jawabnya:
"Cuma tak lebih masih ada dua tiga li"
"Seandainya memang demikian adanya, aku ingin menganjurkan kepadamu lebih baik jangan pergi saja"
Ti Thian hua segera melototkan sepasang matanya lebar-lebar, kemudian serunya:
"Jika seseorang yang berhadapan dengan kesempatan untuk melarikan diri yang demikian baiknya, tapi ia tak tahu untuk melarikan diri maka orang itu sudah pasti adalah seorang manusia tolol, untung saja aku bukan seorang tolol"
"Aku lihat kau bukan cuma tolol saja, bahkan tololnya luar biasa"
"Mengapa aku sendiri sama sekali tidak merasakan apa-apa?'' tanya Ti Thian hua sambil tertawa.
"Bila kau dapat memikirkannya, maka kau tak akan mempunyai pikiran untuk melarikan diri"
Kontan saja Ti Thian hua tertawa dingin tiada hentinya.
"Saudara cilik" ia berkata, "tampaknya kau tenang sekali, kalau dibilang kau adalah manusia yang paling hebat dalam Bu khek bun. berita ini tampaknya tepat sekali"
"Jikalau aku ini tolol, mana mungkin su-nio ku mengutus aku untuk mengikuti dirimu? '
"Jadi kalau begitu, aku patut untuk mohon petunjuk darimu"
"Apakah kau bersikeras ingin mendapatkan petunjuk itu?"
"Sayang sekali aku terlalu tidak memper-cayai dirimu, saudara, lebih baik kita berpisah sampai disini saja"
"Baik! Silahkan untuk pergi, Sekalipun a-ku tidak menghalangimu, orang-orang Kay pang juga tak akan melepaskan dirimu, Kau telah membohongi para pendekar pedang macan kumbang hitam. merekapun tak akan melepaskan kau dengan begitu saja"
Ti Thian hua menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya tertahan:
"Tentang soal ini .....''

"Ti Thian hua" lanjut Cu Siau hong, apakah lantaran kau tidak melihat ada orang dari pihak kami yang melakukan penguntilan maka kau ingin menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri?"
Ti Thian hua mengiakan.
Cu Siau hong segera berkata lebih lanjut, -"Yang akan kami hadapi bukan kau, melainkan para pendekar pedang macan kumbang hitam, tentu saja kami membutuhkan suatu persiapan yang cukup matang "
Tiba-tiba Ti Thian hua menghela napas panjang, ujarnya:
"Cu Siau hong, bila kuajak kau untuk menjumpai mereka, bisa jadi dalam perguruan Bu Khek bun akan kehilangan seorang anggota lagi"
"Kenapa?"
"Mereka dapat membunuh kau"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Aku pikir kau tak akan terlalu menguatirkan soal mati hidupku bukan? tampaknya didalam persoalan ini kita tak perlu untuk berunding lagi bukan?"
Kembali Ti Thian hua menghela napas panjang.
"Jika kau ingin mampus, terpaksa akan kupenuhi keinginanmu itu, nah mari kita berangkat!"
Diam-diam Cu Siau hong menghembuskan napas lega, dengan suatu gerakan cepat ia meninggalkan kode rahasia disitu kemudian menyusul dibelakang Ti Thian hua.
Setelah melewati sebuah hutan, sebuah rumah gubuk tampak muncul didepan sana.
Itulah sebuah rumah kuno yang sudah lama terbengkalai.
Tempat itu benar-benar terlalu terpencil dan jauh dari keramaian manusia, dua tiga li disekitarnya sama sekali tidak nampak penduduk yang lain.
Sambil menunjuk ke arah rumah gubuk didepan sana, dengan suara dingin Ti Thian hua berkata:
"Dengarkan baik-baik, jika kau melangkah masuk ke dalam rumah gubuk itu maka kau pasti akan tewas'
Dengan seksama Cu Siau hong memperhatikan rumah gubuk itu sekejap, kemudian katanya sambil tertawa.
'Hayo jalan! Kita masuk kedalam untuk melihat-lihat"
Agaknya Ti Thian hua merasa kagum sekali dengan keberanian Cu Siau hong, sambil manggut-manggut katanya:
''Cu Siau hong kau betul-betul luar biasa, ternyata nama besarmu memang bukan kosong be-laka"
"Terlalu memuji, terlalu memuji.....'
Ti Thian hua tidak banyak berbicara lagi dia lantas melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah gubuk itu.
Cu Siau hong memang seorang pemuda yang pemberani dan berpikiran cermat, sekalipun sikap nya kelihatan santai, tapi secara diam-diam ia telah menghimpun tenaga dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Ti Thian hua berjalan masuk lebih dulu ke dalam rumah gubuk itu.
Dalam rumah gubuk itu tidak nampak debu, lagipula selain ada sebuah meja besar berkaki delapan, terdapat pula empat buah kursi.
Meja yang begitu megah bila dibandingkan dengan rumah gubuk yang bobrok sebenarnya amat tidak sebanding.
Selain daripada itu diatas meja kursi tidak tampak ada debu.. hal ini menerangkan kalau tempat itu seringkali dibersihkan orang.
Akan tetapi rumah gubuk itu kosong melom-pong, tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Setelah mengamati sekejap situasi didalam rumah gubuk itu pelan-pelan Cu Siau hong berka-ta:
"Ti Thian hua, disinikah para pendekar pedang macan kumbang hitam itu bercokol?"
"Tempat tinggal mereka kebanyakan amat misterius, selain para pendekar pedang macan kumbang hitam sendiri boleh dibilang tak seorangpun yang tahu dengan jelas, tempat ini tidak lebih hanya merupakan salah satu dari sekian banyak tempat pertemuan yang seringkali kami gunakan selama ini"
"Aku sangat memperhatikan semua gerak gerikmu selama berada di atas loteng rumah makan"
"Tapi kau tidak melihat bagaimana cara mereka menyampaikan kabar kepadaku tentang tempat pertemuannya bukan?" sambung Ti Thian hua.
"Dapatkah kau mengatakannya sehingga menambah pengetahuanku tentang hal ini?"
"Setelah aku membawamu kemari, maka kalau tidak mati ditempat ini pasta akan terjadi pertarungan, selanjutnya mereka pasti tak akan mempercayai diriku lagi, sekalipun kuterangkan juga tak ada salahnya"
"Baik, akan ku pasang telinga lebar-lebar untuk mendengarkan keteranganmu itu"
"Ketika seorang pelayan menghidangkan air teh kepada kita tadi, ia letakkan tiga buah cawan air teh..."
'Sebenarnya kita memang memesan tiga perangkat sumpit dan cawan, kalau dia pun menghidangkan tiga cawan air teh, itu mah tidak salah"
"Tapi dalam cawan itu telah berisikan air teh ........."
Cu Siau hong manggut-manggut, katanya dengan cepat:
"Aku mengerti sekarang, bila ia berjanji kepadamu untuk bertemu ditempat pertemuan yang nomor berapa, maka dalam beberapa cawan ia mengisinya dengan air teh, bukan begitu?"
"Benar!"
"Cara ini memang pintar sekali, cuma harus bekerja sama dengan pelayannya"
"Apakah kau curiga pelayan itu juga seorang pendekar pedang macan kumbang hi-tam!'
"Kalau bukan, mengapa mereka bersedia untuk bekerja sama?"
'Saudara Cu, di tempat semacam ini asal mau mengeluarkan uang sebesar satu, dua tahil perak, tidak sulit untuk melakukan pekerjaan yang sepele macam itu"
"Bagus, bagus ...." cara ini sungguh rapi, kalau begitu si pemimpin yang mengepalai pendekar pendekar pedang macan kumbang itu sudah pasti adalah seorang manusia cer-das dan berotak brillian?"
"Kalau tidak berotak encer, dari mana kita tak bisa mengetahui tempat tinggal mereka, meski dengan jelas mengetahui kalau mereka berdiam di kota Siang yang? "
"Termasuk saudara Ti sendiri?"
"Yaa, kalau dibicarakan sesungguhnya memalukan sekali!"
Cu Siau hong segera tertawa:
"Saudara Ti, sampai kapan mereka baru akan datang kemari?" tanyanya.
Dengan kening berkerut, Ti Thian hua menghela napas panjang, katanya pelan.
"Saudara Cu, kau tampak amat santai dan riang gembira, kelihatannya sedikitpun tidak merasa kuatir"
"Saudara Ti, bila aku merasa takut ap kah saudara Ti mempunyai akal untuk melindungi keselamatan siaute?"
"Ti Thian hua tertegun lalu serunya sambil tertawa.
"Apakah aku bisa melindungimu?"
"Kalau toh kau tak bisa melindungi, kenapa pula meski menguatirkan keselamatanku?"
Ti Thian hua segera tertawa.
"Cu Siau hong, Usiamu masih muda akan tetapi mendatangkan suatu perasaan tenang, mantap dan teguh, seandainya posisi kita masih tetap ber-hadapan sebagai musuh, maka kau adalah seorang musuh yang amat menyenangkan hati"
"Terima kasih banyak atas pujian saudara Ti" kata Cu Siau hong sambil tersenyum.
"CU SIAU HONG apakah kau benar-benar tidak merasa takut?"
"Situasi sangat aneh, macan kumbang hitampun amat misterius, terus terang saja a-kupun merasa agak takut, cuma sekalipun takut juga harus menghadapi macam bahaya yang datang dari muka"
"Tapi, wajahmu amat tenang, setenang sebuah bukit karang?"
Mendadak terdengar serentetan suara dalam menyambung:
"ltulah disebabkan ia belum pernah bersua dengan pendekar macan kumbang hitam!"
"Sekarang, bukankan kita telah bersua?" kata Cu Siau-hong
Paras muka Ti Thian-hua segera berubah nenjadi pucat pias bagaikan mayat, serunya pula:
"Apakah kalian baru datang?"
Tiga orang manusia yang mengenakan baju kulit berwarna hitam munculkan diri di depan pintu rumah gubuk.
Ketiga orang itu semuanya menggembol pedang panjang, sarung pedang berwarna bitam dengan gagang pedang berwarna hitam pula.
Selain dua butir batu permata berwarna putib diujung gagang pedang tersebut, boleh dibilang seluruh pedang tersebut berwarna hitam pekat.
Tiga orang berdiri dalam posisi segi tiga, seo-rang dimuka dan dua orang di belakang.
Topi kulit yang berwarna hitam berbentuk kepala macan kumbang, hanya tampak sepasang mata, sepasang telinga hidung dan bibir.
Dengan pandangan dingin tapi serius Cu Siau hong mengawasi ke tiga orang pendekar pedang macan kumbang hitam itu lalu tegurnya.
"Pada malam penyerbuan dan pembantaian terhadap perkampungan Ing gwat san ceng, apakah kalian bertiga juga turut serta?"
"Selamanya kami tidak menjawab pertanyaan dari musuh!" jawab pendekar pedang macan kumbang hitam yang berada dipaling depan itu.
"Ada belasan orang pendekar pedang macam kumbang hitam yang tinggal dikota Siang yang, mengapa hanya kalian bertiga yang datang?" kembali Cu Siau hong menegur.
Pendekar pedang macan kumbang hitam yang berada dipaling depan itu tidak menjawab pertanyaan tersebut sebaliknya menegur dengan dingin:
"Ti Thian hua, kau telah membocorkan banyak sekali rahasia kami .....!"
'Sebenarnya Ti Thian hua kelihatan agak takut bercampur ngeri, akan tetapi dalam waktu singkat ia telah menjadi tenang kem-bali, pelan-pelan ujarnya:
"Ingat kalian pernah berjanji akan melindungi Keselamatan jiwaku tapi kenyataannya kalian tidak memegang janji, ketika aku tertawan oleh pihak Kay Pang....."
"Kau tidak menjaga rahasia kami, kaupun tidak minta bantuan kepada kami, hanya karena seorang gadis pincang, kau telah bersembunyi dalam rumah kecil dibawah bukit"
'Tutup mulut!" bentak Ti Thian hua marah, urusan pribadiku tidak termasuk didalam perjanjian diantara kita"
Sementara itu Cu Siau hong telah menemukan kode nomor diatas topi yang dikenakan para pendekar pedang macan kumbang hitam itu.
Cuma saja pada bagian atasnya melukiskan sebuah kepala macan dengan motif bunga yang ka-cau, andaikata tidak diperhatikan dengan seksa-ma memang sulit untuk menemukannya.
Dalam kenyataannya sebagian besar orang me-mang tak akan menaruh perhatian sampai kesitu.
Tapi Cu Siau hong sangat teliti dan seksama, ia sadar diantara pakaian yang sama pasti terda-pat suatu tanda yang berbeda, sebab perbedaan tanda itu sangat penting untuk menandaikan kedudukan mereka.
Maka ia memeriksanya dengan seksama, betul juga akhirnya tanda tersebut berhasil ia temukan.
Orang yang berada dipaling depan adalah Hek-pa nomor lima, sedang dua orang yang berada di belakang adalah nomor tujuh dan nomor sembilan .......
Bagi orang-orang mereka sendiri hanya dalam sekilas pandangan saja segera akau bisa membedakan kedudukan lawan.
Diam-diam Cu Siau hong berpikir.
"Mungkin makin kecil nomornya makin tinggi kedudukannya"
Sementara itu si Hekpa nomor lima telah berkata lagi dengan suara dingin:
"Oleh sebab itu kami telah bertekad untuk tidak melindungi keselamatanmu lagi, tapi kau ternyata berani membantu musuh, maka kami akan membunuhmu"
"Beginikah cara kalian bersikap terhadap teman?"
"Masih ada kau!" bentak Hek pa kiamsu nomor lima itu, "kaupun harus mampus!"
Paras muka Ti Thian hua telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, tubuhnya juga tampak gemetar, tapi masih untung ia dapat berdiri terus disana tanpa roboh terjengkang.
Pelan-pelan Cu Siau hong maju selangkah ke depan, sambil menghadang di muka Ti Thian hua, katanya sambil tertawa:
Kalian bertiga mengenakan pakaian seperti ini, memang modelnya persis seperti tiga ekor Hek pa (macan kumbang hitam)"
Tiba-tiba hek pa kiamsu nomor lima menggelengkan kepalanya, Hek pa kiam su nomor sembilan segera menerjang maju ke depan, tangan kanannya digerakkan, cahaya tajam yang berkilauan segera menebas kebawah dengan kecepatan luar biasa.
Sungguh sebuah tabasan pedang yang ce-pat bagaikan kilat.
Cu Siau hong segera menggerakkan badannya, secepat kilat ia berkelit lima depa kesamping, kemudian tangannya menyambar dan menyeret Ti Thian hua mundur sejauh lima depa.
gerak gerik Hek pa kiam su tersebut betul betul cepat bagaikan seekor macan tutul, kilatan cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh angkasa.
Menggunakan kesempatan dikala menghin-dar tadi, Cu Siau hong telah meloloskan pula pedang pendeknya yang tersembunyi dibalik jubah panjangnya itu.
Pedang pendek itu cuma dua jengkal panjangnya, untuk menghindari perhatian orang, Cu Siau hong memang belum pernah pergi sambil mem-bawa pedang panjang.
"Trang......!" bunyi yang amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan, tahu-tahu Cu Siau hong telah membendung lima buah serangan berantai yang dilancarkan oleh Hekpa kiamsu namor sembilan itu.

