Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 21

Oleh : Tjan ID

"Aku si pengemis tua pernah mendengar orang berkata, "konon totokan pada urat nadi Sam im ciat meh merupakan suatu ilmu totokan jalan darah yang paling susah dipelajari, cara untuk membebaskannya juga merupakan suatu cara yang paling sukar. Kau musti lebih berhati-hati lagi dalam tindakanmu nanti.!"

"Tecu ..... tecu.... tecu mengerti."
'Nah, Siau hong, turun tanganlah" seru Pek Hong kemudian.
Cu Siau Hong mengiakan, mendadak secepat sambaran kilat dia melancarkan sembilan buah totokan berantai,
Rupanya didalam mempergunakan ke sembilan buah totokan tersebut, dia telah menyalurkan segenap kekuatan yang dimilikinya sehingga paras muka si anak muda itu seketika berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sedangkan orangnya juga berubah menjadi agak bodoh, dengan membelalakkan matanya lebar-lebar dia mengawasi wajah Tiong It ki tanpa berkedip...
Dalam kenyataan, bukan cuma Cu Siau hong seorang yang berbuat demikian, melainkan hampir segenap orang yang hadir di sana telah mengalihkan semua perhatian mereka ke atas wajah Tiong It ki.
Suasana disekeliiing tempat itu berubah menjadi hening, sedemikian heningnya sampai jatuhnya jarumpun dapat terdengar.
Lik Hoo, Ui Bwee. Ang Bo tan dibuat tertegun juga oleh suasana serius yang mencekam di seluruh arena. Hanya manusia yang berhati jujur saja yang akan tersentuh perasaannya oleh suasana seperti itu.
Keadaan yang hening tapi tegang itu berlangsung hampir seperempat jam lamanya, tiba-tiba Tiong It ki menggerakkan sepasang lengannya lalu bangkit dan duduk.
Cu Siau hong segera memejamkan matanya rapat-rapat, dua baris air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya, dia berseru:
"Oooh... sunio!"
Dengan cepat pemuda itu menjatuhkan diri berlutut dihadapan Pek Hong.
Pek Hong sendiripun sangat terharu, de-ngan cepat dia membangunkan Cu Siau hong sambil berseru:
"Anakku, aku telah merepotkan kau!"
Tecu merasa amat tegang, amat takut sekali, bila aku salah, aku akan mengiringi sute untuk mati bersama".
'Siau bong, tenangkan hatimu, mati atau hidup adalah nyawanya, nak. kali ini kau telah berhasil"
Sementara itu, Tiong It ki sudah bangkit berdiri,pelan-pelan dia berpaling memandang sekeliling tempat itu sekejap, kemudian serunya dengan keras:
"Ooooh. . . . . ibu!"
Dengan cepat ia menubruk kedalam rangkulan Pek Hong, air matanya jatuh bercucuran bagaikan hujan deras.
Terlalu banyak penderitaan yang telah dialaminya, banyak siksaan yang telah dijalaninya, seorang bocah yang baru berusia belasan tahun memang tak akan sanggup untuk menahan penderitaan semacam ini, kendatipun dia tangguh dan cukup tahan uji.
Pek Hong menghembuskan napas panjang, ujarnya:
'Nak, menangislah! Menangislah sepuas hatimu, menangis terus sampai semua ganjalan dalam hatimu terlampiaskan keluar semua!' .. .
Mendengar perkataan itu Tiong It ki malah rikuh untuk menangis lebih lanjut, cepat dia membesut air matanya sambil ber-kata:
"Ibu, Apakah aku masih hidup dengan segar bugar?"
"Yaa, kau masih hilup segar bugar."
Cepat berterima kasih kepada Jit Suhengmu, demi kau, dia telah mempertaruhkan selembar jiwanya"
'Ooooh ...."
Tiong It ki segera berpaling dan menja-tuhkan diri berlutut dihadapan Cu Siau hong.
Buru-buru Cu Siau hong berlutut pula, seraya berkata:
'It ki, kita adalah sesama saudara aku tak berani menerima penghormatanmu itu '
"Sudahlah nak, kalian bangun semua,' Pek Bwe lantas menimbrung.
Cu Siau hong segera bangkit berdiri, kepada Pek Hong baru ujarnya:
"Sunio, yang sudah menyelamatkan jiwa It ki sute dari ancaman bahaya adalah ketiga orang nona itu, untuk hal tersebut dia-tas dengan memberanikan diri tecu telah meluluskan permintaan mereka untuk melin-dungi keselamatan jiwanya"
"Sudah sepantasnya kalau berbuat demikian"
'Tecu telah melapor kepada ciangbun suheng dan memohon agar mereka bisa di-terima"
Pek Hong tidak segera menjawab, dia berpaling dan memandang sekejap ke-arah Lik Hoo sekalian lalu tanyanya:
"Apakah kalian hendak masuk kedalam perguruan Bu khek bun?"
"Tidak!" jawab Lik Hoo.
"Kalian telah menyelamatkan satu-satuntya darah daging dari keluarga Tiong, berdiri pada pribadiku sendiri aku bersedia untuk meluluskan syarat apa saja yang hendak kalian ajukan, nah katakanlah!"
"Kami hanya memohon kepada cianpwe agar bersedia meluluskan keinginan kami untuk mendampingi terus Cu kongcu "
"Kalian bertiga?" sela Pek Hong sambil tertegun.
"Benar!"
Pek Hong menjadi tertegun beberapa saat lamanya, untuk sesaat dia tak mampu ber-kata-kata.
Dengan kening berkerut Pek Bwe lantas berkata.
"Sebenarnya kalian adalah apanya Cu-Siau hong?"
Nama kami bertiga didalam dunia persilatan kurang baik maka kamipun tidak berani memohon apa-apa, asal Cu kongcu bersedia selalu membawa kami disisinya, itu sudah lebih dari cukup"
"Hei, sebenarnya apa yang telah terjadi' seru Pek Bwe.
"Kalian bertiga telah memohon ingin menjadi apanya?" sambung Pek Hong pula.
Apapun boleh, pokoknya apapun yang dikehendaki oleh Cu kongcu akan kami laksanakan tanpa membantah"
Pek Hong lantas mengalihkan sorot matanya ke wajah Cu Siau- hong, setelah itu katanya:
"Siau Hong, kau bermaksud suruh mereka melakukan apa?"
"Waktu itu tecu hanya bertujuan untuk menolong jiwa It ki sute, persoalan yang lain belum sempat kupikirkan"
Jawaban itu sangat diplomatis, seketika itu juga Pek Hong terbungkam dalam seribu bahasa..
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, lalu berkata lagi:

"Sunin! Siau hong hanya menyanggupi untuk menerima mereka disisiku, suruh mereka menjadi apa belum pernah kubicarakan'
"Oooh...!' Pek Bwe berseru tertahan.
Cu Siau hong segera merasakan bahwa persoalan ini merupakan suatu kesulitan yang harus dibikin terang secepatnya, maka kembali berpaling dan memandang sekejap kearah Lik Hoo sekalian, katanya:
''Nona bertiga, kalian mempunyai persya-ratan apa? Bolehkah kau ajukau sekarang"
"Kami tidak mempunyai syarat apa-apa, kami cuma berharap bisa mendampingi kongcu sepanjang masa, mau jadi pelayan juga boleh, menjadi dayang juga mau"
''Siau hong!" Pek Hong lantas berkata, "aku lihat lebih baik kau putuskan sendiri persoalan tersebut, tapi kau toh sudah me-nyanggupi untuk melindungi keselamatan orang? Dalam hal ini, kami pasti akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin"
"Tecu mengerti!"
'' Ayah!" Pek Hong lantas berkata kepa-da Pek Bwe, "apakah kita sudah boleh pergi sekarang?"
Cu Siau hong mendongakkan kepalanya dan memandang keadaan cuaca sekejap, lalu berkata:
"Sebelum malam nanti, orang-orang Ban-hoa wan akan melangsungkan suatu serangan secara besar-besaran terhadap kita"
"Kita berhasil menyelamatkan Tiong It ki, aku percaya dalam kebun raya Ban hoa wan ini masih ada orang yang mengawasi kita, dan akupun percaya mereka telah mengetahui semua kejadiaa ini dengan sejelas-jelasnya, tapi heran kenapa mereka harus menunggu sampai magrib baru mulai melancarkan serangannya?"
"Konon mereka sedang menunggu kedatangan seseorang!" kata Cu Siau hong cepat.
"Siapa yang mereka tunggu?''
"Soal ini Siau hong kurang jelas ....."
Setelah berpaling dan memandang sekejap kearah Lik Hoo, katanya lebih lanjut:
"Nona, siapakah orang itu?"
"Mungkin dia adalah Keng-loji, cuma budak tak berani memastikan" sahut Lik Hoo.
Dengan menyebut dirinya sebagai budak, tampaknya dia telah memastikan tingkat kedudukan mereka.
'Hanya menunggu satu orang?" tanya Tan Tiang kim.
''Berita yang budak dengar memang demikian!.'
"Kalau cuma satu orang, sekalipun ilmu silatnya sangat lihay, belum tentu mampu menghadapi kami?"
"Apakah masih ada orang lain, budak tidak berani memastikan seratus persen.'
Tan Tiang kim segera termenung dan membungkam dalam seribu bahasa...
Dengan suara lirih Pek Bwe lantas berkata:
"Hei, pengemis tua, coba lihatlah sebenarnya apa yang telah terjadi. . . . ?"
"Waktu yang telah mereka tetapkan untuk menghadapi kita belum tiba, sekalipun kita berhasil menolong Tiong It ki, saat yang ditetapkan ternyata sama sekali tidak dilanggar, aaaai. . . ! Organisasi ini sungguh menakutkan sekali"
"Saudara Tan!" kembali Pek Bwe berbisik, "coba pikirkan, perlu tidak kita tinggal di sini sambil menunggu sampai mereka melancarkan serangannya."
"Aku si pengemis tuapun sedang kesulitan, kalau dilihat dari posisi yang terbentang didepan mata, jelas terlihat kalau serangan yang mereka persiapkan adalah suatu penyerangan yang luar biasa sekali, bila kita tetap tinggal disini, besar kemung-kinan kalau kita bakal rugi, tapi kalau te-tap tidak berdiam disini, kuatirnya kesem-patan baik ini kita lewatkan dengan begitu saja"
"Tan cianpwe, boanpwe mempunyai suatu pendapat yang bodoh, entah bisa dipergunakan atau tidak?" timbrung Cu Siau hong.
"Baik, coba kau katakan!"
"Boanpwe rasa, belum tentu kita harus menuruti apa yang telah mereka rencanakan''
"Maksudmu?"
"Sekarang It-ki sute butuh beristirahat, sekalipun kita mempunyai rencana melangsungkan pertarungan adu kekuatan de-ngan mereka, toh belum tentu harus dilangsungkan dalam kebun raya Ban hoa wan ini'
"Benar! Mari kita berangkat"
Maka berangkatlah rombongan jago-jago lihay itu meninggalkan kebun raya Ban hoa wan.
Diluar dugaan, segala sesuatunya tetap tenang dan aman, tidak dijumpai sesuatu perubahan, juga tiada seorang manusiapun yang menegur kepergian mereka.
Pek Bwe segera berpaling dan memandang sekejap ke arah kebun raya Ban hoa wan yang berada dibelakangnya, lalu sambil tertawa getir katanya:
"Siapa yang akan menduga sampai kesana? Kebun raya yang demikian tersohornya ternyata adalah sebuah sarang penyamun, dibalik aneka bunga yang indah tersembunyi hawa pembunuhan yang mengerikan"
Tan Tiang-kim tertawa, katanya:
'Saudara Pek, aku si pengemis tua telah teringat akan sesuatu, entah bagaimana dengan pendapat dari saudara Pek?"
"Soal apa?"
"Mereka mempunyai seseorang yang diandalkan, tapi orang itu sudah pasti tidak berada dalam kebun raya Ban hoa wan"
"Saudara Tan, apakah kau ada niat untuk menghadang jalan pergi orang ini?"
"Betul, kita hadang kedatangnya diluar sana, dengap begitu kitapun bisa melihat manusia macam apakah sebenarnya orang itu"
"Cara ini memang bagus sekali, dalam pertikaian yang berlangsung selama ini, kita selalu berdiri pada posisi pihak yang diusik, sekarang kita musti membalikkan posisi tersebut, dari pihak yang diancam menjadi pihak yang mengancam"
"Betul! Aku si pengemis tua juga mempunyai rencana tersebut, cuma It ki petlu banyak beristirahat, aku lihat, lebih baik kalian lindungi dulu It ki sampai di rumah, sedang tempat ini serahkan saja kepada aku si pengemis tua dan pihak Pay kau yang menghadapinya"
"Apakah orang-orang dari perkumpulan Pay kau sudah berdatangan?" tanya Pek Hong.
"Yaa, sudah datang, cuma jumlahnya tidak terlampau banyak, semuanya hanya berjumlah empat orang, meski demikian, mereka justru merupakan jago-jago yang paling top di dalam perkumpulan Pay kau"
''Tan cianpwe pernah bertemu dengan mereka?''

"Mereka sudah melakukun hubungan kontak dengan perkumpulan kami, berhubung pihak kami sudah keburu membawa orang lebih dulu, agaknya mereka menjadi kurang leluasa untuk membawa orang yang lebih banyak, itulah sebabnya hanya empat orang huhoat saja yang di utus kemari, bila kita membu-tuhkan bantuannya, asal diberi khabar nis-caya mereka akan menyusul kemari'
'Gara-gara urusan kami, perkumpulan anda dan perkumpulan Pay kau harus ikut menjadi repot, kejadian ini sungguh membuat aku yang ditinggalkan merasa amat tidak tentram"
"Keponakan Hong jangan berkata demikian, kesemuanya ini adalah atas kerelaan dari perkumpulan kami serta perkumpulan Pay kau sendiri, aaai........! Terutama sekali dari pihak Pay kau sekalipun sudah berganti ketua dua kali namun mereka masih saja terinagat dengan hubungan lama, kejadian ini benar-benar diluar dugaan...."
Tiba-tiba Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap ke arah Lik Hoo, kemudian sapanya:
"Nona besar.!"
"Budak siap menanti perintah" buru-buru Lik Hoo memberi hormat.
"Apakah di dalam kebun raya Ban Hoa wan ini terdapat lorong rahasia bawah tanah lain yang berhubungan dengan tempat luar?"
"Agaknya tidak ada!"
Cu Siau hong segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Tang Cuan, kemudian katanya:
'Ciangbun suheng, siaute akan tetap tinggal disini, agar..."
"Akupun tetap tinggal disini", tukas Tang Cuan cepat.
Pek Bwe termenung dan berpikir sebentar, lalu katanya:
"Begini saja, Hong ji dengan membawa It ki pulang lebih dulu, lohu dan Seng Tiong gak juga akan tetap tinggal disini, urusan yang menyangkut Bu khek bun, tak bisa kita serahkan seluruhnya kepada pihak Kay--pang dan Pay kau"
Tang Cuan lantas berpaling dan memandang sekejap ke arah Pek Hong, setelah itu katanya:
"Bagaimana menurut pendapat sunio?"
"Aku juga harus tinggal disini ...." kata Pek Hong.
"lbu!" Tiong It ki menambahkan. "aku tidak terluka, seharusnya akupun turut tinggal disini"
"It ki, jangan keras kepala" kata Pek Bwe, walaupun Jit-suheng mu dapat membebaskan jalan darahmu, dan kau sama sekali ti-dak menderita luka, cuma badanmu terlalu lemah, oleh sebab itu kau harus baik-baik memelihara kesehatanmu"
"Tiong It-ki juga mengerti, sekalipun badannyn tidak terluka, tapi kondisi badan-nya sangat lemah, dia harus beristirahat cukup lama sebelum kekuatan badannya bisa pulih kembali seperti sedia kala dan bertarung melawan orang, itu berarti kehadirannya disana tak lebih hanya merepotkan orang lain saja..
Pek Bwe menghembuskan napas panjang, lalu berkata.
'Hong-ji, bawalah It ki dan pulanglah lebih dulu!"
Pek Hong tidak banyak berbicara lagi, dia mengangguk dan mengajak Tiong It ki berlalu dari situ dengan langkah cepat.
Menanti bayangan punggung dari kedua orang itu sudah lenyap dari pandangan mata, Cu Siau hong baru berbisik:
"Tan cianpwe, boanpwe akan melindungi dulu sunio sampai di tempat tujuan, sedang locianpwe juga harus mempersiapkan orang untuk menutup semua jalan di empat penjuru serta mengawasi setiap orang yang ber-lalu lalang di sekitar tempat ini"
"Sute, mari kita pergi bersama" bisik Tang Cuan.
Pek Bwe menghela napas panjang, bisiknya:
"Siau hong benar-benar teliti seka-lil"
"Saudara Pek!", kata Tan Tiang kim pula, "sepanjang jalan aku sudah mempersiapkan anak murid dari Kay pang, aku lihat tak perlu merepotkan diri Siau hong lagi"
"Sesungguhnya hal itu pun timbul atas perasaan mereka sendiri, biarkanlah mereka perlihatkan rasa baktinya."
Setelah mendongakkan kepala dan mem-perhatikan cuaca dia melanjutkan lebih jauh:
"Dan lagi, Sekarang waktu sudah tidak pagi, sekalipun harus menghantar mereka sampai ke kota Siang-yang kemudian balik lagi kemari juga masih sempat"
Tan Tiang kim tak menghalangi niat mereka lagi...
Cu Siau hong lantas berbisik:
"Tan locianpwe, ketiga orang nona ini benar-benar berniat untuk melepaskan diri dari lumpur kenistaan, entah bagaimana perbuatan mereka dimasa silam, yang pasti sekarang mereka berhati bersih bagaikan bulan purnama, bila locianpwe ingin menga-jukan pertanyaan-pertanyaan, silahkan tanyakan langsung kepada mereka"
"Tak usah banyak ribut lagi, cepat pergi dan cepat kembali, jangan sampai menelantarkan persoalan"
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap kearah Tang Cuan, kemudian beranjak dan lari ke depan, disusul Tang Cuan tepat dibelakang tubuhnya.
Kedua orang itu mempertahankan jarak sejauh sepuluh kaki dengan Pek Hong, menanti mereka sudah masuk ke dalam kota Siang yang dan menyaksikan Pek Hong dan putranya masuk ke dalam bangunan rumah yang didiami pangcu dari Kay pang, mereka baru membalikkan badan dan balik ke dalam kebun raya Ban Hoa wan.
Sementara itu sang surya sudah tenggelam di balik bukit, magrib pun menjelang tiba.
Pek Bwe mengerti, seandainya didalam kebun raya Ban hoa wan terdapat pendekar-pendekar pedang macan kumbang hitam, maka kepergian Cu Siau hong dan Tang Cuan benar-benar suatu tindakan yang keliru besar, terutama sekali Cu Siau hong, pemuda ini memiliki ilmu pedang serta ilmu silat yang tampaknya justru merupakan tandi-ngan dari pendekar-pendekar pedang macan kumbang hitam.
Tentu saja perkiraan semacam itu tak dapat dia utarakan, apa yang bisa dilakukan hanya merasa cemas dihati.
Untung saja Tang Cuan dan Cu Siau hong segera kembali lagi ke ke tempat itu.
Diam-diam Pek Bwe menghembuskan napas lega, ujarnya lirih:
"Mereka sudah sampai rumah?"
"Yaa! Boanpwe melihat subo dan sute sudah masuk ke dalam gedung, baru balik kembali ke sini' jawab Cu Siau hong.
'Bagus! Bagus!"
Tang Cuan segera menjura dan berkata pula:
"Tan cianpwe, apakah orang itu belum datang?" .