Cu Siau hong tidak melancarkan serangan balasan sedangkan Hek pa kiam su nomor sembilan pun tidak maju pula selangkah lebih kedepan.
Menyaksikan cara Cu Siau hong membendung serangan pedang lawan yang cepat bagaikan sambaran kilat itu, diam-diam Ti Thian hua merasakan hatinya bergetar keras.
Ia turut serta didalam penyerbuan berdarah ke dalam perkampungan Ing gwat san ceng, diapun pernah bertarung melawan anak murid Bu Khek -bun, meskipun ilmu pedang Cing peng kiam-hoat lihay dan hebat tapi bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk sekaligus membendung lima buah serangan kilat yang dilancarkan Hek pa kiam su.
Paling tidak dia harus terdesak mundur sejauh beberapa langkah oleh serangan kilat tersebut.
Akan tetapi Cu Siau hong telah membendung serangan pedang lawan dengan santai dan tenang malahan dia masih memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan balasan.
Ia memang belum pernah manyaksikan permainan pedang Tiong Leng kang, tapi penampilan Cu Siau hong yang luar biasa dan lain daripada yang lain ini merupakan seorang jago pedang yang paling hebat dan lain daripada apa yang pernah di jumpai Ti Thian hua selama ini, dia merupakan murid Bu khek bun terlihay yang pernah dijumpai pula selama ini.
Dengan suara dingin Hek pa kiam su nomor lima berkata:
"Kalian berdua maju bersama, bunuh kedua orang itu"
Cu Siau hong mendengus sinis:
"Sekarang kalian sudah terkepung......."
Hek pa kiam su nomor lima semakin gusar, bentaknya keras-keras.
"Maju. . .. bunuh dia!"
Dua orang Hek-pa kiam su itu segera mengiakan dan maju menyerang, cahaya tajam berkilauan, sepasang pedang mereka bagaikan gunting menerobos maju ke muka.
Sungguh serangan itu merupakan sebuah serangan yang amat dahsyat, inilah sebuah jurus pembunuh yang paling hebat dari kerja sama para pendekar pedang macan kumbang hitam.
Jarang sekali ada orang yang mampu menghindarkan diri dari serangan ini.
Ti Thian hua sendiripun sadar bahwa ia tidak memiliki kemampuan semacam itu.
Namun Cu Siau hong sanggup menghin-darkan diri secara mudah, dengan semacam ilmu gerakan tubuh yang sangat aneh ia berhasil menghindarkan diri dari sergapan bersama dari sepasang pedang tersebut.
Tapi kedua orang Hek pa kiamsu itu segera mengejar lagi ke depan. suatu pertempuran sengit pun segera berkobar didalam gubuk itu.
Ti Thian hua menarik napas panjang, hawa murni yang dimilikinya segera dihimpun menjadi satu, dengan cepat ia menyambar sebuah kursi, mematahkan sepasang kakinya dan bersiap sedia memberi bantuan setiap saat.
Waktu itu ia sudah memahami sama seka-li akan keadaannya, Hek pa-kiam su tak akan meninggalkan korbannya dalam keada-an hidup, Cu Siau hong dan dia sudah berada dalam posisi mati hidup bersama.
Walaupun Cu Siau hong telah mengeluarkan serangkaian ilmu silat yang luar biasa, tapi menurut perhitungan Ti Thian hua, anak muda itu tak akan mampu bertahan sebanyak lima puluh gebrakan lagi. anak-mu-rid Bu khek bun yang manapun tak akan sanggup menahan serangan gabungan dari dua orang Hek pa kiam-su.
Tapi lima puluh gebrakan dengan cepat sudah lewat, bukan saja Cu Siau hong tidak menandakan gejala akan kalah, malahan makin bertarung ia kelihatan semakin gagah.
Hampir saja Ti Thian hua tidak percaya akan kenyataan yang terbentang di depan matanya ini, tapi pertarungan antara kedua orang itu masih tetap berlangsung dengan sengit dan garang.
Sekalipun Hek pa kiam-su nomor lima tidak turun tangan, akan tetapi sepasang matanya mengawasi terus jalannya pertarungan itu tanpa berkedip ....
Mendadak terdengar suatu bentakan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian.
"Tahan!"
Dengan serangkaian jurus aneh Cu Siau hong segera memukul senjata dari Hek pa kiam su nomor tujuh itu sampai terjatuh ke tanah, kemudian ia mundur tiga langkah.
Hek pa kiam su nomor tujuh menjadi tertegun, sementara Hek pa kiam su nomor sembilan juga segera menghentikan serangan-nya.
Ketika berpaling keluar, tampaklah Tan Tiang kim, Pek Bwe, Pek Hong, Seng Tiong gak dan Tang Cuan telah muncul diluar ru-mah gubuk itu.
Sambil tertawa dingin Tan Tiang kim segera berseru:
"Rupanya Hek pa kiam su yang penuh membawa kemisteriusan itu merupakan manusia-manusia macam begini!"
Ilmu pedang Cu Siau hong yang luar biasa lihaynya itu membuat sistim pertarungan kilat yang diterapkan oleh para pendekar pedang macan kumbang itu kehilangan kemampuannya.
Sebenarnya mereka bersiap-siap untuk membunuh Cu Siau hong dan Ti Thian hua dalam lima jurus, tapi serangan gabungan dari sepasang pedang itu tetap gagal untuk membunuh Cu Siau hong.
Sesungguhnya hal ini merupakan suatu perhitungan yang meleset dari serangkaian rencana yang matang.
Sekali gagal bertindak mengakibatkan kegagalan total disegala bagian, para Hek pa kiam su itu terlampau yakin dengan kemampuan sendiri, tapi akibatnya mereka harus kehilangan sifat misterius dan rahasia yang terbawanya selama ini.
Cu Siau hong sendiripun tidak ter-lalu kemaruk untuk mencari untung, ia sege-ra menghentikan serangannya.
Para Hek pa kiam su pun tidak melancarkan serangan lagi.
Hek pa kiamsu nomor lima segera berpaling, setelah memandang Tan Tiang kim se-kejap, kemudian tegurnya:
"Siapa kau?"
"Aku si pengemis tua adalah orang Kay--pang! ' jawab Tan Tiang kim dingin.
Sekali lagi Hek pa kiam su nomor lima i-tu memperhatikan Tan Tiang kim, lalu ujar-nya:
"Anggota Kay pang tak terhitung jumlahnya, apa kedudukan mu dalam perkumpulan tersebut?"
"Selama hidup aku si pengemis tua tak pernah berganti she, tak pernah berganti nama, akulah Tan Tiang kim, tianglo dari perkumpulan Kay pang ....''
"Oooh...." Hek pa kiam su nomor lima berseru tertahan, konon pangcu dari perkumpulan Kay-pang juga telah datang?"

Dengan kening berkerut, Tan Tiang kim menyahut:
"Dalam hidupku di dunia ini tak sedikit orang jahat yang pernah kujumpai, tapi mereka berdandan manusia, memakai pakaian dan bermuka orang, paling-paling hanya menutupi wajahnya dengan selembar kain berwarna hitam, hal mana karena merasa bahwa perbuatan yang mereka lakukan sangat memalukan sekali, tapi tidak seperti kalian yang mengenakan kulit binatang dan berdandan sebagai seekor binatang buas, kalau toh kalian ini manusia, mengapa tidak berdandan saja sebagai tampang seorang manusia?"
Wajah para Hek pa kiam su itu mengenakan kulit hitam berkepala hek pa, hal ini menyebabkan perubahan wajah mereka sukar terlihat, tapi beberapa patah kata dari Tan Tiang kim tersebut betul-betul bernada tajam, dingin dan sinis.
Dengan suara dingin menyeramkan, Hek pa kiam su nomor lima segera berseru:
"Ada satu hal aku perlu untuk menerang-kan lebih dahulu"
"Tidak mengapa, kami tidak takut kalian sedang mengulur waktu" tukas Tan Tiang kim. . .
"Dalam dunia persilatan memang terdapat banyak sekali manusia yang takut dengan perkumpulan kalian, tapi Hek pa kiam su tak pernah merasa takut"
Tangan kirinya segera diulapkan, kemudian serunya:
"Maju! Bunuh si pergernis tua ini!"
Hek pa kiam su nomor sembilan segera mengiakan, tiba-tiba ia menyerbu maju ke depan sebuah tusukan kilat segera dilancarkan menusuk ke dada Tan Tiang kim.
Dalam pada itu, Hek pa kiam-su nomor tujuh telah menggerakkan kaki kanannya untuk menggaet pedangnya yang tergeletak ditanah itu, dalam sekali bentakan, tahu-tahu pedang itu sudah berada di tangannya.
Tan Tiang kim segera menarik napas panjang dan menyurut mundur sejauh tiga depa lebih.
Gaya terjangan dari Hek pa kiam-su itu dilakukan dengan gerakan amat cepat, sedemikian cepatnya sehingga pada hakekatnya tak sempat lagi buat Tna Tiang kim untuk menangkis.
Tiba-tiba sebilah pedang menyambar lewat dari samping menghadang jalan pergi Hek pa kiamsu nomor sembilan, kemudian terdengar seseorang menegur:
"Apakah kalian semua adalah pembunuh-pembunuh yang telah membantai anggota Bu khek bun?"
Hek pa kiam su itu mendengus dingin:
"'Kau adalah angota Bu khek bun?" tegurnya.
Yang melancarkan serangan adalah Seng Tiong gak sambil tertawa dingin sahutnya:
"Benar, aku adalah Seng Tiong gak!"
"Kau harus mampus!" seru Hek pa kiam su nomor sembilan dengan seramnya.
Sambil memutar senjata, ia segera menerjang ke muka sambil melancarkan serangan.
Pek Bwe, Pek Hong, Tang Cuan dan Tan Tiang kim segera mundur beberapa depa kebelakang sambil memperhatikan permainan pedang dari Hek pa kima-su tersebut.
Setelah memperhatikan sekian lama, tiba-tiba Pek Bwe menghela napas panjang katanya:
"Hei pengemis tua, apakah kau berhasil menemukan sesuatu?"
"Manusia yang berkulit binatang buas ini amat dahyat dan hebat, mereka merupakan jago pedang kelas satu dalam dunia persilatan".
Sementara itu serangan dan tubrukan yang dilakukan para pendekar pedang macan kumbang hitam itu makin lama semakin garang dan buas, ancaman-ancamam yang dilakukanpun semakin mengerikan.
''Aku maksudkan gaya serangan yang mereka miliki" kata Pek Bwe.
"Mirip apa?"
"Mirip macan kumbang, coba lihat gaya mereka menubruk sambil menyerang persis seperti macan lapar yang menerkam mangsanya, Hek pa adalah jenis macan yang paling ganas, pernah lohu saksikan Hek pa berkelahi dengan singa yang berbadan satu lipat lebih besar, tapi akhirnya singa itu kalah diujung cakar si macan kumbang hitam itu"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
''Yaa, betul! " katanya. "setiap serangan yang mereka lancarkan selalu disertai dengan gerakan melompat, gerak-gerik mereka memang persis seperti seekor macan kumbang hitam"
"Aliran ilmu pedang yang mereka gunakan tampaknya juga mengkombinasikan aliran ilmu silat yang mereka miliki" Pek Hong berkata pula mengemukakan pendapatannya.
"Subo!" kata Tang Cuan, "tampaknya susiok sudah mulai tak sanggup mempertahankan diri, bagaimana kalau tecu menggantikan kedudukannya itu .....?"
Pek Hong segera mengalihkan sinar matanya ketengah arena, dia menyaksikan gerakan melompat, menerkam dan menubruk yang dilakukan pendekar pedang macan kumbang hitam itu sudah mengurung seluruh tubuh Seng Tiong-gak, bahkan ilmu pedang Bu khek pay mereka yang begitu tangguhpun seakan-akan sudah terkendalikan sama sekali.
Seng Tiong gak sendiri juga sudah sedemikian terdesaknya sehingga harus merubah posisinya menjadi pihak yang bertahan.
Sesungguhnya ilmu pedang Cing peng kiam hoat merupakan suatu ilmu pedang yang sangat dahsyat dan lihay untuk menyerang musuh, akan tetapi sekarang agaknya kehebatan dari ancaman tersebut sama sekali tak sanggup dipergunakan lagi.
Cara bertarung yang digunakan para pendekar pedang macan kumbang hitam juga aneh sekali, seluruh perubahan gerak pedang mereka semua dikombinasikan pada gerak maju mundur, menerjang, menerkam yang mereka lakukan dengan gerakan secepat sambaran kilat itu.
Hal mana membuat permainan ilmu golok atau ilmu pedang pada hakekatnya seperti kehilangan daya gunanya sama sekali, sekali pun memiliki perubahan jurus serangan yang bagaimanapun sempurnanya, serangan itu seperti sama sekali tak mampu dikembangkan lagi.
Kecuali seseorang memiliki serangkaian ilmu pedang yang bisa menguasahi gerakan menubruk dan menerkam yang dimiliki lawan-lawannya, terpaksa hanya mengandalkan kecerdikan dan pengalaman baru bisa menghadapi gerak maju, mundur, melompar, menerkam yang digunakan musuhnya, walau tentu saja amat payah sekali.
Betul ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang dipelajari Seng Tiong gak amat sempurna dan sudah diselami selama banyak waktu, akan tetapi ilmu pedang tersebut sama sekali bukan suatu kepandaian silat yang bisa dipergunakan untuk mengendalikan gerakan-gerakan dari pendekar pedang macan kumbang hitam.
Mendadak Pek Hong maju beberapa langkah ke depan, tiba disisi Pek Bwe dia lantas berbisik.
"Ayah, sudah kau lihat be1um, rupanya Seng sute sudah mulai keteter hebat dan tak mampu untuk bertahan lebih jauh"