"Sampai sekarang belum ada kabar berita nya" sahut Tan Tiang kim.
'Siau hong, coba kau tanyakan kepada nona Lik Hno, apa gerangan yang telah terjadi"
Belum sempat Cu Siau hong menjawab, Lik Hoo sudah membungkukkan badannya memberi hormat seraya berkata.
"Budak menjawab pertanyaan dari ciangbunjin, budak hanya tahu mereka akan da-tang pada saat magrib, serta melancarkan serangan untuk membasmi kalian semua, sedang soal dengan cara apa mereka hendak bertindak, budak kurang begitu tahu''
"Manusia macam apakah yang sedang mereka tunggu? Tahukah kau?"
"Budak tidak tahu"
Tang Cuan segera menghembuskan napas panjang, katanya:
"Sekarang kita sudah meninggalkan kebun raya Ban hoa wan, mungkin saja mereka telah merubah pikiran. . ''
Belum selesai ucapan tersebut diucapkan, tiba-tiba terdengar suara sempritan bambu yang tajam dan tinggi, melengking berkumandang datang.
Tan Tang kim segera merasakan semangatnya berkobar kembali, serunya dengan cepat:
"Nah, mereka sudah dataug, tepat sekali penyesuaian waktu yang mereka rencanakan. . . hayo berangkat . . . kita sambut kedatangan mereka !"
Selesai berkata dia lantas melangkah maju lebih dulu ke depan.
Pek Bwe, Cu Siau hong, Tang Cuan, Seng Tiong-gak, Sin Jut, Kui Meh dan Lik Hoo bertiga segera mengikuti dibelakangnya.
Dibawah sinar matahari senja, tampak seorang kakek berjubah hitam, berjenggot pu-tih sepanjang dada, berdiri tegak ditengah jalan.
Empat orang murid Kay-pang dengan senjata terhunus sedang menghadang jalan pergi kakek berjubah hitam itu.
Tan Tiang kim agak tertegun, kemudian tegurnya:
'Hai, apa yang terjadi? Kenapa kalian menghunus senjata tajam?"
Buru-buru ke empat orang murid Kay-pang itu memberi hormat, jawabnya:
"Ilmu silat yang dimiliki lotiang ini li-hay sekali, dalam sekali penyerangan kami berempat sudah dipaksa mundur sejauh delapan langkah lebih, oleh sebab itu tecu sekalian menghunus senjata"
"Oooh, kiranya begitu"
Tiba-tiba terdengar kakek berjubah hitam itu menegur:
"Kalian adalah orang orang Kay-pang?"
"Pakaian yang kukenakan sudah jelas menunjukkan kalau aku ini pengemis, menga-pa kau banyak bicara lagi?"
"Lohu dengan perkumpulan anda tak pernah terlibat dalam hutang piutang, tiada dendam ataupun sakit hati, mengapa kalian menghalangi perjalananku?" seru kakek berjubah hitam itu dengan suara dingin.
"Aku si pengemis tua sudah setengah a-bad lamanya berkelana dalam dunia persilat-an, orang kenamaan dunia ini meski tak kukenal, paling tidak juga pernah kudengar, tapi kau. . .'
"Lohu bukan orang persliatan, lagi pula jarang sekali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan" tukas kakek itu cepat.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah Pek Bwe, kemudian ujarnya:
"Saudara Pek, matamu lebih awas . . . pengetahuanmu lebih luas daripada aku si- pengemis tua, kenalkah kau dengan saudara ini?"
'Tidak kenal!" jawab Pek Bwe sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau begitu, silahkan loheng menyebutkan sendiri siapa nama besarmu, dan apa pula julukannya."
Kakek berjubah hitam itu segera mendengus lalu tertawa dingin tiada hentinya.
"Sudah lama lohu mendengar nama besar Kay pang, lohupun mendengar kalau Kay pang adalah suatu perkumpulan besar, partai ternama yang mengutamakan keadilan serta kesetia kawanan, sungguh tak ku sangka partai besar yang didengung-dengungkan itu ternyata tak lebih adalah suatu organisasi dari kaum pencoleng yang tak mengerti aturan, Hmm.....! Dari pada melihat lebih baik mendengar, sungguh bikin hati .lohu merasa amat kecewa....'
Tan Tiang kim berpaling sekejap, kemudian katanya:
"Saudara Pek, saudara ini benar-benar pandai menyembunyikan indentitas sendiri, bila dalam hati kecilku tiada perhitungan, bisa jadi aku akan terkena gertak sambalnya itu."
Setelah berhenti sebentar, sambungnya:
"Hari sudah mendekati magrib, kebun raya sudah tutup pintu, ada urusan apa kau malam-malam datang kemari?"
"Hmmm! Sejak kapankah perkumpulan Kay pang sudah menjajah wilayah diseputar tempat ini?" jengek kakek berbaju hitam itu dingin.
Tan Tiang kim tertawa.
"Lo heng, apakah kau belum meminta ijin kepada pentolan wilayah tempat ini?"
Mendadak kakek berbaju hitam itu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . tampaknya partai kalian memang berniat untuk mencari kesulitanku"
-ooo0ooo-
BAGIAN 25
KEBUN RAYA BAN HOA WAN telah mempersiapkan suatu serangan besar-besaran terhadap kami' kata Tan Tiang kim, '"tapi oleh karena kedatanganmu terlambat satu langkah, membuat serangan yang sudah kalian susun dengan secermat-cermatnya ini akan mengalami kegagalan total, aku kuatir keterlambatan yang kau lakukan kali ini, mungkin akan memperoleh teguran, bahkan hukuman yang berat dari organisasimu ini"
Paras muka kakek berbaju bitam itu berubah hebat, dengan dingin ujarnya:
"Kau lagi mengaco belo apa?"
Tan Tiang kim tertawa, kembali ujarnya:
"Dalam sekali ayunan tangan kau berha-sil mengundurkan empat orang murid Kay-pang, tenaga dalam yang begini sempurna nya itu benar-benar mengejutkan hati orang, kalau toh merasa punya kepandaian, mengapa tidak berani mengakuinya?"
"Kau suruh lohu mengakui apa!" bentak kakek berbaju hitam itu dengan gusar.
"Mengakui asal usulmu yang sebenarnya'
"Biasanya penyakit itu keluar dari mulut, perbuatan orang-orang Kay pang benar-benar diluar dugaan lohu"

Cu Siau-hong tak kuasa menahan diri lagi, mendadak dia menimbrung dari samping:
"Lotiang tidak kenal dengan kami, entah apakah kau kenal dengan mereka bertiga?'
"Siapa yang kau maksud?"
"Lik Hoo Ui Bwee dan Ang Bo-tan?"
"Dia berada dimana?
Tapi begitu ucapan tersebut diutarakan dia segera tahu kalau sudah salah berbicara, sayang kesalahan tersebutt sudah tak dapat diperbaiki lagi.
Cu Siau-hong segera tersenyum, serunya dengan suara lantang:
"Kalau toh kalian sudah berniat untuk mengikuti diriku, cepat atau lambat toh pasti akan bertemu orang, kenapa masih takut dengan mereka? Hayo keluar!"
Ternyata Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan telah menyembunyikan diri dibelakang pohon, tapi setelah dibentak oleh Cu Siau hong, terpaksa ketiga orang itu munculkan diri.
Rupanya ketiga orang nona itu menyembunyikan diri dibelakang sebatang pohon yang sangat besar dan daun yang rimbun.
Pelan-pelan Lik Hoo munculkan dirinya, disusul Ui Bwe dan Ang Bo tan mengikuti dibelakangnya.
Dengan ketajaman mata bagaikan samba-ran kilat, orang berbaju hitam itu mengawasi sekejap wajah Lik Hoo sekalian bertiga kemudian katanya dengan sinis:
"Kau maksudkan ketiga orang budak ini? Darimaha lohu bisa kenal dengan mereka?"
''Lik Hoo!" Cu Siau hong segera berkata, orang lain tidak kenal dengan kalian, apakah kalian kenal dengan dirinya?"
"Hamba kenal dengannya, sekalipun tubuhnya sudah terbakar hangus menjadi serbuk abu pun kami tetap mengenalinya"
'Oooh, siapakah dia"
"Keng Ji kongcu!"
Cu Siau hong segera manggut-manggut.
"Ternyata dugaanku tidak salah", katanya, "kau memang benar-benar pentolan dari ke-bun raya Ban hoa wan ini"
"Hei, apalagi yang kau igaukan? Belum pernah lohu berjumpa dengan mereka."
"Ji kongcu", ujar Lik Hoo, "jangankan kau baru menyaru, sekalipun berubah menjadi seorang perempuan pun kami tetap menenali dirimu. . . ."
"Ji kongcu terlalu gegabah, mengapa kau lupa untuk menutupi tahi lalat kecil dijari tengah tangan kirimu, aku rasa di dunia ini tak akan terdapat manusia yang memiliki ciri khas seperti itu."
Pakaian yang dikenakan kakek berbaju hitam itu segera bergetar sendiri meski tidak terhembus angin, jelas hawa amarah yang berkobar didalam dadanya telah mencapai pada puncaknya.
Lik Hoo, Ui Bwe dan Ang Bo tan segera mundur dengan perasaan takut, ketiga orang ini sudah lama bergaul dengan Keng ji kongcu, mereka mengerti bahwa orang itu sudah mulai diliputi oleh kemarahan yang meluap.
Itu berarti jika dia sampai melancarkan serangan, maka serangan yang dilancarkan itu sudah pasti merupakan suatu serangan dahsyat yang mematikan.
Cu Siau hong maju dua langkah kedepan dan menghadang didepan Lik Hoo sekalian sambil katanya:
"Ji kongcu akan meloloskan senjata tajam? Ataukah bertarung dengan tangan kosong belaka?"
Ternyata kakek berbaju hitam itu masih bisa menahan diri untuk tidak melibatkan dari dalam pertarungan itu, tiba-tiba katanya lagi:
"Kalian sudah salah melihat orang, aku bukan Keng-ji kongcu!"
"Kau bukan?"
"Keng ji kongcu masih mude, mana mungkin tampangnya macam lohu begini. . . ?" kata kakek berbaju hitam itu dengan suara dingin.
"Ilmu menyaru muka yang ada didalam dunia persilatan banyak yang sangat lihay, kalau Cuma ingin berganti rupa saja bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu sulit."
"Jadi kau menganggap luho adalah Keng ji kongcu?" seru kakek berbaju hitam itu lagi dengan dingin.
"Aku percaya mereka tiga bersaudara tak akan salah melihat"
'Keng Ji kongcu!" dengan suara lantang Lik Hoo segera berseru: "selama ini kau selalu berani berbuat berani menanggungnya, kenapa sekarang menjadi penakut macam cucu kura-kura? Masa kau tak berani mengakui dirimu sendiri?"
Mendadak kakek itu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak:
"Haaahh. . . haaahh. . . haaahh. . . tampaknya kalian bersikeras juga untuk berjumpa dengan Keng ji kongcu"
Mendadak dia mencabut kumis diatas wajahnya dan melepaskan selembar topeng kulit manusia, katanya lebih jauh.
"Benar, aku adalah Keng Ji-kongcu!"
Itulah selembar wajah yang sangat tampan dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, ditatapnya wajah Tan Tiang kim lekat-lekat, kemudian tegurnya:
"Kau bernama Tan Tiang kim bukan?"
"Betul ....!" jawab Tan Tiang kim. "Keng Ji kongcu sungguh tak kusangka aku si pengemis tua mempunyai nama yang begini besarnya!''
'Tan Tiang kim, hal ini bukan dikarenakan namamu sangat besar, kau tak usah terlalu membanggakan diri sendiri, terus terang saja kalau cuma seorang tianglo dari Kay pang mah masih belum dianggap masalah oleh Keng ji kongcu"
"Keng Ji kongcu, betul-betul tekebur ucapanmu, cuma sudah setengah abad lamanya aku si pengemis tua berkelana didalam dunia persilatan, akupun belum pernah mendengar nama besarmu!"
"Jago lihay yang sesungguhnya tidak a-kan mencari nama didalam dunia persilatan, jago lihay yang sesungguhnya juga tak akan terlalu menonjolkan diri didepan orang lain, tapi yang mereka kerjakan selalu adalah pekerjaan besar yang tidak meninggalkan jejak"
"Aku masih kurang mengerti, pekerjaan besar apakah yang telah kau lakukan?" tanya Tan Tiang kim sambil ,tertawa.
Kembali Keng Ji kongcu tertawa.
"Tan Tiang kim, aku tak ingin terlalu banyak memberitahukan urusan ini kepadamu, ambil contoh saja dirimu, aku rasa kau merupakan suatu bukti yang teramat jelas"
"Coba katakanlah!'
''Misalnya saja, nama besarmu didalam dunia persilatan amat termashur, tapi dalam kenyataannya belum tentu kau memiliki kemampuan yang melebihi namamu"