"Ya, memang aneh sekali kepandaian si-lat yang mereka miliki itu, sudah banyak tempat yang kujelajahi sepanjang hidupku, dari utara sampai selatan aku telah berkelana, pengetahuan yang kuperoleh juga tak sedikit, tapi belum pernah kujumpai kepandai-an silat semacam ini"
Tan Tiang kim sendiripun sedang berdiri terpesona sambil mengikuti pertarungan yang sedang berlangsung.
Mereka semua ingin sekali mencari tahu aliran perguruan orang-orang itu dari perma-inan ilmu silatnya, tapi mereka segera kecewa.
Pendekar pedang macan kumbang hitam yang sedang menyerang Seng Tiong gak itu mendadak meraung keras, seluruh badannya dijatuhkan berguling diatas tanah.
Waktu itu, segenap perhatian Seng Tiong gak telah tertuju pada gerak-gerik musuh, ketika melihat lawannya menjatuhkan diri berguling diatas tanah, mendadak saja ia men-jadi tertegun dan untuk sesaat lamanya tak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi keadaan tersebut.
Terpaksa dia harus mengembangkan pe-dangnya menciptakan selapis cahaya pedang lalu menusukannya ke depan.
Dalam kenyataan, jangankan Seng Tiong gak yang lebih muda, sekalipun Pek Bwe yang lebih berpengalamanpun tidak mengerti bagaimana dia harus bertindak untuk menghadapi serangan aneh yang dilakukan oleh musuhnya itu.
"Traaaang.....!" terdengar suara bentrokan senjata yang amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan, sesudah mengitari seluruh badan Seng Tiong gak satu kali, pendekar pedang macan kumbang hitam itu berbalik ke posisi semula.
Sepintas lalu, hal itu seakan-akan seperti dari serangan Seng Tiong gak berhasil membendung serangan musuh dan memaksa si pendekar pedang macan kumbang hitam harus mengitari Seng Tiong gak satu lingkaran kemudian balik kembali ke posisi semula.
Tapi dalam kenyataannya bukan demikian kejadiannya, pakaian yang dikenakan Seng Tiong gak waktu itu sudah tercabik-cabik, beberapa mulut luka yang lebar sudah muncul diatas badannya, darah segar bercucuran membasahi sekujur badannya.
Pek Hong yang melihat kejadian itu segera menggenggam gagang pedangnya, menekan tombol dan "Criing!" pedangnya sudah diloloskan dari dalam sarung.
"Tiong gak mundur kau!" serunya dingin, 'biar aku yang menjumpai orang itu!"
Tang Cuan juga telah meloloskan pedangnya siap-siap melancarkan serangan.
"Aku tidak apa-apa'". seru Seng Tiong gak, "dengan luka sekecil ini siaute masih sanggup untuk mempertahankan diri, ilmu pedang yang dimiliki orang-orang itu sunggug aneh sekali, aku tidak berhasil menyelusuri gerak pedang moreka..."
''Tidak, kami tidak ingin mencoba gerakan pedang orang-orang itu" seru Pek Hong, "kami harus mengenali gerakan lebih dulu, agar dikemudian hari sudah ada cara untuk mengatasinya bila sampai bertemu lagi"
Ucapan tersebut amat luwes dan beralasan kuat, ini memberi kesempatan buat Seng Tiong gak untuk mengundurkan diri dari medan pertarungan tanpa kuatir kehilangan muka.
"Sunio, biar tecu saja!" tiba-tiba Tang Cuan berseru dengan suara berat dan dalam. '
Sebelum Pek Hong sempat mengucapkan sesuatu, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat lewat. di antara himpitan dua orang pendekar pedang macan kumbang hitam, Cu Siau hong telah melesat mundur kebelakang kemudian katanya sambil tertawa:
"Suheng adalah seorang ciangbunjin dari suatu perguruan besar, buat apa kau musti hadapi sendrii manusia-manusia semacam ini....."
Seraya berpaling kearah Pek Hong, dia melanjutkan.
"Sunio adalah seorang yang sangat terhormat, kau lebih-lebih tidak pantas untuk bertarung sendiri melawan makhluk-makhluk yang manudia bukan manusia, binatang bukan binatang ini. Bila harus berkelahi maka biar tecu saja yang melakukannya, serahkan saja ketiga ekor macan kumbang hitam ini kepada tecu"
"Tapi, Siau hong..... kau seorang diri...."
"Hong-ji, biarkan Siau hong menyelesaikan sendiri persoalan ini" tukas Pek Bwe dengan cepat, "kalau toh seandainya dia tak tahan, kita kan belum terlambat untuk membantunya"
Pek Hong mengiakan dan segera mengundurkan diri.....
Pelan-pelan Cu Siau hong menarik kembali pedang pendeknya, lalu berkata:
"Nah, sekarang kalian bertiga boleh maju bersama-sama!"
Hek pa kiam su nomor lima mengawasi musuhnya sebentar, lalu menegur agak ragu:
"Betulkah kau adalah anak murid perguruan Bu Khek bun?"
Cu Siau hong segera tertawa hambar:
"Kau sangat mencurigai kedudukanku bukan?"
"Tapi jelas terlihat ilmu pedang yang kau pergunakan sama sekali bukan ilmu pedang aliran Bu Khek bun"
"Ilmu pedang dari Bu Khek bun tak terhitung banyaknya, memang kau anggap kepandaian kami bisa dipahami oleh manusia-manusia macam kalian itu? Sudahlah, tak usah banyak bicara, hayo cepat turun tangan kalau ingin turun tangan!"
Walaupun ucapannya bernada tajam bagaikan golok, tapi suaranya sama sekali tidak emosi, malahan kelihatannya tenang sekali.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah Pek Bwe kemudian bisiknya:
"Saudara Pek, Siau hong dia......"
"Mari kita bersama-sama menguji kehebatan dari generesi mendatang!" tukas Pek Bwe. "buat orang muda, kegagalan yang berulang kali masih tidak terhitung seberapa!"
"Betul! Manusia seperti Siau hong memang seharusnya banyak melatih diri, biar gagal asal ada kemauan, akhirnya pasti akan berhasil juga....."
Sementara itu Hek pa kiamsu nomor lima masih mengawasi terus wajah Cu Siau hong dengan pandangan dingin, ia tidak menurunkan perintah untuk melakukan serangan.
Melihat itu Cu Siau hong tertawa dingin katanya.
"Jika kau tidak memerintahkan lagi untuk melancarkan serangan, terpaksa aku akan turun tangan lebih dulu"
"Benarkah, kau hendak mempergunakan tangan kosong untuk menyambut serangan kami?" Jengek Hek pa kiam su nomor lima sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Kita sedang berhadapan sebagai musuh, rasanya akupun tak usah membicarakan soal syarat apa-apa denganmu, mau bertangan kosong kah, atau mempergunakan senjata tajam. itu urusan pribadiku sendiri. aku rasa bukan suatu kewajiban bagiku untuk memberitahukannya kepada kalian semua"

Keragu-raguan para pendekar pedang macan kumbang hitam itu untuk turun tangan membuat Pek Hong dan Tan Tiang kim sekalian turut menjadi curiga dan bertanya-tanya.
Mereka tidak habis mengerti mengapa para pendekar pedang macan kumbang hitam yang begitu ganas dan begitu bengis, ternyata menunjukkan sikap yang begitu ketakutan terhadap Cu Siau hong.
Mendadak....... Hek pa kiam su nomor lima mengulapkan tangannya, dengan suatu gerakan cepat bagaikan sambaran kilat Hep pa kiam su nomor sembilan langsung menerkam ke muka.
Serangan ini benar-benar merupakan suatu sergapan yang luar biasa dahsyatnya.
Pek Hong yang berada di samping arena pun dapat merasakan pula betapa dahsyatnya serangan tersebut, ibaratnya gelombang dahsyat di tengah samudra, jangan toh perahu kecil, kapal besarpun kadangkala bisa tersapu juga. maka dengan perasaan tergetar keras, dia lantas berseru lantang:
''Siau hong, hati-hati...."
Ditengah teriakan tersebut, tiba-tiba ia saksikan pendekar pedang macan kumbang hitam yang melakukan tubrukan ke arah Cu Siau hong itu mencelat ke samping, kemudian melayang keluar dari rumah gubuk tersebut.
"Blaam......!" terdengar suatu getaran keras yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan keheningan, tusukan pedang dari Hek pa kiam su nomor sembilan itu sudah menembusi sebuah pohon yang besar sekali diluar rumah sana tapi tubuhnya sendiripun turut menumbuk diatas pohon tersebut.
Pohon itu segera bergoyang kencang,daun dan ranting berguguran ke tanah, batok kepala Hek pa kiam su nomor sembilan itu hancur berantakan tak ada wujudnya lagi, isi bercampur darah kental berceceran diseluruh permukaan tanah.
Sesungguhnya tenaga terjangan yang dilakukan Hek pa kiam-su itu luar biasa dahsyatnya.
Tapi aneh sekali, ternyata dia tak sanggup menogendalikan keseimbangan tubuhnya sendiri, sela-in pedangnya menembusi batang pohon diluar sa-na, malahan badannya juga turut menumbuk diatas pohon itu sehingga hancur kepalanya.
Bagi seorang jagoan lihay dalam dunia persilatan, peristiwa semacam ini sesungguh-nya merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tidak masuk akal.
Bukan saja Pek Hong dan Tan Tiang kim sekalian merasa tercengang dan tidak habis mengerti, bahkan kedua orang pendekar pedang macan kumbang hitam lainnya pun sama-sama merasakan hatinya bergetar sangat keras, mereka tidak habis mengerti apa gerangan yang sesunggunya telah terjadi?
Bukankah rekan mereka itu sama lihaynya dengan kemampuan mereka berdua? Bukankah rekannya masih segar bugar? Kenapa ia bisa nekad menumbukkan kepala sendiri diatas batang pohon?
Menanti semua orang memalingkan kembali kepalanya, maka terlihatlah Cu Siau hong masih berdiri ditempat dengan wajah serius.
Pek Hong agak tertegun sesaat lamanya, kemudian tegurnya:
"Siau hong kau tidak apa-apa bukan?"
"Tecu baik sekali!" jawab Cu Siau hong.
"Apakah pendekar pedang macan kumbang hitam tadi tewas ditanganmu?"
"Sunio, bukankah ia mati karena menumbukkan diri diatas pohon itu? " seru Cu Siau hong cepat.
''Oooh......!" Pek Hong Cuma berseru tertahan dan tidak banyak bertanya lagi, Ia sudah merasa bahwa pertanyaan tersebut sesungguhnya merupakan suatu pertanyaan yang tidak cerdik maka dengan cepat dia membungkam dalam seribu bahasa.
Sementara itu, Hek pa kiam su nomor lima telah menegur, dengan suara dingin.
"Dengan cara apakah kau telah membinasakan dirinya?"
"Cara apa yang ku pakai untuk membunuhnya? Apakah kau tak dapat melihat sendiri?"
"Kepandaian yang kau pergunakan itu sangat aneh, kami tak dapat melihatnya sendiri"
"Kalau begitu cuma ada satu cara bagimu un-tuk mengetahuinya!"
-ooo0ooo-
BAGIAN 18
BAGAIMANA caranya? tanya Hek pa kiamsu nomor lima dengan perasaan ingin tahu.
"Kau turun tangan dan mencoba sendiri!"
"Mencoba sendiri? Kau anggap kemampuan yang kau miliki sudah cukup untuk menangkan kami''
"Kau tidak percaya?"
Hek pa kiam su nomor lima mendengus dingin, tangannya segera meraba gagang pedangnya seraya berkata.
"Baik. Akan kucoba sendiri"
Begitu kata terakhir diucapkan, pedangnya sudah diloloskan dari sarungnya, tampak cahaya pedang berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah meng-ancam didepan dada.
Dengan cekatan Cu Siau hong segera berkelit kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Hek pa kiam su nomor lima tertawa di-ngin, pedangnya berkelebat dan secara beruntun melancarkan tiga buah bacok-an berantai lagi.
Ketika menghadapi Hek pa kiam su nomor sembilan tadi, sikap Cu Siau hong kelihatan seperti agak gugup dan gelagapan setengah mati.
Tampak pedang yang berada ditangan kanan Hek pa kiam su nomorr lima itu diayunkan berulang kali dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, ini membuat Cu Siau--hong terdesak hebat dan berputar-putar, ia secara gelagapan.
Tan Tiang kim segera mengerutkan dahinya setelah menyaksikan kejadian itu, segera bisiknya lirih:
"Saudara Pek, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Lohu sendiri pun agak kebingungan" sahbut Pek Bwe sambil memandang ke arena dengan wajah melongo..'
"Pek Hong tampaknya keadaan agak kurang beres, kita mesti mencari akal untuk menggantikan dirinya "
Sementara itu ayunan pedang ditangan kanan Hek pa kiam su nomor lima sudah semakin gencar lagi, ini memaksa Cu Siau -hong semakin keteter hebat.
Mendadak.... Seerrr...... Seerrr......dua desingan tajam mendenging diudara, tahu-tahu pakaian Cu Siau hong sudah robek di dua tempat, darah segar segera bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Pek Hong merasa terperanjat sekali, sambil melejit keudara, dia menerjang ke arena dengan kecepatan tinggi.

Agaknya Pek Bwe telah menduga sampai kesitu, dengan cepat ia sambar tangan putrinya seraya berseru:
'Jangan kesana!"
"Tapi Siau hong terluka!"pekik Pek Hong dengan perasaan sangat gelisah.
"Aku tahu, luka yang diderita cuma luka luar, ia masih sanggup untuk, mempertahan-kan diri"
"Ia sudah terjebak dalam keadaan yang berbahaya sekali, bila ia tidak segera digantikan, bisa jadi setiap saat akan mati di ujung pedang pendekar macan kumbang hitam"
"Apakah kau mempunyai keyakinan untuk menyelamatkan jiwanya?"
"Paling tidak aku harus mengerahkan segala kemampuanku"
"Tidak! Kalau kau maju maka tindakanmu ini akan memecahkan perhatiannya, pedang kilat dari pendekar pedang macan kumbang hitam tidak akan memberi kesempatan kepadamu"
Pek Hong menghela napas panjang, pelan-pelan sikapnya menjadi tenang kembali.
Ketika mencoba untuk berpaling, terlihat olehnya cahaya pedang dari pendekar pedang macan kumbang hitam itu berputar bagaikan sinar bintang, seluruh badan Cu Siau hong telah terkurung ditengah lingkaran cahaya pedang tersebut.
Tang Cuan mempererat genggaman tangan kanannya yang mengenggam gagang pedang Cing peng kiam itu, diam-diam hawa murninya disalurkan ketubuh senjata tersebut sambil :bersiap-siap melancarkan serangan setiap saat.
Rupanya ia sedang menunggu kesempatan, begitu kesempatan baik yang dinantikan ti-ba, dia akan segera melancarkan sergapan.
Pelan-pelan Tan Tiang kim berjalan menghampirinya, lalu sambil menghadang didepan Tang Cuan, ia berbisik:
"Tang ciangbunjin tak boleh turun tangan, bukan saja kau tak akan berhasil menolongnya, malahan tindakanmu itu justru akan mencelakai dirinya!"
"Locianpwe, boanpwe sadar bahwa kepandaian yang kumiliki masih sangat cetek, ilmu pedangku belum sempurna, kalau oegitu a-ku mohon kepada locianpwe untuk menolongnya, mau bukan?"
"Aaaai...!" Tan Tiang kim menghela napas panjang, andaikata aku si pengemis tua bisa menolong jiwanya, sedari tadi hal tersebut sudah kulakukan, buat apa aku musti menunggu sampai sekarang?"
"Bagaimana seandainya kita turun tangan bersama?"
"Itupun percuma."
"Apakah kita biarkan Siau hong sute"
Ketika berbicara sampai disitu, secara diam-diam hawa murninya telah disalurkan kembali ke dalam tangan siap melancarkan serangan kilat.
Tang Cuan juga dapat melihat, sekujur badan Tan Tiang kim gemetar keras sementara sepasang tangannya dikepal kencang kencang.
Rupanya keadaan yang dihadapi Cu Siau hong bertambah buruk.
Seng Tiong-gak sendiripun sudah tak mampu mengendalikan diri 1agi, sambil menarik napas dia melompat bangun.
Ternyata, ia masih duduk bersila sambil mengatur napas.
Sekalipun tak seorang pun diantara mereka yang turun tangan, akan tetapi Tang Cuan dapat melihat bahwa semua orang telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya bersiap-siap untuk melancarkan serangan setiap saat.
Mendadak Cu Siau hong menggeserkan badannya ke samping, dengan suatu gerakan yang sangat aneh tahu tahu ia sudah meloloskan diri dari bilik kepungan cahaya pe-dang pendekar pedang macan kumbang hitam nomor lima yang amat rapat itu.
Dengan dua kali berjumpalitan, dia sudah berada dihadapan Tang Cuan .....
Tangan kanannya segera diayun ke depan dan menyambar pedang Cing peng kiam di tangan Tang Cuan yang belum lolos dari sarungnya itu.
Ternyata Tang Cuan masih tetap menggenggam gagang pedang erat-erat...
"Tang Cuan, cepat lepas tangan!"- seru Pek Bwe.
Padahal tak usah dia berteriakpun Tang Cuan telah melepaskan tangannya sementara badanpun mundur sejauh lima depa ke belakang.
Serangan pedang Hek pa kiam su nomor lima yang sangat lihay itu secepat kilat telah menyambar tiba, pakaian sebelah kanan yang dikenakan Tang Cuan segera tersambar robek.
Seandainay Tang Cuan agak ragu-ragu sejenak saja, niscaya lengan kanannya itu sudah putus di ujung pedang lawan.
Sementara itu Cu Siau hong telah berjumpalitan di udara dan mundur sejauh lima depa lebih, setelah berhasil merampas pedang Cing peng kiam tersebut.
Tangan kanannya segera dialihkan keatas ga-gang pedang itu.
Tiba-tiba Hek pa kiam su nomor lima melejit keudara setinggi satu kaki lebih, kemudian berjumpalitan beberapa kali diudara.
Setelah itu mendadak ia membalikkan badan, dengan kaki diatas kepala dibawah, dia langsung menerjang kearah Cu Siau hong.
Sungguh merupakan suatu serangan yang dah-syat dan mengerikan.
Cu Siau hong telah meloloskan pedangnya dari sarung dan berdiri menanti disitu dengan waspada.
Tiba-tiba cahaya hijau berkelebat lewat, dia sambut datangnya ancaman dari Hek pa kiamsu nomor lima itu.
"Criing......" suatu benturan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, diikuti muncratnya bunga bunga api.
Kemudian terdengar pula suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggema diseluruh ang-kasa. .
Waktu itu, kedua belah pihak sama-sama su-dah terbungkus dibalik kabut cahaya pedang yang tebal sulit untuk diketahui siapa yang telah terluka diujung pedang lawan.
Pek Hong menjerit keras:
"Siau hong, kau........"
"Sunio, Siau hong sehat walafiat saja?'' suara rendah yang berat segera menggema tiba.
"Blammm.......!" Jenasah dari Hek pa kiam su nomor lima terkapar ditanah dengan pinggangnya terpapas kutung menjadi dua bagian.
Bagi Pek Hong serta Tang Cuan sekalian, kejadian ini sesungguhnya merupakan suatu perubahan yang sama sekali diluar dugaan.
Bagaikan berada dalam alam impian saja dengan langkah lebar Pek Hong segera memburu ke depan, serunya:

"Nak, parahkah luka yang kau derita!"
Diatas badan Cu Siau hong terdapat banyak sekali luka bacokan, jubab biru yang dipakainya sudah terkoyak koyak, darah segar membasahi seluruh badannya.
Hek pa kiam su nomor tujuh yang selama ini hanya berdiri termangu belaka ditepi arena mendadak membentak keras, sambil memutar pedangnya ia menyerbu ke depan.
Menghadapi perubahan diluar dugaan yang mengagetkan dan menggembirakan ini, baik Pek Hong maupun Tang Cuan sama-sama agak terpengaruh oleh emosi, tapi Pek Bwe maupun Tan Tiang kim yang sudah lama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan sama sekali tidak mengendorkan kewaspadaannya, meski merekapun merasa kaget bercampur girang.
Kedua orang itu segera saling bertukar panda-ngan sekejap sambil bersiap-siap melakukan tindakan menghadapi lawan.
Hek pa kiam su nomor tujuh telah menerjang kedepan, tapi pada saat yang bersamaan Tan Tiang kim turun tangan juga melepaskan serangan balasan.
Tampak cahaya hijau berkelebat lewat, tahu-tahu Tan Tiang kim telah meloloskan senjata tongkat tembaga hijaunya yang jarang sekali dipergunakan itu.
Tongkat itu pendek sekali sebab hanya tiga jengkal dua inci panjangnya, dihari-hari biasa Tan Tiang kim selalu Menyimpannya disaku, maka tak diketahui oleh siapapun, seandainya bukan menghadapi musuh tangguh, belum pernah da perguna-kannya secara gegabah.
Berbeda sekali dengan keadaannya pada saat ini, ia merasa bahwa jurus pedang yang dimiliki Hep pa kiam su nomor tujuh itu terlalu ganas dan hebat, dia sadar bagaimanapun juga dia tak akan mampu menahan serangan musuh hanya bertangan kosong belaka.
"Traaang......!" terdengar suara benturan nyaring berkumandang memecahkan kehe-ningan, menyusul kemudian dua sosok baya-ngan manusia saling berpisah kesamping.
Sekalipun Tan Tiang kim berhasil menangkis serbuan dari Hek pa kiam su nomor tu-jub, akan tetapi lengan kirinya toh tersam-bar juga oleh babatan pedang lawan sehingga terluka panjang.
Sebuah mulut luka yang panjangnya mencapai tiga cun memanjang diatas lengan tersebut, darah segar mengucur keluar tiada hentinya.
Dalam pada itu Pek Bwe juga telah meloloskan senjatanya, ia mempergunakan sepasang gelang emas Cu bu kim huan.
Pek Hong dan Tang Cuan juga dibikin sadar kembali oleh bentrokan nyaring tadi. dengan cepat mereka berpaling
Tiba-tiba Cu Siau hong maju ke depan dengan langkah lebar, separuh badannya berlepotan darah sehingga ia tampak agak mengerikan.
Sekalipun begitu, langkah tubuhnya sangat mantap dan tenang, pedang yang berada di tangan kanannya juga mantap sekali, setelah memberi hormat, katanya:
'Tan cianpwe, harap kau bersedia melindungi boanpwe dari sisi arena, serahkan saja macan kumbang hitam ini kepadaku, setelah beberapa kali bertarung. boanpwe telah hapal dengan perubahan gerak pedang mereka....!'
"Apakah lukamu tidak membahayakan?" tanya Tan Tiang kim.
"Aaah, itu cuma luka luar saja, terima kasih banyak atas perhatian cianpwe"
Sambil membalikkan badan, dia lantas menuding kearah Hek pa kiam su nomor tujuh itu dengan pedangnya:
"Silahkan turun tangan!"
Sepasang mata Hek pa kiam su somor tujuh memperlihatkan sinar takut yang amat tebal, jelas terbunuhnya Hek pa kiam su nomor lima mendatangkan pukulan jiwa yang cukup besar baginya.
Penampilan Cu Siau hong yang luar biasa, tenaga kekuatan yang besar dan ilmu pedang nya yang sakti membuat semua orang menaruh pandangan yang lain terhadap dirinya.
Tiba-tiba Hek pa kiam su nomor tujuh mulai melancarkan serangannya dengan cepat, badannya berkelebat ke depan sambil melancarkan serangan dahsyat. .
Pedang Cing peng kiam yang berada ditangan Cu Siau hong segera berputar membentuk satu lingkaran besar didepan tubuhnya.
Tak seorangpun melihat jelas bagaimanakah perubahan dari gerakan pedangnya i-tu, tapi yang pasti serangan gencar dari Hek pa kiam su nomor tujuh yang amat dahsyat tersebut, tahu-tahu sudah dipunah-kan hingga lenyap tak berbekas.
Begitu berhasil merebut posisi yang lebih menguntungkan, pedangnya berputar lagi membentuk lingkaran, ditengah berkilauannya bunga-bunga pedang, dia bacok tangan kanan Hek pa kiam su nomor tujuh yang menggenggam pedang sehingga senjatanya terjatuh ke tanah.
Dengan terjatuhnya pedang itu, maka keadaan diri Hek pa kiam su nomor tujuh pada saat itu ibaratnya seekor macan kumbang hitam yang kehilangan cakar serta taringnya.
Apalagi lengan tersebut terbabat juga hingga kutung membuat pendekar pedang itu sama sekali kehilangan kemampuannya untuk melanjutkan pertarungan.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat Pek Bwe melayang ke depan dan menotok dua buah jalan darah penting ditubuh Hek pa kiam su nomor tujuh itu.
Menyusul kemudian Cu Siau hong menggerakkan pedangnya dan menyinkap topi kulit yang menutupi wajah orang itu.
Akhirnya, tampaklah wajah yang sebenarnya dari Hek pa kiam su nomor tujuh itu.
Cu Siau hong segera merasa bahwa paras muka orang ini seperti sangat dikenal olehnya, tapi untuk sesaat lamanya tidak bisa teringat kembali dimanakah mereka pernah bertemu.
Sementara dia masih melamun, terdengat Ti Thian hua menjerit kaget seraya berteri-ak:
"Aaaah...! Kenapa bisa kau?'
"Saudara Ti, siapakah orang ini? Akupun merasa seperti pernah bersua dengannya" kata Cu Siau hong.
"Benar! Baru saja kita bersua dengannya"
"Siaute hanya merasa wajahnya sangat kukenal, tapi lupa dimana kita pernah bersua?"
"Dia toh pelayan rumah makan Wong kang lo!"
"Aaah..... benar, memang dia!" Cu Siau hong segera berseru sambil manggut-manggut.
Dengan langkah lebar Pek Hong segera menghampiri sambil berseru:
"Hayo bicara, sekarang Tiong It ki berada dimana?"
Hek pa kiam su nomor tujuh tertawa sinis, darah kental meleleh keluar dari ujung bibirnya, dalam waktu singkat paras mukanya berubah menjadi hijau kehitam-hitaman, lalu roboh binasalah orang itu.
"Sungguh lihay obat racun itu!" seru Pek Bwe tertahan, "sedemikian cepatnya dia bertindak, sehingga tak sempat bagi orang untuk menolongnya"

"Aaaai .....! Kita seharusnya bisa berpikir sampai disitu, besar kemungkinan dia akan bunuh diri!'
Obat racun itu berada di dalam mulutnya sekalipun kita sudah mempunyai persiapan juga belum tentu bisa memaksanya untuk muntahkan racun tersebut, apalagi hanya cukup menggigit obat itu jiwanya sudah bisa melayang. Hal ini lebih sukar lagi untuk dicegah"
"Sunio. sekalipan tidak berhasil menahan dirinya, belum tentu kita bisa menanyakan apa-apa darinya" hibur Cu Siau hong pula.
"Tapi paling tidak, kita toh bisa bertanya kepadanya tentang jejak dari It ki"
Pelan-pelan Ti Thian hua maju kedepan, lalu berkata.
"Dia tak akan mengatakan apa-apa, bagi para pendekar pedang macan kumbang hitam berlaku suatu peraturan yang istimewa sekali, bila wajah mereka yang asli sudah ketahuan, maka mereka wajib untuk bunuh diri .....!"
"Darimana kau bisa tahu?" tanya Tang Cuan.
"Aku pernah mendengar hal ini dari mulut mereka sendiri, setiap orang yang ingin terpilih sebagai Hek pa kiam su terlebih dulu dia harus memiliki keberanian untuk menghabisi jiwa sendiri"
"Oooooh....!"
Sunio diantara kerapatan rahasia mereka sekarang Siau hong sudah mengetahui cara mereka untuk menyembunyikan diri, kata Cu Siau hong tiba-tiba.
"Sute, kau....."
"Ciangbun suheng, mereka tidak mempunyai rahasia apa-apa, tapi cara mereka untuk menyembinyikan diri memang betul-betul merupakan sebuah cara yang bagis sekali"
"Maksudmu?"
"Mereka memisahkan diri menjadi kelompok yang terkecil, lalu mereka gunakan semacam kata sandi atau tanda rahasia untuk saling berhubungan, mereka semua menyebarkan diri di dalam kota Siang-yang serta melakukan pekerjaan yang paling sederhana, bila mereka memakai baju macan kumbang j\hitam, maka mereka adalah Hek pa kiam su, tapi setelah melepaskan baju macan kumabng hitamnya, mereka semua akan berubah menjadi tukang kayu, pelayan rumah makan, pelayan rumah penginapan an sebagainya, bila dugaan Siau hong tidak salah, diantara mereka sendiripun mungkin tidak akan saling mengenal!"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
"Pandangan Cu sauhiap memang tepat sekali, sungguh membuat aku si pengemis tua merasa kagum"
Secara tiba-tiba ia merubah panggilannya menjadi Cu Sauhiap. ini menandakan kalau dia merasa kagum dan menghormat sekali kepadanya, bahkan rasa hormatnya bukan sebagai kata-kata sopan santun, melainkan benar-benar muncul dari dasar hatinya.
Buru-buru Cu Siau hong membungkukkan badannya memberi hormat, katanya:
"Tidak berani, tidak berani locianpwe terlalu memuji"
Pek Hong menghela napas panjang, katanya pula.
"�Siau hong apakah luka dibadanmu itu perlu dibubuhi obat luka?"
"Terima kasih banyak atas perhatian sunio, luka yang Siau hong derita cuma luka luar saja, tidak menjadi soal"
"Mari kububuhi sedikit obat agar jangan banyak kehilangan darah"
"Hong ji terut perintah!"
Sikap Pek Hong terhadap Cu Sian hong bagaikan perhatian seorang ibu terhadap putra sendiri, begitu sayangnya dia terhadap pemuda itu sehingga turun tangan sendiri untuk membubuhi luka pemuda itu dengan obat luka ......
Sesungguhnya, semenjak lenyapnya Tiong It ki, semacam peralihan cinta kasih saja, Pek Hong benar-benar menganggap Cu Siau. hong sebagai Tiong It ki, tanpa disadari cinta kasih seorang ibu terhadap anak, banyak yang dia alihkan ketubuh Cu Sian-hong.
Pek Bwe menghela papas panjang, kata-nya kemudian:
"Tang ciangbunjin, menurut peadapatmu, apakah kita harus pulang lebih dulu?"
"Pek locianpwe" tiba-tiba Cu Siau hong menyela, boanpwe memberanikan diri ingin memohon sesuatu kepadamu....."
Pek Bwe segera tertawa, tukasnya:
"Katakan saja persoalan apakah itu?"
"Lebih baik locianpwe dan Tan cianpwe segera pergi menjumpai Kay pang pangcu!"
"Betul!" seru TanTiang kim, kita harus melaporkan apa yang telah terjadi disini kepada pangcu, agar persiapan-persispan bisa dilakukan mulai sekarang"
"Baik, akan kutemani dirimu" kata Pek Bwe, seusai berkata dia lantas membalikkan badan dan pergi dari situ.
Memandang hingga bayangan tubuh Pek Bwe serta Tan Tiang kim telah pergi jauh, Pek Hong baru berkata ,dengan suara lirih:
''Siau hong, apakah kau memang sengaja menyingkirkan ayahku dari tempat ini?"
''Maaf subo, tecu ingin merundingkan suatu persoalan dengan sunio, susiok dan Ciangbun suheng"
'Persoalan apa? '
"Kekuatan dari Bu Khek bun kita sekarang terlalu minim, maka dari itu, mulai sekarang kita tak boleh sampai kehilangan seorang lagi!"
"Betul! '
"Tapi ilmu pedang Hek pa kiam su agaknya mengutamakan jurus-jurus pembunuh yang lihay, mereka tidak mementingkan soal gaya, tidak mementingkan soal gerakan, yang dipentingkan adalah kenyataan. ilmu pedang yang menjadikan pembunuh sebagai pokok tujuannya merupakan suatu kepandaian yang sukar untuk dipecahkan"
"Kesemuanya ini sudah kami saksikan sendiri"
"Siau hong telah menemukan beberapa cara yang sangat baik untuk menghadapi serangan itu, tapi jurus serangan tersebut belum terlalu hapal bagiku, maka aku ingin mengajak susiok dan suheng untuk memecahkannya bersama"
Siapa saja tahu dapat mendengar bahwa perkataannya yang terakhir itu tak lebih hanya basa-basi.
"Aku cukup memahami maksud hatimu itu Siau hong" kata Pek Hong, "tak heran ketika suhumu menerima kau menjadi muridnya, ia telah menggunakan semua kemampuan yang dimiliki untuk mendidikmu, ternyata kau memang tidak menyia-nyia harapannya...."
Cu Siau hong segera menjatuhkan diri berlutut sambil berseru:
"Tecu tidak berani, tecu tidak berani..."
Pek Hong segera membimbing bangun, lalu berkata dengan penuh kasih sayang:
"Siau hong, bangunlah, aku berbicara dengan sesungguh hati�

"Tecu benar-benar tak berani menerimanya"
'Siau hong masih ingat dengan beberapa patah kata suhumu menjelang saat kemati-annya?"
"Pesan dari suhu sudah terukir dalam hati tecu, sampai matipun tak berani tecu lupakan"
"Bagus sekali kalau begitu, suhumu bilang kau sudah tak terikat lagi oleh peraturan-peraturan perguruan Bu khek bun, maka kaupun tak usah terlalu terkekang lagi oleh kami"
"Siau hong!" tiba-tiba Seng Tiong gak buka suara, jurus pedang yang kau perguna-kan untuk menghadapi Hek pa kiam su tadi sudah pasti bukan jurus serangan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat"
"Yaa, memang bukan!" sahut Cu Siau hong sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Tang Cuan menjadi keheranan, serunya kemudian.
'Siau hong, selama banyak tahun belaka-ngan ini kita selalu berkumpul dan jarang sekali berpisah, darimana kau pelajari ilmu pedang yang maha sakti itu? Mengapa aku sama sekali tidak tahu?"'
Cu Siau hong termenung, beberapa saat.
"Terus terang saja Ciangbun suheng, beberapa jurus ilmu pedang yang siaute miliki itu berhasil dipelajari dari sejilid buku, tiada orang yang memberi petunjuk, maka sewaktu kugunakan juga kurang begitu hapal, cuma ketika kugunakan untuk menghadapt musuh tadi, siaute merasa bahwa jurus-jurus pedang itu memang benar-benar merupakan tandingan dari ilmu pedang yang dimiliki para Hek pa kiam su tersebut, oleh sebab itu dengan memberanikan diri siaute ingin me-ngajak susiok dan suheng untuk bersama-sama mempelajari beberapa jurus ilmu pedang itu, agar dikemudian hari bisa kita pergunakan untuk menghadapi para Hek pa kiam su tersebut"
"Siau hong!'' sambung Tang Cuan kemudian, menurut peraturan aku sudah tidak memasukkan kau didalam daftar nama murid Bu khek bun. terhadap perguruan Bu Khek bun boleh dibilang kau cuma sebagai tamu, juga teman kau boleh tak usah terikat oleh peraturan-peraturan dari perguruan Bu khek bun lagi"
"Ciangbun suheng, tentang soal ini .."
"Siau hong!" tukas Tang Cuan cepat, "Hal ini baik bagimu maupun bagi Bu khek bun, semuanya merupakan keuntungan, bukan kerugian, harap kaupun jangan banyak berbicara lagi"
`Baik, kita tak usah membicarakan tentang persoalan itu lagi, mari kita bicarakan tentang beberapa jurus ilmu pedang itu"
"Ilmu pedang itu terdiri dari beberapa jurus?' tanya Seng Tiong gak kemudian.
Cu Siau hong termenung dan berpikir sebentartar, kemudian sahutnya.
"Tiga jurus!"
"Cuma tiga jurus?"
Cu Siau hong kembali tertawa.
"Benar! Walaupun hanya tiga jurus, tapi keru-mitan dan kesaktiannya bukan bisa dipelajari secara gampang, akan kulukiskan dulu secara garis besarnya diatas tanah serta menerangkan perubahannya, kemudian susiok dan suheng boleh mulai mempelajarinya!.."
Setelah menghabiskan waktu selama setengah jam, secara jelas dan terperinci Cu Siau hong telah menerangkan perubahan dari ketiga jurus pedang itu.
Meskipun Cuma terdiri dari tiga jurus saja, tapi Pek Hong, Seng Tiong-gak dan Tang Cuan membutuhkan waktu selama setengah malam lebih untuk memahaminya, itupun baru enam bagian saja.
Itulah tiga jurus ilmu pedang yang sangat lihay, ditengah serangan terdapat pertahanan, dan ditengah pertahanan terdapat serangan. setiap jurus pedang itu berdiri sendiri, tapi bila tiga jurus dirangkaikan menjadi satu maka perubahan serta daya penghancurnya menjadi sepuluh kali lipat lebih dahsyat.
Ketika ketiga orang itu sudah mulai memahami penggunaan serta manfaat dari ketiga jurus serangan itu, semuanya hampir boleh dibilang terbuai hingga lupa keadaan.
Akhirnya Cu Siau hong mendongakkan kepal-anya, waktu sudah menunjukkan kentongan ketiga, iapun menghembuskan napas panjang seraya berkata.
"Sunio, sunio besok kita latih lagi! Yang penting kalian hapal dulu dengan perubahannya ....'
Seng Tiong gak segera menarik kembali serangannya sambil memuji.
"Betul-betul tiga jurus pedang yang sangat hebat, entah ilmu tersebut berasal dart perguruan mana?"
"Didalam kitab itu tidak diterangkan darimana asal mula jurus pedang itu, maka tiba-tiba saja aku terbentik satu ingatan aneh, entah dapatkah kukatakan..."
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Tang Cuan.
"Siaute ingin meleburkan ketiga jurus ilmu pedang itu kedalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat dengan memberi nama Cing peng sam ciat kiam, entah bagaimana menurut pendapat ci-angbun suheng!" .
Tang Cuan merasa terharu sekali sehingga sekujur badannya gemetar keras tapi wataknya yang jujur membuat dia merasa kurang leluasa untuk menanggapi dengan begitu saja.
Maka ditatapnya Cu Siau hong lekat-lekat, kemudian dengan air mata bercucuran katanya.
"Siau hong bila ilmu pedang Cingt peng kiam hoat ditambah dengan ketiga jurus ilmu pedang itu maka kelihayannya akan bertambah lipat ganda. Cuma..... Cuma.... ilmu pedang ini adalah ilmu pedang yang kau dapatkan, kau tak mau menyimpannya sendiri dan diwariskan kepada kami semua hal ini sudah menunjukkan kebesaran jiwa-nya, bila harus dileburkan kedalam Cing -peng kiam hoat, itu berarti ilmu pedang tersebut pun akan terikat oleh peraturan Bu khek bun, apakah hal ini tidak akan menyulitkan dirimu sendiri?"
Cu Siau hong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....... Haaahhh....... haahhh ...... Ciangbun suheng, siaute sendiri juga berasal dari perguruan Bu khek bun, beberapa jurus pedang yang kuperoleh itupun kupelajari sewaktu masih dalam Bu khek bun dulu, aku tidak akan mewariskan kepada orang lain, harap suheng bersedia memenuhi keinginan siaute ini dan anggaplah ketiga jurus ilmu pedang itu sebagai tanda baktiku pada perguruan"
"Baik! Kululuskan permintaanmu itu, ta-pi kau tahu bukan setelah ilmu itu dilebur kedalam Cing kiam hoat, berarti ketiga jruus itupun sudah terikat oleh peraturan perguruan?"
"Siau hong tahu, ilmu sakti tersebut tak akan kuwariskan kepada siapapun, hanya Ciangbunjin seorang yang berhak untuk menentukan siapa yang berhak mempelajarinya'

"Siau-hong, hal ini penting sekali artinya, aku adalah seorang ciangbunjin, aku harus menjaga peraturan perguruan dengan keras dan tegas"
"Soal ini bisa siaute pahami, setelah tiga jurus pedang itu dilebur kedalam Cing peng kiam hoat, siaute bertekad tak akan mewariskannya lagi kepada orang lain, segala sesuatunya akan terserah pada keputusan ciangbunjin"
"Baik! Kalau toh kau sudah berkata begitu, kita tetapkan dengan sepatah kata tersebut"
Cu Siau-hong segera membungkukkan badannya memberi hormat.
"Terima kasih banyak atas kemauan ciangbun suheng untuk meluluskan permintaan itu!..
Tang Cuan menghela napas panjang, sambil merangkap sepasang telapak tangannya didepan dada, ia berkata dengan serius:
"Suhu memang amat hebat, ia bisa membebaskan siau sute dari ikatan perguruan . .....
"Tidak!" tukas Cu Siau hong, ''suheng, aku masih terhitung anak murid Bu khek bun"
"Aku tahu Bu Khek bun bisa mempunyai seorang anggota yang luar biasa seperti su-te, sesungguhnya hal ini merupakan suatu kebanggaan yang luar biasa, tapi suhu telah mengijinkan kau terlepas dari Bu Khek bun, kau tak usah terikat lagi oleh peraturan perguruan, kau tentunye juga mengerti bukan akan watakku, selama ada peraturan maka peraturan tersebut akan kulakukan dengan tegas tanpa memikirkan kepentingan pribadi,
aku tidak berharap peraturan perguruan yang ketat membelenggu dirimu, kita masih tetap bersaudara meski bukan satu perguru-an lagi. Siau hong, kau harus memahami kesulitanku ini dalam pikiranku, aku sudah tidak menganggap kau sebagai anggota pergu-ruan Bu khek bun"
'Siaute mengerti! siaute mengerti!"
'Kalau kau sudah mengerti ini lebih baik lagi, jangan menyia-nyiakan ha-rapan suhu, jangan membuat suhengmu merasa kesulitan'
"Siaute akan mengingatnya selalu"
Tang Cuan lantas memandang sekejap ke arah Pek Hong, lalu katanya:
"Subo, mari kita pulang" .
Pek Hong manggut-manggut.
"Bagaimana dengan Siau hong?" ia bertanya.
"Aku akan mengikuti subo untuk pulang!" sahut Cu Siau hong.
"Baik! Dalam beberapa hari ini kau selalu berada diluar, aku memang ada banyak urusan yang hendak dirundingkan denganmu"
Demikianlah, mereka berempat pun segera berangkat untuk kembali ke gedung,
Keesokan harinya, setelah membersihkan badan Pek Hong berjalan menuju keruangan tengah.
Ternyata disini sudah menunggu dua orang, mereka adalah Pek Bwe serta Tan Tiang kim.
Pek Bwe memang tinggal disitu maka hal ini tak perlu diherankan, berbeda dengan Tan Tiang kim, keberadaannya sepagi ini mendatangkan suatu firasat dalam hati Pek Hong ada urusan tidak beres.
Ia lantas maju dan memberi hormat, tegurnya:
"Tan cianpwe, ayah, kalian sudah menunggu lama?"
"'Baru saja!" sahut Pek Bwe, sebenarnya aku hendak memanggilmu, tapi si pengemis tua itu melarangku"
"Ada urusan?"
"Benar?" sahut Tan Tiang kim, pangcu kami mengundang Cu sauhiap untuk berbincang-bincang..
'Mengundang Siau hong?"
"Benar, Cu Siau hong, Cu sauhiap"
Dari ucapan itu kembali terdengar nada hormatnya.
"Pangcu Kay pang adalah seorang yang sangat terhormat, kalau sampai berbuat demikian bisa jadi bocah itu akan kelewat manja jadinya"
"Tidak! Pangcu telah berpesan kepadaku agar bersikap hormat kepada Cu sauhiap, kami dilarang untuk menunjukkan sikap yang kurang sopan atau tidak sebagaimana mestinya"
"Oooh, mengapa demikian?"
"Soal ini aku sendiri pun kurang begitu jelas"
Pek Hong segera tertawa katanya:
"Tan-lo, apakah cuma dia seorang?"
"Betul! Pangcu hanya menyuruh aku si pengemis tua mengundang dia seorang"
"Ooooh...! Tan-lo, pangcu bisa memberikan penghormatan setinggi itu kepadanya, hal ini pasti ada sebabnya bukan?"
"Keponakanku, apakah kau tidak merasa bahwa pertanyaanmu itu membuat aku si pengemis tua menjadi serba salah?" kata Tan Tiang kim.
'Maksudmu:...?'
'Aku benar-benar tak tahu apa-apa kepo-nakanku, kau mesti tahu, pangcu kami da-lam perkumpulan Kay pang adalah ibarat-nva dewa, tianglo kami yang berusia paling tua pun masih kalah setinggi dirinya, dia adalah angkatan tua kami. dia juga pangcu kami, biasanya apa yang dia perintahkan hanya kami laksanakan, apakah kau suruh a-ku banyak bertanya?"
Pek Hong segera berpaling ke arah ayahnya, tapi Pek Bwe hanya tersenyum belaka.
Satu ingatan lantas melintas didalam be-naknya, sambil tertawa ewa katanya kemudian:
"Tan-lo, sudah pasti kau tahu apa alasannya, cuma enggan kau katakan kepadaku, benar bukan?"
"Aaai....baiklah, aku si pengemis tua akan beritahu kepadamu! Cuma, itupun menurut dugaan sendiri, jadi betul atau tidak aku sendiri-pun tidak yakin"
Pek Hong segera tersenyum.
"Baiklah asal kau bersedia mengungkapkan ke-padaku, itu sudah lebih dari cukup"
"Agaknya pangcu kami hendak membicarakan kejadian dunia persilatan dimasa lampau dengan Cu Siau hong"
"Hanya membicarakan kejadian dunia persilatasn dimasa lampau?' ulang Pek Hong dengan curiga.
"Agaknya memang begitu!"
"Siau hong belum pernah melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, darimana ia bisa tahu tentang kejadian dunia persilatan dimasa lalu?"
"Tentang masalah ini, aku si pengemis tua benar-benar tidak tahu..."
"Hong ji, kau tak usah menyulitkan empek Tan mu" timbrung Pek Bwe, ada sementara persoalan, dia memang benar-benar tidak mengerti"
"Aku akan suruh Siau hong segera mencuci muka, apakah kau orang tua akan berangkat lebih duluan?"
'Oooh .....tidak menjadi soal, aku si penge-mis tua akan menunggu disini saja"
Menunggu berarti urusan amat serius, kal1au tidak begitu, tak akan pengemis tua itu sampai mengambil keputusan uutuk menanti.
Tak usah dlpanggil Pek Hong, Cu Siau hong, Tang Cuan dan Seng Tiong gak telah masuk ke dalam ruangan.
Tan Tiang kim segera bangkit berdiri, seraya menjura katanya:
"Cu sauhiap, aku si pengemis tua mendapat perintah untuk mengundang dirimu"
Sikap tianglo dari Kay pang ini segera membuat Cu Siau hong merasa amat terkejut, buru-buru serunya:
"Tan tianglo, kau ...."
"AKU si pengemis tua mendapat perintah dari pangcu untuk mengundangmu berbincang-bincang sebentar" sambung Tan Tiang kim lag dangan cepat.
Cu Siau hong menjadi tertegun.
'Mengundang aku ...."
"Benar! Pangcu hanya mengundang Cu sa-uhiap seorang!"
"Tan tianglo, entah kita harus berangkat kapan?.."
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"
"Baik, sekarang juga kita berangkat!"
Tan Tiang kim segera tertawa.
''Cu sauhiap betul-betul menyenangkan sekali, aku si pengemis tua akan membawa jalan bagimu'.
Selesai berkata lantas beranjak dan melang-kah keluar.
Cu Siau hong segera menjura kepada seluruh isi ruangan sambil berkata.
"Subo, Susiok, ciangbun suheng masib ada pesan lain"
Pek Hong menghela napas panjang katanya:
"Siau hong, Kay pang pangcu adalah tonggak kekuatan dari dunia persilatan dewasa ini, jika kau bertemu dangan pangcu nanti, sikapmu harus berhati-hati"
"Siau hong terima perintah!"
"Sute!" sela Tang Cuan pula. "kau harus ingat jangan kuatir terbelenggu oleh peraturan perguru-an Bu khek bun, ada persoalan apapun bicarakan menurut penda-patmu sendiri!"
"Terima kasib suheng!"
Sementars itu Tan Tiang kim sudah barada di luar ruangan, dangan langkah cepat Cu Sian hong segera menghampirinya.
Memandang bayangan punggung dari Cu Siau hong Pek Hong menghembuskan napas panjang, katanya:
"Tang Cuan bukankah kau selalu bersama Siau hong?"
'Benar!"
"Tahukah kau, bagaimana ceritanya sehingga dia mempelajari ilmu pedang terse-but?"
"Tecu sendiripun tidak mengerti, Siau-hong sute selalu tinggal dalam perkampungan Ing gwat san ceng, selama banyak tahun belakangan ini, kecuali pulang ke dusun menengok keluarga, hampir boleh dibilang tak pernah meninggalkan perkampungan Ing- gwat san ceng barang satu kali pun, lagi pula kejadian itu sudah berlangsung tiga tahun berselang, menurut pendapatku, ilmu silat yang dipelajari Siau hong sute besar kemungkinan terjadi baru ini"
"Maksudmu beberapa jurus ilmu pedang itu dipelajarinya selama berada dalam per-kampungan Ing gwat san ceng?"
"Tecu berpendapat demikian, kecuali ia pelajari ilmu tersebut dikala Pek lotay-ya membawanya pergi selama beberapa hari, kalau tidak kepandaian itu sudah pasti dipelajarinya semasa berada dalam perkam-pungan Ing gwat san ceng"
"Persoalannya sekarang adalah siapa yang mengajarkan kepandaian tersebut kepadanya? Si Dewa pincang Ui Thong tidak mungkin mewariskan ilmu silat kepadanya sedang
Ouyang sianseng memang mewariskan sejenis ilmu kepadanya, tapi kudangar ilmu ter-sebut bukan serangkai ilmu pedang..." sela Pek Bwe pula.
"Hampir boleh dibilang setiap orang yang berada dalam perkampungan Ing gwat san ceng kukenal semua" kata Pek Hong kembali, "tapi siapakah orang itu?"
"Enso!" timbrung Seng Tiong gak, semua orang yang berada dalam perkampungan Ing gwat san ceng telah mati, seandainya benar-benar ada orang yang mewarisi Siau hong dangan ilmu pedang selihay itu, Hek pa kiam su sudah pasti tak akan mampu untuk membunuhnya"
Pek Hong segera manggut-manggut.
`Masakah sebelum peristiwa itu dia sudah keburu pergi meninggalkan tempat itu!?" katanya.
Persoalan itu lebih baik kita pikirkan secara pelan-pelan, kalau betul jalan pemikiran kita ini betul, aku percaya persoalan ini pasti akan terungkap juga akhirnya"
Sementara itu muncul seorang anggota Kay pang yang berusia pertengahan, dia masuk dangan langkah tergopoh-gopoh, kemudian katanya:
"Menjumpai Tang ciangbunjin!".
"Ada apa?"
"Lapor ciangbunjin" kata orang itu sambil memberi hormat, ada seseorang yang terluka parah dan bermandi darah mohon bertemu dangan orang orang Bu khek bun .....'
Tang Cuan agak tertegun, kemudian tukasnya:
"Apakah ia tidak menyebutkan siapa namanya?"
"Dia mengaku dirinya bernama Ti Thian hua!"
"Baik! Cepat undang dia masuk ke dalam"
Murid Kay pang itu segera mengiakan kemudian cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu.
Tak lama kemudian muncul dua orang anggota Kay pang yang menggotong sebuah usungan langsung masuk ke ruang tengah.
Ti Thian hua dangan badan bermandi darah berbaring diatas usungan tersebut, sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat.
Separuh badannya sudah tertutup oleh darah, sedangkan separuh yang lain pucat pias seperti mayat.
Dari keadaannya itu tak bisa diketahui apa yang menyebabkan dia terluka tapi kalau dilihat' sepintan lalu, dapat diketahui bahwa luka yang di deritanya itu teramat parah.
Dangan langkah lebar Tang Cuan berjalan menghampirinya kemudian menegur:
"Ti Thian hua, kau masih berada di kota Siang-yang?"
Pelan-pelan Ti Thian hua membuka matanya, kemudian menjawab:
"Aku tak berhasil kabur dari sini, mereka telah menyusulku"
"Hek pa kiam su tak pernah mengenal belas kasihan, mengapa mereka tidak habisi jiwamu?"
"Ada orang telah menyelamatkan jiwaku!"
"Siapakah yang menyelamatkan jiwamu?" tanya Tang Cuan.
"Aku tidak kenal dangannya, aku seharusnya mati diujung pedang Hek pa kiam su tapi orang itu datang tepat pada waktunya, ia telah menye-lamatkan jiwaku..."