Soal ini harus dicoba lebih dulu baru bisa dimengerti.
Orang yang benar-benar mengerti ilmu, dia tak akan terlalu mempersoalkan nama yang kosong.
"O, ya ?"
"Aku percaya yang kau unggulkan selama ini bukan kepandaian sastramu yang indah, juga bukan jiwa besarmu yang terpuji, melainkan tak lebih karena mengira dirimu memiliki serangkaian ilmu silat yam hebat dan top"
"Aku si pengemis tua tak berani mengatakan kalau aku adalah seorang jago lihay, tapi tiada nama yang diperoleh secara untung-untungan, aku yakin jurus-jurus silat kampungan yang kumiliki masih cukup untuk menjaga diri"
"Andaikata aku sanggup merobohkan kau dalam sepuluh gebrakan saja, apalagi yang bisa kau gunakan untuk membanggakan diri?"
"Maksudmu dalam sepuluh gebrakan saja kau sudah mampu untuk merenggut selembar jiwaku?".
"Dapatkah aku merenggut nyawamu, hal ini tergantung pula seberapa banyak yang bisa kau lakukan untuk menghadapinya"
"Aku si pengemis tua tidak begitu paham"
Keng Ji kongcu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhhh. . . aku jarang sekali turun tangan, tapi sekali turun tangan tak pernah ada yang kubiarkan tetap hidup, cuma aku tak ingin ada begitu banyak orang yang menyaksikan diriku membunuh orang, maka asal kau Tan Tiang kim bersedia mengangkat sumpah, jika dalam sepuluh gebrakan nanti menderita kalah maka kau bersedia bunuh diri, kemungkinan besar aku tak akan mencabut nyawa mu......"
"Soal menang atau kalah sudah lumrah dalam suatu pertarungan, aku rasa tak perlu diembel-embeli dengan segala sumpah janji atau pertaruhan ....." tukas Cu Siau--hong.
Keng Ji kongcu segera mendengus dingin.
"Hmm! Tiga kuntum bunga dari dunia persilatan selalu cabul dan jalang, mungkin lantaran kau berparas bagus, maka mereka baru bersedia menghianati diriku ...."
"Setiap orang tentu mempunyai sifat yang baik" tukas Cu Siau hong lebih lanjut, "mereka sadar dari kesalahannya karena kau tak pernah menganggap mereka sebagai manusia, oleh sebab itu sudah sedari dulu mereka berminat untuk menghianatimu, hanya selama ini menunggu saja datangnya kesempatan baik dan sekarang kesempatan yang mereka tunggu-tunggu itu telah datang'
Keng Ji-kongcu segera mengalihkan sinar matanya ke wajah Lik Hoo, lalu tanyanya.
"Begitukah keadaan yang sebenarnya?"
"Benar, kami tiga bersaudara sudah ba-nyak tahun mengikuti dirimu tapi kau belum pernah menganggap kami sebagai manusia."
Keng Ji-kongcu tertawa.
"Persoalannya terletak pada diri kalian sendiri" katanya, "bayangkan saja apa yang kalian lakukan selama ini apakah mirip dengan peraturan manusia? Jangan salahkan kalau akupun tak pernah menganggap kalian sebagai manusia......."
Sesudah tertawa terbahak-bahak dia melanjutkan.
"Setiap benda setelah membusuk baru keluar ulatnya, kalian tiga bersaudara sudah memperkosa seluruh dunia persilatan, entah berapa banyak orang yang telah dicelakainya, Ji kongcu tidak membunuh kalian, hal ini boleh dibilang sudah merupa-kan sesuatu yang sangat baik dan bijaksa-na untuk kalian"
"Paras muka Lik Hoo segera berubah menjadi hijau membesi, katanya dengan suara dingin:
"Kami tiga bersaudara bukan orang baik dan kamipun mengerti, bahwa kami ini ko-tor tapi ucapan semacam itu tidak berhak muncul dari mulutmu, kami mau hina mau cabul, mau jalang, apa urusannya dengan kau Keng Ji kongcu? Lagi pula kau sendiri juga tak akan lebih hebat dari kami, bera-pa banyak perempuan yang sudah rusak di -tanganmu? Bisakah kau menghitungnya? Kau bukan cuma telah membohongi badan kami, bahkan menipu pula perasaan kami."
Keng Ji kongcu kembali tertawa:
"Apa yang dilakukan oleh aku selamanya ibarat Ciang Tay kong meman-cing ikan, yang mau biarlah terkena pan-cingan, kalian tiga bersaudara adalah ikan-ikan yang rela membiarkan dirinya terpan-cing, aku rasa kalian juga tahu bahwa aku tak pernah membujuk rayu dengan kata-kata yang manis, akupun tak pernah menjanjikan apa-apa kepada kalian, jika kalian rela kenapa tidak kuterima?"
Lik Hoo menghela napas panjang.
"Aai ..... dalam kenyataan kau memang berbuat demikian, kau memang tak pernah menjanjikan apa-apa kepada kami, tapi si-kap maupun tindak tandukmu telah memperlihatkan kesemuanya itu"
"Keng Ji kongcu segera tertawa..
"Penjelasan semacam ini mungkin hanya kalian tiga bersaudara yang mau percaya, aku percaya orang lain tak akan mempercayainya dan tak akan mendengarnya, tapi sekarang kalian telah menghianati diriku, itu berarti kalian harus dijatuhi hukuman mati."
"Seandainya kami tidak terlalu menguatirkan soal mati hidup, sedari dulu dulu kami sudah meninggalkan kebun raya Ban-hoa wan ini"
'Bagus sekali, kalau begitu kalian berti-ga cepatlah mampus bersama, bila harus menunggu sampai aku yang turun tangan, akan kusuruh kalian mati tak bisa, hidup pun tak dapat.''
Rasa takut dan ngeri dengan cepat menyelimuti seluruh wajah Lik Hoo, Ui-Bwe dan Ang Bo tan, jelas merasa ketakutan setengah mati oleh ancaman dari Keng Ji kongcu tersebut.
Cu Siau hong tertawa.
"Sobat!" tukasnya, "kalau hanya mempermainkan dan menakut-nakuti beberapa orang bocah perempuan mah bukan perbua-tan dari seorang enghiong yang perkasa .....'"
"Kalau didengar dari perkataanmu, tampaknya kau ingin menanggung semua persoalan ini?" sambung Keng Ji kongcu.
''Aku yang tak becus, memang bermaksud demikian"
"Bagus sekali, bagaimana kalau kau sambut dulu tiga jurus serangan dari Ji-kongcu?"
Cu Siau hong segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Tan Tiang kim lalu katanya:
"Locianpwe, bagai mana kalau pertarung-an babak pertama ini diberikan dulu kepada boanpwe?"
"Baiklah!' jawab Tan Tiang kim sambil tertawa.
"Tenaga dalam boanpwe sangat cetek, seandainya sampai kalah ditangan Keng Ji kongcu nanti, belum terlambat rasanva bila cianpwe menggantikan diriku"
Tan Tiang kim manggut-manggut.
Sepasang mata Keng Ji kongcu yang tajam bagaikan sembilu itu segera dialihkan ke a-tas wajah Cu Siau hong, kemudian dengan wajah serius katanya:
Kalau didengar dari ucapanmu itu, tampaknya kau merasa yakin sekali untuk dapat menyambut ketiga buah jurus seranganku?"
"Coba saja nanti, mungkin bahwa satu jurus saja tak mampu kuterima ?"
"Kau adalah anggota Kay pang?"
"Bukan, aku adalah anak murid Bu khek-bun." setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
MASIH ada satu hal, ingin kukatakan pada kepada ji kongcu."
"Baik, silahkan kau ucapkan"
"Seorang siau sute ku yang terjebak di dalam lorong bawah tanah kebun raya ini te-lah berhasil kami selamatkan"
Keng Ji kongcu manggut-manggut.
"Soal ini aku sudah tahu"
Sinar matanya lantas dialihkan ke wajah Lik Hoo, kemudian melanjutkan:
"Aku rasa, sudah pasti hal ini merupakan hasil karya dari kalian tiga bersaudara bukan?"
"Benar, kami telah menggabungkan diri dengan Cu kongcu, padahal belum pernah berjasa apa-apa, maka kamipun menyelamat-kan Tiong kongcu sebagai pernyataan ketulusan hati kami"
"Bagus, kalian memang telah membuat pahala, tapi pahala tersebut harus kalian buat dengan pengorbanan jiwa kamu bertiga.
"Saudara Keng, tampaknya kecuali meng-gertak dan mengancam keselamatan jiwa o-rang, kau sudah tidak memiliki cara lain yang lebih balk lagi, ehmm... hanya soal ancaman jiwa saja, aku sudah mendengarnya sampai beberapa kali"
"Kalau begitu, sekarang kita buktikan dengan suatu gerakan nyata saja ...."
Pelan pelan dia mengangkat tangan kanannya ke tengah udara, kemudian katanya lebih lanjut:
"Sudah kukatakan tadi, bila kau sanggup untuk menerima tiga jurus seranganku, silahkan kau meninggalkan tempat ini dengan selamat"
Ucapan orang ini terlalu besar lagaknya, seakan-akan Cu Siau hong pun sampai turut kena digertak olehnya. .
Dengan suara dalam Pek Bwe lantas berkata.
"Saudara Tan, nada ucapan orang-orang ini betul-betul sangat terkebur, tampaknya apa yang dia ucapkan bukan omong kosong belaka"
Dalam pada itu Keng Ji-kongcu sudah menggerakkan tangan kanannya dan menekan ke dada Cu Siau hong dengan suatu gerakan yang sangat enteng sekali.
Walaupun pukulan itu sangat enteng dan lembut, tapi cepatnya bukan kepalang.
Tampak tangannya yang baru diayunkan itu tahu-tahu sudah mengancam dada.
Betul-betul sebuah pukulan yang cepat sekali.
Kendatipun sejak tadi Cu Siau hong sudah melakukan persiapan, toh dia dibikin terperanjat juga oleh kejadian itu.
Serangan yang dilancarkan olehnya itu betul-betul terlampau cepat.
Sekalipun Cu Siau hong sudah menarik napas sambil mundur, tak urung ujung jari tangan lawan sempat menyambar pula diatas pakaian bagian dadanya.
Ujung jari yang tajam serta membawa te-naga serangan dahsyat itu ibaratnya sebilah pisau yang tajam, dengan cepatnya merobek pakaian yang dikenakan Cu Siau hong.
Menyaksikan kejadian itu, Cu Siau hong menjadi tertegun, serunya tertahan.
"Betul-betul suatu ilmu pukulan yang a-mat cepat!"
Agaknya Keng Ji kongcu juga merasa agak diluar dugaan dengan peristiwa itu, sambil menghembuskan napas panjang katanya ..
"Ternyata kau berhasil juga menghindar-kan diri dari seranganku itu!"
"Kau anggap dengan seranganmu itu kau dapat melukaiku?"
"Semestinya seranganku ini dapat melukai-mu, tapi tak kusangka kau mampu meng-hindarkan diri dari ancamanku ini"
Siau hong segera tertawa hambar.
"Masih ada dua jurus" katanya, "itu berarti kau masih mempunyai kesempatan un-tuk melawanku"
Diam-diam Keng Ji kongcu merasa terkejut sekali setelah menyaksikan sikap tenang dari lawannya, diam-diam dia berpikir.
"Bocah keparat ini sangat pandai menahan diri, ternyata pukulan kilat yang kulancarkan tadi tidak berhasil melukainya"
Sedang Cu Siau hong juga sedang berpikir:
"Sungguh cepat pukulan yang dilancarkan orang ini, sedemikian cepatnya sampai selama hidup belum pernah kujumrai sebelumnya, heran kenapa ia bisa memiliki pukulan yang sedemikian cepatnya?.
Dengan berpikir demikian, kedua pihak pun sama-sama melakukan persiapan yang lebih seksama, otomatis kewaspadaan pun semakin ditingkatkan.
Tiba-tiba Keng Ji Kongcu tertawa dingin, lalu berseru:
"Berhati-hatilah, sambut seranganku yang kedua inil'
Tangan kanannya diayunkan ke udara, kemudian pelan=pelan didorong ke depan.......
Kalau serangan yang pertama tadi dilakukan dengan kecepatan luas biasa, maka di-dalan serangannya yang kedua ini, dia melakukan serangan dengan-gerakan yang sangat lamban.
Namun didalam perasaan Cu Siau hong, keadaan itu sama sekali berbeda, ia merasa serangan yang dilancarkan tersebut telah menyelimuti seluruh tubuhnya, tujuh buah jalan darah pentingnya hampir semua berada ditengah kepungannya.
Untuk sesaat dia menjadi sulit untuk menduga, kearah manakah sebenarnya serangan itu dilancarkan.
Sementara dia masih tertegun, serangan yang semula sangat lamban itu mendadak berubah menjadi cepat bagaikan sambaran kilat dan langsung menyerang depan dada Cu Siau hong.
Buru-buru si anak muda itu melayang mundur sejauh lima jengkal lebih dari tempat semula.
Sekalipun serangan tersebut tidak sampai mengenai tubuh Cu Siau hong, akan tetapi anak muda itu merasakan dadanya lamat-lamat menjadi sakit sekali ......
Ternyata serangan yang dilancarkan dari lamban menjadi cepat itu hampir saja membuat Cu Siau hong terluka diujung telapak tangannya.
Sekalipun nyaris terkena serangan dan terluka, namun hakekatnya dia tetap berada dalam keadaan segar bugar.
Paras muka Keng Ji kongcu berubah sangat hebat, ditatapnya wajah Cu Siau hong lekat-lekat, sampai lama kemudian dia baru berkata:

"Lagi-lagi kau berhasil menghindarkan diri dari seranganku!"
"Beruntung aku tidak sampai terluka!'
"Aneh sekali, mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan?"
"Setelah mendengar nada perkataan Keng Ji kongcu tadi, timbul perasaan ingin tahu didalam hatiku"
"Masih ada satu jurus lagi, kau harus bersikap lebih berhati-hati lagi ....."
Cu Siau hong tertawa.
"Keng Ji kongcu" jawabnya, "aku sudah bertekad untuk menjajal tiga jurus seranganmu, cuma setiap saat kemungkinan besar aku akan melancarkan serangan balasan, sebab kaupun harus bersikap lebih berhati-hati"
"Seorang murid Bu khek bun ternyata sanggup menerima dua jurus seranganku, terus terang saja, aku orang she Keng merasa sangat tidak percaya ."
Cu siau hong kembali tertawa.
'Hal itu dikarenakan pengetahuanmu terlampau cetek, ilmu pedang Cing peng kiam hoat luas tiada taranya, tak nanti orang lain bisa memahaminya"
'Haaahhh . . . haaahhh. . . haaahhh. . . cing peng kiam hoat dari Bu khek bun terdiri dari seratus delapan jurus, peruba-han yang paling rumitpun cuma satu jurus berubah menjadi lima gerakan hingga total jendral jumlahnya menjadi tiga ratus delapan belas gerakan, dalam partai pedang didunia persilatan, ilmu semacam itu mah masih belum terhitung suatu kepandaian yang luar biasa"
Cu Siau hong mendengus, diam-diam pikirnya:
"Heran, mengapa dia bisa mengetahui dengan begitu jelas akan ilmu pedang Cing -peng kiam hoat dari Bu khek bun?"
Bagaimanapun terperanjatnya dia, namun paras mukanya masih tetap setenang sedia kala, sambil tertawa katanya kemudian:
"Apa yang kau katakan itu tidak lebih hanya suatu penilaian pada kulit luarnya saja memangnya suatu rahasia dari suatu perguruan serta suatu jurus mematikan dari suatu ilmu pedang akan diberitahukan kepada orang luar?"
Kedua orang ini sama-sama tidak turun tangan, tapi tanya jawab yang sedang ber-langsung waktu itu justru lebih tegang daripada suatu pertarungan, yang lebih penting lagi adalah dibalik tanya jawab itu, selain kedua belah pihak harus mempunyai kepandaian berbicara yang hebat, juga ha-rus memiliki kecerdasan otak yang luar bi-asa.
Demikianlah, terdengar Keng Ji kongcu kembali berkata:
"Memangnya didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat masih terdapat perubahan istimewa lainnya?'
Keng Ji kongcu, aku percaya kebun raya Ban hoa wan yang kau pimpin ini pasti ada sangkut pautnya dengan para pendekar pedang macan kumbang hitam bukan?"
"Kau menyuruh aku mengakui?"
"Kau boleh saja tak usah mengaku, cuma kenyataan telah terlihat dengan jelas, bila kau merasa keberatan untuk mengaku, kitapun tak usah membicarakannya lebih lanjut"
Kalau dilanjutkan pembicaraannya, apa pula yang bisa kita perbincangkan lagi?"
"Akan kuberitahukan kepadamu dimana letak inti sari dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang sesungguhnya, padahal memberitahukan kepadamu juga tak menjadi soal, diantara sekian banyak pendekar-pendekar pedang macam kumbang hitam yang tersebar dalam kota Siang-yang, memang ada sebagian yang berada dibawah pimpinanku ......."
`Kepandaian yang mereka miliki sangat lihay, setiap jurus serangan yang dilancar-ken memang merupakan jurus-jurus pembunuh yang membetot sukma, tapi ada beberapa orang diantaranya yang tewas diujung pedang Cing peng kiam hoat dari partai Bu khek bun kami"
Keng Ji kongcu kembali tertawa.
"Aku tak bisa menemukan jurus pedang manakah dari ilmu pedang Cing peng kiam -hoat yang sanggup membinasakan para pendekar pedang macam kumbang hitam"
"Aku kan sudah bilang, kau tak akan memahami inti sari dari ilmu pedang Cing- peng kiam hoat, rahasia inipun bukan diketahui oleh setiap orang yang berada diluar Bu khek bun"
Paras muka Keng Ji kongcu berubah hebat, katanya dengan dingin:
"Jadi mereka benar-benar sudah tewas oleh ilmu pedang Cing peng kiam hoat?'
'Apakah kau belum percaya?"
Keng Ji kongcu berpaling dan meman-dang sekejap ke arah Tan Tiang kim, kemu-dian ujarnya.
"Aku masih mengira mereka tewas oleh kerubutan orang-orang Kay pang, tapi jika pihak Kay pang ingin membunuh para pen-dekar pedang macan kumbang hitam, paling tidak kalian harus membayar korban yang sepuluh kali lipat lebih besar"
'Kay pang tak berani menerima pujian ini" kata Tan Tiang kim, "sebab dalam kenyataannya mereka memang tewas oleh ujung pedang orang-orang Bu khek bun"
Paras muka Keng Ji kongcu segera beru-bah menjadi amat serius, pelan-pelan ujarnya:
"Kalau begitu, aku telah memandang rendah orang-orang perguruan Bu khek bun?"
"Sekarang, kau sedang berhadapan deng-an anak murid Bu khek bun, lagi pula kau sudah melancarkan dua buah serangan, seberapa besarkah kemampuan Bu khek bun yang sesungguhnya, aku rasa kau tentunya sudah mengerti bukan"
Pertarungan ini benar-benar merupakan pertarungan batin yang sangat hebat, kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk me-nekan lawannya dan berusaha meraih kedu-dukan yang lebih menguntungkan.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, Keng Ji kongcu menatap wajah Cu Siau hong beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata:
"Sungguh tak kusangka didalam perguru-an Bu khek bun, masih terdapat rahasia semacam ini"
Mendadak dla melompat kedepan sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat .........
Serangan itu dilancarkan dengan kecepa-tan luar biasa dan keanehan yang diluar dugaan.
Cu Siau hong tidak bermaksud untuk menghindarkan diri lagi, dia segera melayang kedepan dan menyongsong datangnya ancaman tersebut.. .
Tubuh mereka berdua bagaikan kilatan cahaya tajam langsung bertubrukan ditengah angkasa.
"Blaaammm... !" sebuah bentrokan kekerasan menggelegar di tengah udara dan menimmbulkan suara yang memekikkan teli-nga.
Ketika mereka melayang kembali keatas tanah, ternyata posisinya telah saling bertukar tempat.
Sambil tertawa Cu Siau hong lantas berkata:
"Dalam ketiga jurus seranganmu barusan aku tidak berhasil menyaksikan sesuatu yang dibilang sangat mengerikan"

"Dalam perguruan Bu khek bun bisa terdapat seorang manusia berbakat macam kau sedang sebelumnya ternyata kami tak berhasil membinasakan dirimu lebih dahulu, kejadian ini benar-benar merupakan suatu kete-ledoran besar buat kami"
Cu Siau hong tertawa, katanya:
"Sekarang aku toh masih berada disini dan kaupun mempunyai kesempatan untuk membunuh diriku, buat apa musti disesali?''
"Aku masih belum percaya kalau dalam Bu khek bun terdapat seorang manusia semacam dirimu itu?"
"Apa maksud ucapan itu?"
Kecuali ilmu silat pihak Siau lim pay yang sukar dipahami karena luasnya kepandaian mereka, boleh dibilang aku mengetahui amat jelas sekali terhadap kepandaian silat dari aliran lainnya, kalau cuma ilmu silat dari perguruanmu itu mah masih belum bisa terhitung seberapa"
Ilmu silat kami tak berani dibandingkan dengant kepandaian silat dari kuil Siau lim si, cuma ilmu silat kami bila dipakai untuk menghadapi orang-orang seperti pendekar pedang macan kumbang hitam, maka kepandaian itu boleh dibilang tepat sekali"
"Aku tak bisa menemukan dalam jurus pedang Cing peng kiam hoat masih terdapat gerakan manakah yang bisa dipakai untuk menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam, kecuali kalau partai kalian benar-benar memiliki rahasia jurus yang tidak diwariskan kepada sembarangan orang.
"Mendiang suhu kami adalah seseorang yang berjiwa besar, beliau tak pernah merahasiakan sesuatu terhadap murid Bu khek bun, beliaupun tak pernah pilih kasih, separuh diantara Bu khek bun sanggup menggunakan ilmu pedang tersebut!"
"Bagus sekali! sebentar aku bisa mencarikan upaya untuk mengundang kehadiran beberapa orang pendekar pedang macan kumbang hitam untuk mencoba kepandaian kalian itu''
"Baik, undang mcreka datang kemari! Kau pun boleh menyaksikan dengan mata kepala sendiri"
Keng Ji kongcu tertawa, katanya kemudian:
"Kau telah manyambut tiga jurus seranganku, memandang diatas wajahmu, aku berse-dia melepaskan mereka pergi dari sini"
Cu Siau hong segara tertawa dingin.
"Heeehhh. .. heeehhh.... heeehhh ... kau melepaskan aku lebih dulu, ataukah kau ingin kabur?"
Sementara itu Seng Tiong gak maupun Tang Cuan telah maju ke depan dan menghadang jalan pergi Keng Ji kongcu.
Melihat itu, Keng Ji kongcu menegur sambil tertawa dingin:
"Hmm... bagaimana? Kalian bermaksud untuk menghalangi diriku? '
"Keng Ji kongcu, kau sudah mengucapkan kata-kata buas selama setengah harian, juga melancarkan tiga jurus serangan, tapi bukan saja tak bisa membuat kami takut, juga tak sampai mencelakai kami, sekarang hanya mengandalkan kata-kata sederhana itu saja hendak menyuruh kami. Hmm! Kau anggap urusan akan diselesaikan dengan sedemikian gampangnya?"
"Lantas maksudmu . . . ."
"Aku ingin sekali mencoba meminta beberapa jurus pelajaran ilmu pedangmu, apakah kongcu bersedia melayaninya?"
''Ilmu pedang?"
''Benar! Aku telah memperoleh pelajaran ilmu pukulan dari Ji kongcu, maka akupun berharap bisa menyaksikan kelihayan ilmu pedang kongcu"
''Aku jarang sekali mempergunakan senjata, bila kau bersikeras memaksaku untuk turun tangan, biarlah kugunakan tangan kosong saja untuk menyambut jurus itu'
''Baik! Manusia macam Keng Ji kongcu tampaknya memang sudah terbiasa sombong dan jumawa, akupun tak ingin banyak ber-bicara denganmu, asal kau sanggup menerima ilmu pedang Bu khek bun kami dengan tangan kosong silahkan saja untuk mencabut pedangmu bila kau merasa tidak kuat, tolong Ji kongcu mau memberi tanda, aku pasti akan memberi kesempatan padamu untuk melo-loskan senjata tajam'
"Cu Siau bong setelah pertemuan hari ini, aku dapat merasakan bahwa kau memang seorang manusia yang gagah perkasa."
"Mana, mana akupun telah merasakan kecerdasan Ji kongcu yang luar biasa itu" sambung Cu Siau hong sambil tertawa.
Ucapan itu mengandung arti yang sangat mendalam, tapi Keng Ji kongcu memang seorang yang teramat pintar, sehingga tak perlu dijelaskan pun dia sudah memahami maksudnya.
Keng Ji kongcu segera tertawa terbahak-bahak.
'Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . Cu Siau hong, kalahkan dulu aku Ji kongcu sebelum berbicara membual"
Cu Siau hong segera mempersiapkan serangannya dengan tangan kiri, kemudian serunya:
"Hati-hatilah kau ji kongcu!."
Mendadak sebuah tusukan dilancarkan.
Dengan cekatan Keng ji kongcu berkelit ke samping.
Secepat kilat Cu Siau hong mengembangkan permainan pedangnya, jurus-jurus serangan yang digunakan ternyata adalah jurus-jurus pedang dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat.
Agaknya Keng ji kongcu betul-betul sudah hapal sekali terhadap setiap perubahan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat tersebut, dengan sangat enteng dan leluasa sekali ia menghindarkan diri dari setiap serangan pedang Cu Siau hong.
Dalam waktu singkat, seratus delapan jurus ilmu pedang Cing peng kiam hoat sudah hampir digunakan habis.
Cu Siau hong segera menghentikan serangannya seraya berseru:
''Tampaknya kau benar-benar sangat menguasahi akan rahasia ilmu pedang Cing peng kiam hoat kami"
Keng Ji kongcu segera tertawa:
"Aaah, jurus pedang Cing peng kiam hoat paling-paling hanya begitu saja, tiada sesuatu yang baru atau aneh, cuma aku merasa rada keheranan?
"Apa yang kau herankan?'"
"Walaupun ilmu pedang Cing-peng kiam hoat terdiri dari seratus delapan jurus, na-mun perubahannya amat rumit tak terhitung jumlahnya paIing tidak jurus-jurus serangan tersebut bisa dirubah menjadi seratus jurus lagi, mengapa kau hanya mengembangkan ke seratus delapan jurus itu saja.....?''

''Apakah hanya jurus-jurus pedang Cing peng kiam hoat yang ini saja yang pernah kau jumpai selama ini?"
'Masa ilmu pedang Cing peng kiam hoat masih terdapat jurus-jurus serangan lain-nya lagi!" tukas Keng ji kongcu.
'Betul, masih ada jurus yang lebih ampuh lagi didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat, sebentar aku akan menyuruh kau menyaksikan kehebatan dari jurus serangan tersebut"
'Kalau begitu, diantara jurus-jurus serangan yang aneh lagi?" .
"Benar, masih ada tiga jurus simpanan, di dalam ketiga jurus serangan inilah mencakup segenap inti sari dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang sesungguh-nya.. .
"Apakah ketiga jurus serangan itu pula yang kalian pergunakan sewaktu menghadapi para pendekar pedang macan kumbang hitam tempo hari?"
'Benar, aku masih dapat memberitahukan pula kepadamu, inti sari ilmu pedang Cing -peng kiam hoat hanya terdiri dari tiga ju-rus, asal kau sanggup untuk menerima ke ti-ga jurus serangan tersebut, maka itu baru berarti kau telah menghadapi semua jurus serangan dari ilmu pedang Cing peng kiam- hoat yang sesungguhnya.''
Keng Ji kongcu kembali tertawa.
"Aku percaya jurus serangan itu sudah pasti adalah jurus-jurus serangan yang amat dahsyat, aku amat berharap bisa merasakan kelihayan tersebut "
"Baik! Apakah kau hendak meloloskan senjata tajammu?"
"Bila hanya terdiri dari tiga jurus saja, mungkin aku orang she Keng masih belum perlu untuk menggunakan senjata tajam''
"Kalau begitu, berhati-hatilah kau!"
'Silahkan turun tangan!''
Cu Siau hong segera menggetarkan pedangnya dan tiba-tiba memancarkan selapis cahaya pedang.
Walaupun Keng Ji kongcu telah memperhatikannya dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, namun dia tak berhasil melihat jelas arah serangan dari musuhnya itu, tanpa sadar dia melompat mundur sejauh lima depa dari belakang dengan perasaan terperanjat.
Sambil tertawa dingin Cu siau hong segera mengejek:
"Ji kongcu, dari ketiga jurus ilmu pedang Cing peng kiam hoat, sejuruspun belum sempat kulancarkan"
"Hmm, Jurus serangan yang kau pergunakan bukan jurus serangan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat''
"llmu pedang Cing peng kiam hoat bera-sal dari perguruan Bu khek bun, jika ilmu pedang Cing peng kiam hoat yang kupergunakan, lantas ilmu pedang apakah yang kupergunakan sekarang?"
'Soal itu sulit untuk dikatakan, mungkin saja kau memang bukan anggota perguruan Bu khek bun" .
"Di tempat ini toh bukan hanya aku seorang yang merupakan anggota perguruan Bu khek bun, kenapa Ji kongcu tidak memilih salah seorang anggota Bu khek bun yang lain untuk mencobanya?"
"Aku memang ada maksud untuk berbuat demikian"
"Ji kongcu kami dapat saja meluluskan keinginanmu itu, namun ada syaratnya"
"Apa syaratnya ?"
"Bila kau telah memilih orang lain, namun tetap kalah di ujung pedangnya, lantas bagaimana keputusannya?"
"Hal ini tak mungkin bisa terjadi!"
"Yang ditakutkan adalah seandainya, seandainya ji kongcu sampai kalah maka bagaimana keputusannya"
"Aku tidak percaya kalau didalam jurus-jurus ilmu pedang Cing peng kiam hoat masih etrdapat tiga jurus serangan ampuh, oleh sebab itu akupun percaya bahwa anak murid Bu khek bun tak akan bisa menangkan diriku. Tiong It ki pernah mengembangkan seluruh jurus serangan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat tersebut, lagipula aku memang sengaja memancing kemarahannya sehingga menyerang dengan sekuat tenaga, tapi di dalam kenyataannya aku hanya membutuhkan tiga gebrakan saja sudah berhasil merampas senjatanya itu, malah sekalian kutotok jalan darahnya sehingga dia roboh terkapar, cara tersebut kuulangi sampai beberapa kali, namun hasilnya tetap sama saja."
Cu Siau hong segera tertawa lebar sehabis mendengar perkataan itu, katanya kemudian:
"Ji kongcu mengapa kau tak berani untuk menjajalnya?"
Sementara Keng ji kongcu berkata demikian dibibirnya, sementara sepasang matanya mengawasi wajah Cu Siau hong tanpa berkedip, kalau dilihat dari sikapnya yang begitu enteng dan santai, cara berbicaranya yang bersungguh-sungguh, dengan cepat hatinya dibukin setengah percaya setengah tidak.
Setelah termenung sebentar, dia lantas berkata:
"Siapa saja yang merupakan anggota perguruan Bu khek bun harap tampil ke depan."
Tang Cuan dan Seng Tiong gak segera tampil kedepan sambil menyahut bersama.
"Kami adalah orang-orang Bu khek bun!" Memandang pedang Cing peng kiam yang berada ditangan Tang Cuan pelan-pecan Keng Ji kongcu berkata lagi:
"Kau pergunakan pedang Cing peng kiam milik Tiong Leng kang, aku rasa tentunya engkaulah yang telah mewariskan keduduk-annya dalam partai, bukan demikian?"
"Betul, Tang Cuan memperoleh kepercayaan dari suhu untuk melanjutkan jabatannya sebagai ciangbunjin perguruan Bu khek bun"
"Bagus sekali, bila didalam ilmu pedang Cing peng kiam benar-benar masih terdapat tiga jurus simpanan yang tidak diketahui orang, sudah pasti kesempurnaanmu didalam permainan jurus serangan tersebut paling hebat daripada yang lain"
''Aku segera dapat mambuktikan akan hal itu"
"Baik! Pilihanku terjatuh pada dirimu, nah, silahkan kau lancarkan seranganmu!'
"Ji kongcu, kau belum menyanggupi persyaratan yang kami ajukan" tiba tiba Cu Siau hong berseru.
Keng Ji kongcu segera tertawa dingin.
"Aku tidak akan meluluskan syarat ma-cam apapun yang kau ajukan kepadaku!
Paras muka Cu Siau hong segera berubah menjadi dingin membesi, katanya dengan cepat.
''Bila syaratnya belum dibicarakan secara baik-baik, itu berarti kau tidak berhak untuk mcmilih lawan tandinganmu dengan sesuka hatimu sendiri ......."
"Kalau didengar dari perkataanmu itu, tampaknya lagi-lagi kau akan turun tangan sen-diri?" sambung Keng Ji kongcu.

'Kita bisa saja bermain kerubut, lagipula tiada pengapunan diujung pedang kami nanti.
Agaknya Keng Ji kongcu benar-benar me-rasa ngeri sekali terhadap gerakan pedang yang telah diperlihatkan Cu Siau hong tadi.
Sesungguhnya dia memiliki pengetahuan maupun pengalaman yang luas sekali, pelbagai ilmu pedang dari sebagian aliran didunia ini hampir sebagian besar dikenali olehnya. namun belum pernah dia menjumpai jurus pedang semacam tadi itu.
Dengan cepat dia berpikir sebentar, kemudian katanya dengan suara dingin.
"Perguruan Bu khek bun juga terhitung suatu perguruan besar, bila kalian sampai bermain kerubut untuk menghadapi aku seorang, apakah tindakan tersebut tidak kuatir ditertawakan oleh segenap teman-teman dunia persilatan'
"Itu mah tergantung pada siapa yang sedang dihadapi. Untuk menghadapi seorang pembunuh keji yang tak kenal peri kemanusiaan sudah barang tentu kamipun tak perlu membicarakan soal peraturan dunia persilatan lagi .. . ..'
Setelah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Toa suheng, setelah pedang mestika keluar dari sarungnya maka tiada pengampunan yang bisa diberikan, mau bunuh dia atau melukai dia tak menjadi soal, lebih beruntung lagi bila kita dapat menyingkirkan dirinya dari muka bumi, selain dapat melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan juga bisa membalaskan dendam sakit hati guru kita"
Tang Cuan segera meloloskan pedangnya dan menyilangkan senjata tersebut didepan dadanya:
Tergerak hati Keng Ji kongcu setelah menyaksikan kejadian tersebut, tiba-tiba serunya:
"Tunggu sebentar!"
"Ji kongcu, silahkan kau loloskan senjata tajammu!" seru Tang Cuan dengan cepat.
Secara tiba-tiba aku menjadi tertarik sekali dengan perkataanmu, aku ingin tahu syarat apakah yang hendak kalian ajukan kepadaku!'.
''Syarat apakah itu? Tang Cuan sendiripun masih belum memahami seluruh maksud hati dan jalan pikiran dari Cu Siau hong.
Maka setelah mendehem pelan, ia berkata:
"Jit sute, beritahu kepadanya"
"Siaute turut perintah!" sahut Cu Siau hong sambil tersenyum.
Sinar matanya segera dialihkan ke atas wajah Keng ji kongcu, setelah itu sambungnya lebih jauh:
"Ji kongcu, syaratnya sederhana sekali, amdaikata ji kongcu sampai kalah di ujung pedangnya nanti, kami hanya berharap agar ji kongcu bersedia untuk menerangkan duduk persoalan yang sebenarnya."
"Duduk persoalan apa ?"
"Kenapa malam-malam kalian menyerang perguruan Bu khek bun dan siapa pula pemimpin kalian?"
Dengan cepat Keng Ji kongcu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya:
"Soal pertama aku bisa memberitahukan kepadamu, tapi soal yang kedua tak bisa ku beritahukan kepadamu"
"Kenapa?"
"Sebab aku sendiripun tidak tahu siapakah dalang dari semua peristiwa ini"
Omong kosong!" seru Tang Cuan dengan marah.
Tapi Cu Siau hong segera menghela napas panjang.
"Aaai. . . mungkin saja yang dikatakan itu benar, toa suheng kau boleh segera turun tangan!''
Mendadak Keng Ji kongcu menggerakkan tubuhnya dan secepat sambaran kilat menerjang ke samping Cu Siau hong.
Tang Cuan segera memutar pedangnya untuk menahan, akan tetapi ia tak berhasil menghalangi jalan perginya.
Benar-benar suatu gerakan tubuh yang cepat bagaikan sambaran kilat membuat Pek Bwe maupun Tan Tiang kitn menjadi terte-gun dibuatnya.
Kecepatan gerak Keng Ji kongcu sewaktu maju tadi mengerikan sekali, tapi sewaktu mundur, gerakannya jauh lebih cepat lagi, tampak bayangan manusia berkelebat lewat tahu-tahu dia sudah mundur kembali ke tempat semula, hanya saja pada diri Keng ji kongcu telah terdapat suatu perbedaan yang menyolok.
Pada bagian bahu kirinya tampak pakaian yang robek serta darah yang bercucuran dengan amat derasnya.
Sambil tertawa hambar Cu Siau hong berkata:
"Inilah salah satu jurus serangan dari il-mu pedang Cing peng kiam hoat, bagaima-nakah menurut pendapat ji kongcu?'
"Betul, memang suatu ilmu pedang yang luar biasa hebatnya!"
"Apakah Ji kongcu sudah percaya kalau jurus serangan tersebut merupakan salah sa-tu jurus serangan dari ilmu pedang Cing peng kiam hoat .?"
Keng Ji kongcu tetap kukuh dengan pendiriannya, dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
''Aku masih tetap tidak percaya kalau ju-rus serangan tersebut merupakan jurus sera-ngan dari ilmu pedang Cing peng kiam-hoat"
"Kalau memang begitu. mengapa kau tidak mencoba pada diriku?" tantang Tang Cuan.
Keng Ji kongcu segera tertawa, sahutnya:
"Tentu saja aku akan mencobanya, cuma kali ini, aku akan bertindak lebih berhati--hati lagi`
Akhirnya Keng Ji kongcu meloloskan juga senjata tajamnya.
Senjata yang dia pergunakan adalah sebilah pedang emas, sebilah pedang emas yang panjangnya hanya satu depa lima inci.
Senjata tersebut benar-benar aneh sekali bentuknya, selain bentuknya mirip dengan sebilah pedang, kedua belah sampingnya tidak kelihatan mata pedangnya, sehingga praktis yang tajam hanya ujung pedang belaka ........
Cu Siau hong berpaling dan memandang sekejap ke arah Lik Hoo sekalian, lalu bisiknya:
"Nona bertiga, apakah pedang emas itu yang biasanya dipergunakan oleh Keng Ji -kongcu?"
"Kami belum pernah menyaksikan ia pergunakan senjatanya, malah baru kali ini ka-mi saksikan dia meloloskan senjata tersebut"
''Oooh. . . .' Cu Siau hong lantas berpaling kearah Tang Cuan seraya berseru:
"Toa suheng, hati-hatilah sedikit, kuatirnya diujung pedang emas tersebut masih terdapat ke anehan lainnya"
"Benar!" Keng Ji kongcu segera membenarkan, ''diujung pedangku ini memang terdapat sedikit keanehan, kalian memang harus lebih berhati-hati sedikit, tentang keanehan apakah itu, maaf kalau aku tak dapat memberi tahukannya'

"Tak usah sungkan" kata Tang Cuam dingin, "diantara pedang emasmu itu mau ada keanehan atau tidak tak menjadi soal, silahkan saja kau pergunakan untuk menghadapi diriku"
Keng Ji kongcu segera mendengus, tangan kanannya diayunkan ke depan dan menciptakan selapis cahaya emas yang amat menyilaukan mata.
Dengan suatu gerakan cepat Tang Cuan melancarkan pula sebuah serangan kilat.
"Traaang. . . !" suatu bunyi benturan yang amat keras segera berkumandang memecahkan keheningan, menyusul kemudian tampak dua sosok bayangan manusia saling berpisah.
Gerak serangan yang dilakukan dua orang itu benar-benar cepatnya bukan kepalang, sedemikian cepatnya sampai tiada o-rang yang bisa melihat dengan cepat kejadian peratungan itu.
Mereka hanya bisa melihat hasil dari bentrokan tersebut.
Tang Cuan masih tetap utuh dan sehat, diatas tubuhnya tidak kedapatan luka apapun.
"Sebaliknya Keng Ji kongcu kembali mendapat luka dan luka itu masih tetap berada diatas bahu kirinya itu.
Orang lain mungkin tidak dapat melihat apa-apa, namun Cu Siau hong diam-diam merasa amat terkesiap, pikirnya:
"Pertahanan orang ini terhadap sekeliling tubuhnya benar-benar sangat kuat dan rapat, sedang bagian kirinya yang terdapat setitik kelemahan, pada hakekatnya seluruh badannya dapat dilindungi dan ditutup dengan sangat kuat ........
Sementara itu Keng Ji kongcu sedang memeriksa luka diatas lengan kirinya, kemudian mengangguk berulang kali, pujinya:
"Memang suatu ilmu pedang yang bagus sekali, suatu ilmu pedang yang begitu hebat dan belum pernah kujumpai selama hidupku."
''Kami hanya ingin membuktikan satu hal kepadamu yakni didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat masih terdapat jurus pedang lainnya yang lebih luas dan mendalam. Itulah sebabnya mengapa Bu -khek bun bisa menempatkan diri dalam kehidupan dunia persilatan" kata Tang Cuan.
Keng Ji kongcu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata:
"Mungkin kami benar-benar telah salah memperhitungkan kemampuan kalian semua."
'Bukan cuma salah perhitungan saja, bah-kan kesalahan tersebut terlampau besar" sambung Cu Siau hong.
"Ooooh !"
"Kalian bukan cuma salah menilai Bu khek bun saja, mungkin saja kalianpun telah salah menilai kemampuan dari perguruan lainnya, sebuah perguruan, asal mereka sudah bisa menancapkan kakinya dalam dunia persilatan, itu berarti mereka memiliki kemam-puan untuk melanjutkan hidupnya. mungkin saja mereka kurang besar, tapi syarat-syarat ,yang mereka miliki tak boleh dipandang remeh..
Keng Ji kongcu segera manggut-manggut.
"Terima kasih banyak atas petunjuk itu!"
Pelan-pelan Cu Siau hong maju dua langkah kedepan, setelah melewati Tang Cuan, ia berkata lebih jauh.
"Keng Ji kongcu kecuali ingin menunjukkan kemampuan dari ilmu pedang Cing peng kiam-hoat dari perguruan Bu khek bun, ingin pula membuktikan sesuatu yang lain''
"Ooooh!"
''Yaitu, kami mempunyai kemampuan untuk membinasakan dirimu!"
"Soal ini... "
"Aku tahu sampai sekarang kau masih belum terlalu percaya" tukas Cu Siau hong cepat, "karena dua serangan kami yang beruntun hanya mengakibatkan luka diatas lengan kirimu"
"Yang lebih penting lagi, luka tersebut tidak terlampau" parah sambung Keng Ji kongcu.
"Keng Ji kongcu" Cu Siau hong kembali berseru, "jangan lupa kalau didalam ilmu pedang Cing peng kiam hoat terdapat tiga jurus simpanan, sedangkan yang kau terima tadi hanya salah satu diantaranya dua macam serangan yang dilancarkan dengan jurus yang sama, ternyata mengakibatkan pula luka yang sama di atas lengan kirimu.
"Aku percaya setiap anggota Bu khek bun yang menyerang diriku dengan mempergunakan jurus tersebut maka dia tak akan mam-pu untuk melukai diriku lagi"
"Kehebatan Keng Ji kongcupun sangat mengagumkan hati kami, Cuma Ji kongcupun harus mengerti, dalam ilmu pedang Cing peng kiam- hoat, semuanya terdiri dari tiga jurus simpanan, apa yang telah kami perli-hatkan kepadamu tadi, tak lebih hanya sa-lah satu jurus diantaranya, bila Ji kongcu bersedia, bagaimana kalau kita bertaruh, sanggupkah kami gunakan dua jurus serangan yang terakhir itu untuk membinasakan dirimu.
"Membunuh diriku mah tak mungkin, tapi aku percaya masih sanggup untuk melukai diriku"
"Persoalannya sekarang adalah sehabis terluka, masih punyakah tenaga untuk melawan lagi, pada waktu itu, mungkin saja kami dapat merenggut nyawamu tanpa menggunakan jurus serangan yang ampuh lagi"
"Itu tergantung bagaimanakah luka yang kuderitanya, bila kalian hanya berhasil mengutungi sebuah lenganku atau memotong sebuah kakiku, aku percaya masih ada kemampuan untuk menarik kembali modalku"
''Oleh sebab itu kau ingin bertaruh?"
Keng Ji kongcu memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, mendadak ia menghela napas panjang.
"Keng Ji kongcu, apakah kau menyesal tidak membawa orang-orangmu?" tegur Cu Siau hong.
Keng Ji kcngcu segera tertawa getir.
''Hal ini benar-benar merupakan suatu pelajaran yang amat berharga bagiku!'
''Ji kongcu, aku rasa setiap perkataan yang seharusnya kukatakan, kini telah selesai kuucapkan semua"
'Aku mengerti!"
"Organisasi kalian didalam menghadapi yang lain tak pernah meninggalkan korbannya dalam keadaan hidup..."
Paras muka Keng Ji kongcu berubah hebat.
"Jadi kalian bersiap-siap.."..
'Bila Keng ji kongcu tidak percaya dengan aku orang she Cu, boleh kau minta jaminan dari ciangbun suheng kami"
Tang Cuan segera berkata.

''Bila sute kami telah berjanji akan melepaskan dirimu, maka perguruan Bu khek-bun jamin atas keselamatanmu untuk meninggalkan tempat ini..'
Keng Ji kongcu segera mengangguk.
"Cu Siau hong, katakanlah!` dia berkata kemudian.
"Jawablah tiga pertanyaan ku berikut ini, pertama apa nama organisasi kalian dan macam apakah organisasi tersebut? Apa tujuannya? Kedua siapakah pemimpinnya? Ketiga kenapa kalian menyerbu perguruan Bu khek bun. . . ?"
"Aku hanya dapat menjawab dua patah kata saja, kami meneyrang Bu khek bun pertama untuk mencoba kekuatanm kedua untuk menanamkan kewibawaan kami dalam dunia persilatan, sedang soal lain, maaf kalau tak bisa menjawab, nah kalian boleh turun tangan sekarang!"
"Baik!" kata Tang Cuan kemudian sambil mempersiapkan pedangnya, "kalian telah membasmi Bu khek bun kami sehinga darah bercucuran, maka sekarang aku akan membunuhmu untuk membalaskan dendam bagi mereka yang telah tiada.."
''Lebih baik kau gunakan saja ketiga jurus simpananmu itu'' sambung Keng ji kongcu dengan dingin. "kalau tidak, maka kau hanya mempunyai kesempatan uutuk mele-paskan sejurus serangan saja."
Tiba-tiba Cu Siau hong berbisik.
`Toa-suheng siaute mohon persetujuanmu untuk melepaskan dirinya masuk kedalam kebun"
Mendengar ucapan itu, Keng Ji kongcu menjadi tertegun, sedangkan Tang Cuanpun turut tertegun.
"Melepaskan dia? Kenapa?" serunya..
"Mohon kebesaran jiwa ciangbun suheng"
Tang Cuan termenung sejenak lamanya, kemudian dia lantas menyingkir kesamping, sambil katanya.
''Silahkan kau lewat!"
Dengan cepat Keng Ji kongcu menjura katanya:
"Cu Siau hong, selama bukit nan hijau, sampai jumpa lain waktu, budimu ini pasti akan kuingat terus.
Dengan cepat ia membalikkan badan dan masuk kedalam kebun raya Ban hoa wan.
Sepeninggal Keng Ji kongcu, Tang Cuan segera berkata:
''Siau hong kali ini aku benar-benar kau buat tidak habis mengerti, kita kan mempunyai kesempatan untuk menahannya disini, tapi mengapa kau lepaskan dirinya malah?'
Mendadak terdengar desingan angin tajam berkelebat lewat ditengah angkasa, kemudian tampaklah puluhan batang anak panah menyambar lewat dari atas kepalanya.
Panah-panah itu menyambar lewat hanya tiga depa saja diatas kepala beberapa orang itu, tapi semua orang dapat merasakan kalau panah panah tersebut memang sengaja dibidikkan lebih tinggi daripada tubuh mereka semua.
Cu Siau hong segara berkata:
"Inilah balas jasanya kepada kita, dalam kegelapan malam yang mencekam, kita se-mua telah berada dalam jarak bidikan panah-panah mereka, seandainya hujan pa-nah tersebut dilancarkan, maka akibatnya paling tidak ada beberapa orang diantara kita yang akan terluka"
"Tapi Jit sute, bagaimana dengan dendam kesumat sam sute sekalian yang telah tewas .'' sela Tang Cuan.
"Membunuh seorang Keng Ji kongcu pun belum terhitung sudah membalaskan dendam bagi mereka. apalagi kemungkinan sekali tindakan yang ceroboh itu akan menyebabkan terputusnya titik terang itu, Perguruan Bu khek bun tak lebih hanya panglima garis depan saja, padaha1 tujuan mereka bukan terbatas pada perguruan Bu khek bun belaka"
"Ucapan Siau hong memang benar" kata Tan Tiang Kim kemudian, "Sebelum keadaan menjadi jelas, membunuh seorang manusia macam Keng Ji kongcu sama sekali tak ada artinya, mungkin ketiga jurus simpanan dari Bu khek bun justru akan membantu kita untuk merebut waktu yang cukup banyak ...."
"Demi menjaga nama baiknya, aku percaya Keng Ji kongcu pasti akan berusaha un-tuk memutar balikkan keadaan"
'Siau hong apa yang harus kita lakukan sekarang?"
'Bila dapat mengadakan kontak dengan orang orang Pay kau, lebih baik kita bisa mundur bersama"
Sambil berjalan diam-diam dia berbisik dengan ilmu menyampaikan suara:
"Pihak lawan terlampau merahasiakan diri, kita pun harus mengorek akar-akar mereka secara diam-diam, lociaapwe, dalam persoalan ini kau harus membantu usaha kami, kita tekan mereka dan kalau bisa menaklukkannya, boanpwe akan berusaha untuk me-mutar otak dan mencari akal bagaimana cara untuk menghadapinya?''
"Menguasai bagaimana maksudmu?"
"Dewasa ini telah membuktikan kalau kebun raya Ban hoa wan merupakan suatu pusat berkumpulnya kawanan jago persilatan yang bermaksud menguasahi seluruh dunia, tapi tempat inipun tak lebih hanya sebuah kantor cabang mereka, bila ada kekuatan kay-pang dan Pay kau yang mau membatu maka dengan kekuatan kita yang teramat besar, bukan suatu pekerjaan yang terlalu sukar bila ingin menghancurkan kantor cabang ini, tapi bila kita sampai berbuat demikian, besar kemungkinan mereka akan menyembunyikan diri dan tak muncul-muncul sampai lama sekali"
"Siau hong, jadi maksudmu adalah meminta kepadaku untuk mencarikan akal guna mencegah Kay pang dan Pay kau turun tangan mengahadapi kebun raya Ban hoa wan?"
Cu Siau hong mangut-manggut, sambil membalikkan badannya mendekat, ia berbisik:
"Memang begitulah maksud boanpwe!"
"Baiklah, soal Kay pang gampang untuk diselesaikan, tapi apakah orang-orang Pay-kau bersedia mendengarkan perkataanku atau tidak, hal ini susah untuk dikatakan, aku si pengemis tuapun hanya bisa menjajal lebih dulu"
-ooo0ooo-
BAGIAN 26
LOCIANPWE pasti dapat melaksanakannya dengan baik, kata Cu Siau hong cepat.
"Yaa, aku si pengemis tua akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
Sementara itu Pek Bwe telah menghela napas panjang, katanya:
"Pengemis tua, tahun-tahun belakangan ini makin lama semakin tidak beres keada-annya, kalau dimasa lalu orang-orang jahat dari dunia persilatan paling tidak masih membicarakan soal peraturan golongan hitam, tapi sekarang mereka sama sekali telah berubah sifat, bagaikan ular beracun saja, mereka selalu menyembunyikan diri dibalik kegelapan sambil bersiap-siap untuk memagut orang setiap saat.

Tan Tiang kim tertawa getir, katanya:
'Aku si pengemis tuapun pernah berpikir sampai ke situ. Makin menyembunyikan diri agaknya mereka bersembunyi makin dalam dan rapat, tapi aku yakin mereka hanya berusaha untuk menghindari seseorang"
''Siapa?"
"Pena wasiat!"
'Benar! pena sakti ini selalu bijaksana dan tidak berat sebelah, selama inipun sudah banyak membongkar kemunafikan banyak orang, tapi yang mengherankan sekarang adalah kenapa masih ada orang yang berani bersembunyi-sembunyi sambil melakukan kejahatan?''
"Itulah yang dinamakan kebenaran meningkat sedepa, kejahatan meningkat setombak. Pena wasiat terlalu hebat dan mengerikan, oleh sebab itu kawanan manusia laknat tersebut mau tak mau harus berusaha untuk menghindarinya, secara diam-diam mereka membentuk suatu organisasi rahasia dan secara diam-diam pula melakukan pelbagai kejahatan. . . ."
"Siau hong, setelah kau menyinggung kembali persoalan ini, aku jadi teringat pula akan suatu persoalan' sela Pek Bwee.
"Persoalan apakah itu?"
"Mengapa mereka harus memilih perguruan Bu khek bun sebagai sasarannya yang pertama? Dibalik persoalan ini sudah pasti a-da alasan-alasan tertentu"
"Sekalipun Bu khek bun bukan termasuk suatu perguruan besar, namun kita makmur sekali" kata Tang Cuan, "berbicara terus terang andaikata kami diberi kesempatan selama sepuluh tahun lagi, bukan saja keber-hasilan Siau hong sute akan mencapai taraf yang tak terhingga, sekalipun aku orang she Tang dan It ki sute