Sesudah mengucapkan beberapa patah kata itu, lukanya makin merekah sehingga karena kesakitan dia lantas membungkam.
"agaknya luka yang kau derita cukup parah!" kata Tang Cuan lagi.
"Benar! Sekujur badanku sudah terkena tujuh tusukan, empat dibadan dan dua di kaki, satu di kepala!"
Kau masih sanggup untuk mempertahan-kan diri?"
"Aku bukan cuma berdiri mematung membiarkan mereka membunuhku, tangan-ku masih menggenggam senjata, aku masih sanggup untuk membendung serangan mereka"
Pek Bwe menghela napas panjang, katanya tiba-tiba:
"Ti Thian hua, lukamu teramat parah, menurut perasaanmu apakah kau masib bisa hidup?"
"Sekarang aku masih hidup, rasanya tak bakal mati!"
"Ketika menyerbu kedalam perkampungan Ing gwat san ceng tempo hari, kaupun termasuk sa-lah seorang diantara mereka kalau dibicarakan sesungguhnya kau adalah musuh besar kami" kata Tang Cuan.
"Apakah kau hendak membuat perhitungan danganku?"
"Apakah kau anggap tidak pantas kalau kami berbuat begitu?"
"Ooh . . pantas, pantas, cuma..."
"Aku telah berjanji akan melepaskan dirimu, maka dikemudian hari aku harap kau suka berusaha untuk sedikit menjauhi kami . ..."
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Cuma kali ini merupakan suatu pengecualian, nah sekarang kau sudah bersua dangan kami, ada urusan boleh kau katakan ...."
"Tiong hujin persoalan inilah yang seharusnya kau pikirkan"
"Apa yang hendak kau beritahukan kepada kami?"
"Para Hek pa kiam su semuanya bersembunyi di kota Siang-yang"
Soal ini sute kami Siau hong pernah mengatakannya''kata Tang Cuan dangan cepat.
"Itulah sebabnya menurut dugaanku Tiong It ki juga masih berada di kota Siang-yang"
Pek Bwee segera manggut-manggut.
"Memang beralasan sekali" bila mereka sudah meninggalkan kota Siang-yang, dangan luasnya jaringan mata-mata dari pihak Kay pang maupun Pay kau, masa tiada sesuatu jejak pun yang berhasil mereka lacaki"
"Tiba-tiba saja aku teringat akan suatu tempat yang kemungkinan besar digunakan mereka untuk menyembunyikan Tiong It ki" kata Ti Thian hua lagi.
"Dimana?"
Waktu itu luka-luka yang diderita Ti Thian hua mulai meradang, ia kesakitan hebat, dangan mata terpejamkan, ia tidak berbicara lagi.
'�Tang Cuan! Pek Hong segera berseru, gotong masuk Ti Thian hua kedalam ruangan, bubuhi o-bat pada lukanya!"
Setelah lukanya dicuci diberi obat-dibalut, rasa sakit yang diderita Ti Thian hua baru banyak berkurang.
Seluruh badannya terkena tujuh tusukan, luka itu tidak terhitung enteng tapi tidak sampai me-matikan korbannya.
"Ti Thian hua tampak tubuhmu tak akan sampai menjadi cacad" kata Pek Bwe.
Ti Thian hua menghela napas panjang, katanya:
"Kau tahu tentang kebun raya Ban hoa wan?''
"Kebun raya Ban hoa wan merupakan suatu tempat yang sangat tersohor, tentu saja kami tahu" jawab Pek Hong.
"Kalian sudah pergi melakukan pencarian ke sana?"
"Pemilik kebun raya Ban hoa wan adalah seorang kenalan lama lohu" kata Pek Bwe, dia orangnya jujur dan polos, lagipula bukan seorang anggota dunia persilatan"
"Itukan diluaran dia berkata demikian?"
"Maksudmu, kita harus menggeledah kebun raya tersebut?"
"'Yaa, mau melakukan pemeriksaan secara terang-terangan juga boleh, secara diam-diam juga boleh, cuma perlu diingat, serangan dari Hek pa kiam su amat cepat"
Jadi para Hek pa kiam su itupun berada di dalam kebun raya Ban Hoa wan ....?"
Orang yang berada didalam kebun raya itu belum tentu seluruhnya adalah Hep pa kiam su, tapi pasti ada beberapa orang Hek pa kiam su yang berada dikebun raya tersebut!'
'Terima kasih banyak atas petunjukmu'
"Aku tahu hanya Cu sauhiap seorang yang berkemampuan untuk menghadapi kawanan Hek pa-kiam su tersebut"
'Itu adalah urusan kami sendiri, tak usah kau pikirkan" tukas Tang Cuan cepat.
Pek Hong tiba-tiba berseru:
"Hantar dia ke sebuah kamar untuk beristirahat, beritahu kepada orang-orang Kay pang, setiap saat ia boleh meninggalkan tempat ini, jangan menyusahkan dirinya, dia boleh datang juga boleh pergi sekehendak hatinya"
Ti Thian hua segera menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Tiong hujin, didalam kebun raya Ban hoa wan terdapat dua tempat yang paling berbahaya, harap kalian suka berhati-hati sekali bila sudah tiba disana"
Jelas Ti Thian hua merasa berterima kasih sekali atas pelayanan Pek Hong yang begitu baik kepadanya ini, membuat hatinya merasa puas dan sangat terharu.
"Tempat manakah yang kau maksudkan itu?"
"Pertama adalah empang ikan leihi dalam kebun raya itu dan kedua adalah kandang harimau!'
''Terima kasih atas petunjukmu!"
Sementara itu Tang Cuan telah memerin-tahkan kepada dua orang anggota Kay pang untuk menggotong Ti Thian hua masuk kedalam sebuah ruangan.
Pek Hong segera menengok sekejap koarah Pek Bwe, kemudian ujarnya agak murung:
"Ayah! Jelas didalam kandang harimau dipelihara harimau buas, binatang liar itu memang cukup menakutkan, tapi dalam empang ikan leihi sudah pasti ikan yang dipelihara, apanya yang menakutkan dangan ikan-ikan tersebut?"
"Aku dapat melihat sekalipun Ti Thian hua belum sadar seratus persen, paling tidak delapan sembilan puluh persen dia telah sadar, maka aku rasa diapun tak akan main setan lagi dangan kita, tadi aku sangat memperhatikan letak luka yang dideritanya, jelas terlihat luka-luka itu terletak di bagian-bagian yang mematikan serta otot penting yang bisa membuat orang cacad seumur hidup.
maka tak mungkin kalau dia sedang bermain sandiwara, walaupun luka itu cukup parah, jiwanya bisa terselamatkan karena serangan musubhrupanya tertangkis semua''

"Senjata tajamnya masib tertinggal disini, kalau memang subo berniat untuk membiar-kan dia pergi, apakah senjatanya perlu dikembalikan kepadanya?" tanya Tang Cuan.
"Yaa, kembalikan saja, kepadanya! Kita toh sudah berniat tidak membunuhnya, lebih baik bersikaplah sedikit terbuka."
Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Tiong gak, dia menambahkan:
Sute bagaimana dangan luka yang kau derita?
Delapan sampai sembilan puluh persen telah sembuh, mungkin masih mampu untuk pergi ke -kebun raya Ban hoa wan"
"Kecuali kalau mereka mengirim It ki pergi dari sini sehabis menawannya, aku rasa kemungkinan mereka untuk memindahkan It ki dari sini kecil sekali, jalan lewat air sudah ditutup oleh pihak Pay kau, sedang jalan darat ditutup oleh Kay pang. bila It ki masih hidup dia pasti masih berada di kota Siang-yang"
"Oleh karena itu kau ingin segera berangkat ke kebun raya Ban hoa wan.....?" tanya Pek Bwe.
Leng kang cuma punya seorang anak, asal ada akal untuk menolongnya, sekalipun aku harus mati, aku pun rela"
"Ucapan itu memang benar, cuma Hong-ji, kau harus mengerti bahwa It ki berada di tangan orang lain, kecuali sekali serang kita berhasil merobohkan mereka sehingga menbuat mereka sama sekali tak menyangka, kalau sampai mengusik rumput mengejutkan si ular, bisa jadi kita malah memberi kesempatan buat mereka untuk turun tangan"
Pek Hong menjadi tertegun.
"Jadi maksud ayah .'
"Aku rasa lebih baik kita menunggu sampai kembalinya Siau hong saja, Siau hong si bocah ini selain Memiliki ilmu silat yang luar biasa, diapun amat tenang dalam menghadapi urusan apapun, kita masih jauh kalah bila dibandingkan dangannya.."
"Betul! Memang seharusnya kita rundingkan lagi setelah Siau hong kembali nanti''
"Kecuali urusan ini kita rundingkan dangan Siau hong, lebih baik lagi kalau pihak Kay pang dan Pay kau juga diberitahu, orang lain sudah mengutus begitu banyak jago lihay untuk membantu kita, kalau ki-ta tidak memberi kabar dulu kepadanya, bukankah perbuatan kita ini kurang sopan namanya?"
Pek Hong termenung sebentar, kemudian katanya.
"Bila kita kabarkan kepada mereka, aku kuatir mereka tak akan berpeluk tangan be-laka"
"Dalam kenyataannya kalian sudah tak akan mampu menampik bantuan dari Kay pang serta Pay kau lagi"
"Yaa, memang begitulah!'
"Itulah sebabnya kita beri tahu kepada mereka agar mereka menunggu diluar kebun raya saja. Menanti kita sudah Mengetahui kalau disitu ada persoalannya, bila hendak turun tangan, kita baru minta kepada mereka untuk membantu"
"Tang Cuan, menurut kau bagaimana kalau kita bertindak demikian?"tanya Pek Hoog.
"Pek tayya kalaumemang berkata demikian, aku rasa cara ini tentu bisa dipergunakan, lebih baik kita lakukan secara begitu saja!"
Sampai lewat tengah hari, Cu Siau hong baru tampak muncul kembali didampingi oleh Tan Tiang kim, sebagai jago kawakan yang berpengalaman. tanpa diberi tanda orang lain, setelah duduk sebentar Tan Tiang kim segera bangkit berdiri dan mohon pamit.
Sesudah menghantar kepergian Tan Tiang kim, Pek Hong yang pertama-tama tidak tahan lebih dulu, katanya:
"Nak, apa saja yang dibicarakan pangcu dari Kay pang dalam pembicaraan tadi?"
"Ia menanyakan asal usul dari beberapa jurus ilmu pedang yang kumiliki itu"
Lantas bagaimana kau menjawab? Tanya Tang Cuan.
"Aku bilang ilmu itu kudapatkan dari sejilid kitab kuno, dan sekarang sudah kucairkan ke dalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat.
"Dia masih bertanya apa lagi?"
"Selanjutnya, diapun tidak menanyakan soal ilmu pedang lagi, tapi memberitahukan banyak persoalan kepadaku.
"Ternyata kalian bisa bercakap cakap dangan amat cocok bukan? kata Pek Bwee.
"Yaa! Ia sama sekali tidak menunjukkan lagak seorang Pangcu dari suatu perkumpulan yang terbesar dikolong langit, segala se-suatunya berjalan dangan ramah-tamah"
"Bila kau sudah menyanggupi orang lain dangan sesuatu janji, aku harap kau suka menjaga dan memenuhinya, pilihlah beberapa persoalan yang boleh diberitahukan kepada kami dan coba katakanlah agar kami ikut mengetahuinya"
"Terima kasih banyak atas perhatian lo-ciannwe" kata Cu Siau hong sambil menju-ra.
Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Pangcu telah membicarakan banyak masalah danganku, tapi hal yang terpenting ada-lah dalam masalah ilmu silat, dia menanyakan asal usul dari jurus-jurus pedangku itu.."
"Lantas apa jawabmu?"
"Siau hong mengaku apa adanya, jurus pedang itu kuperoleh dari sejilid kitab tak bernama, dan lagi aku telah meleburkan jurus pedang itu kedalam ilmu pedang Cing-Peng
kiam hoat"
"Lantas apa komentar lo-pangcu atas persoalan ini?" tanya Pek Bwe lebih jauh.
"Lo pangcu tidak berkata apa-apa lagi, dia malah berusaha untuk menghindari per-soalan itu lagi"
"Siau hong, kalian betah berbicara sangat lama, aku rasa tentunya bukan cuma soal-soal itu saja yang kalian bicarakan bukan?" tanya Pek Hong kemudian.
"Betul! Kami masih berbicara banyak sekali...."
"Coba pilihlah hal-hal yang bisa dibicarakan dangan kami!"tukas Pek- Hong.
Cu Siau hong tersenyum, ujarnya:
"Siau hong tidak memberi janji apa-apa kepada lo pangcu, diapun tidak memberikan larangan apa-apa kepadaku, maka apapun yang telah kami bicarakan semua bisa kuutarakan, cuma..."
"Cuma apa? sela Pek Hong.
"Apa yang kami bicarakan meliputi suatu lingkaran persoalan yang terlampau luas, untuk sesaat sulit bagiku untuk membuka pembicaraan tersebut. Aku tak tahu darimana aku musti mulai dangan pembicaan ini dan lagi semua yang kami bicarakan adalah kenyataan, sekalipun Siau hong ingin membicarakannya. sulit juga rasanya untuk mengungkapkan salah satu persoalan yang merupakan kenyataan tersebut"
"Siau hong begini saja!" kata Pek Bwe, "tak usah dibicarakan sedari awal, pilih saja salah satu diantaranya yang terpenting dan bicara dangan kami"

Cu Siau hong termenung sebentar, kemudian berkata:
"Lo pangcu memberi tahu dua hal yang terpenting, dia bilang, sudah lama ia mengetahui jika dunia persilatan telah muncul suatu kekuatan rahasia yang mengerikan dan sedang berkembang secara diam-diam, lagi pula dia sudah mempersiapkan diri untuk berjumpa dangan suhu dan memperbincangkan masalah ini, tak disangka karena tertunda oleh masalah lain yang berakibat terjadinya suatu peristiwa yang sangat memilukan hati ini"
Pek Bwe manggut-manggut, katanya:
"Pihak Kay pang memang tersohor karena telinga dan matanya yang tajam, tentu saja mereka sudah lama menemukan kekuatan rahasia tersbeut, tapi ..... apakah ia telah berhasil mengetahui asal-usul dari kekuatan tersebut?"
"Belum, dia sendiripun masih bingung dan tidak habis mengerti, Cuma ia tahu kalau
dalam dunia persilatan terdapat sesuatu kekuatan yang sedang berkembang. Musnahnya perguruan Bu khek bun kita semakin membuktikan akan kebenaran dari berita tersebut. Kalau memang para Hek pa kiam su telah bermunculan dikota Siang-yang maka diapan bermaksud untuk berada disitu sekian waktu. lagipula dia akan menarik segenap kekuatan Kay pangnya dari segala penjuru tempat untuk membongkar peristiwa ini sampai jelas'
-ooo0ooo-
BAGIAN 19
KALAU begitu lo pangcu sudah bertekad akan menyelidiki persoalan ini sampai jelas?' tanya Pek Bwe.
Aku tidak bertanya kepadanya, dia sendiri juga tidak memmberi keterangan apa-apa kepadaku"
Agaknya Pek Bwe tahu bahwa Cu Siau hong merasa tidak leluasa untuk membicarakan masa-lah itu lebih jauh, maka dia lantas mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, ujarnya:
"Siau hong disinipun telah terjadi suatu peristiwa!"
"Peristiwa apa?"
"Ti Thian hua telah kemari, memberitahu suatu rahasia besar, konon It ki mungkin disekap dalam kebun raya BanHoa wan....."
''Sute berada dalam kebun raya Ban Hoa wan," tukas Cu Siau hong, "mengapa kita tidak mencarinya?"
Tang Cuan segera tertawa, katanya:
"Kami sedang menunggu kau!"
Cu Siau hong segera melompat bangun, serunya: "Sekarang toh sudah pulang!"
"Siau hong" kata Pek Bwe. "Selamanya kau tak pernah terburu napsu, kenapa hari ini kau...." Cu Siau hong tertegun, kemudian cepat-cepat katanya:
"Siau hong ucapkan banyak terima kasih atas petunjuk dari locianpwe!"
"Ayah dangan siasat apa kita harus berangkat?" sekarang sudah waktunya buat kita untuk bertindak" seru Pek Hong.
"Siau hong coba katakan, menurut pendapatmu, bagaimana kita harus bertindak?" Pek Bwe berpaling dan bertanya kepada pemuda itu.
"Bagaimanapun cara kita bertindak, sudah pasti tindakan kita ini tak akan bisa mengelabuhi orang-orang dalam kebun raya Ban Hoa wan, kecuali kalau It ki siau sute tidak berada di dalam kebun raya Ban Hoa wan tersebut.
"Betul!" Pek Bwe manggut-manggut.
"Cuma, kita masih ada satu cara lagi. Yaitu menggunakan orang banyak untuk melindungi jejak satu orang''
"Siau hong, dan orang itu adalah kau?" sambung Pek Bwee.
Pek Hong, Tang Cuan segera ingin bertanya, sebab mereka merasa kurang begitu mengerti, tapi setelah dipikir sebentar, dangan cepat mereka berdua baru memahami maksud dari perkataan itu.
Sementara itu Cu Siau hong sudah mengangguk.
'Siau hong akan berusaha dangan segala kemampuan yang kumiliki!" janjinya.
"Coba pikirkan, perlu tidak kita hubungi pihak Kay pang didalam tindakan ini?'-
Sepantasnya kalau memberi kabar kepada mereka, sebab menurut pendapatku, semua gerak gerik kita sekarang sudah berada di-bawah perlindungan serta pengawasan mereka, dan lagi kita pun butuh dua tenaga pihak mereka.
Yang seorang adalah kau, masih ada seorang lain siapa?''
'Seng susiok!"'
Pek Bwe segera tertawa.
"Benar! Sekarang Tang Cuan sudah menjadi seorang ciangbunjin, tentu saja dia tak boleb menyamar dangan semaunya sendiri!"
"Ayah!" sela Pek Hong. "aku lihat, terpaksa mesti merepotkan kau untuk merundingkan persoalan ini dangan Tan Tiang kim"
Tanpa membuang waktu lagi Pek Bwe segera bangkit berdiri dan beranjak dari situ.
Lebih kurang sepertanak nasi kemudian, Pek Bwe, Tan Tiang kim dan dua orang pengemis muda telah muncul disitu.
Tan Tiang kim langsung menunjuk kearah Seng Tiong gak dan Cu Siau hong sambil perintahnya:
"Nah, seperti kedua orang itu, harap kalian segera turun tangan !'
Dua orang pengemis itu mengamati wajah Seng Tiong gak dan Cu Siau hong sebentar kemudian sambil menjura katanya:
"Harap bisa meminjam pakaian kalian berdua"
Selesai mendapatkan pakaian yang diperlukan, mereka segera mengundurkan diri dari situ.
Sepeninggal mereka, sanbil tertawa Tan Tiang kim lantas berkata:
"Pangcu kami merasa sangat cocok dangan Cu sauhiap, secara khuzus beliau telah mengundang datang dua dari keempat pengawal pribadinya untuk diperbantukan disini, usia dari kedua orang ini tidak terlampau besar, tapi mereka justru merupakan jago lihay dari perkumpulan kami. Yang seorang bernama Ciu heng sedangkan yang lain bernama Ong Peng !"
"Yaa, ilmu menyamar yang mereka miliki juga merupakan jago yang paling lihay da-lam Kay pang, maka yang seorang disebut Sin jut (dewa melintas) sedang yang lain di-namakan Kui meh (setan menyelinap)!" sambung Pek Bwe.
Tan Tiang kim segera terbahak-bahak.
"Haaahhh...... haaahhh..... haaahhh...... Pek heng, sudah banyak tahun kau tak pernah melakukan perjalanan lagi didalam dunia persilatan masih begitu jelasnya"

"Empat manusia pintar dari Kay pang, ter-diri dari Thian gan (mata sakti) Cian jiu (tangan seribu), Sin jut (dewa melintas) dan Kui meh (setan menyelinap), siapakah yang tidak tahu tentang nama nama mereka? Sekalipun lohu sudah pensiun, nama besar dari keempat orang ini mah masih melekat dalam benakku!"
`Ooh .....semasa masih hidupnya dulu, Leng kang juga pernah membicarakan soal ini danganku" kata Pek Hong, sungguh beruntung hari ini kami dapat bersua"
Tan Tiang kim menghela napas panjang katanya kemudian:
"Pangcu kami selalu merasa murung dan berduka atas kematian dari Tiong ciangbunjin, Kay pang bertekad akan mengerahkan segenap kekuatan dan segenap jago-jago pi-lihannya untuk menunjang perguruan Bu-khek-bun anda"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, dua orang Seng Tiong gak dan dua orang Cu Siau hong telah muncul didalam ruangan?.
Seandainya warna pakaian mereka tidak berbeda, hampir saja sulit buat Pek Hong untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu . . ...
Tang Cuan segera menjura, katanya dengan cepat:
"Demi urusan Bu khek bun, terpaksa harus merepotkan kalian berdua, Tang Cuan merasa berterima kasih sekali"
Ciu Heng dan Ong peng buru-buru membalas hormat.
"Sedikit tenaga kami yang tak seberapa tidak berani menerima ucapan terima kasih dari ciangbunjin"
"Kalian bermaksud akan berangkat kapan? tanya Tan Tiang kim kemudian setelah hening sejenak.
'Berangkat sekarang juga!" sahut Tang Cuan.
"Locianpwe, kau juga ikut?" tanya Pek Hong . .
"Ikut! Toh jejak kita tak akan berhasil mengelabuhi mereka, kelebihan aku si pengemis tua seorang juga bukan menjadi masalah.'

No comments: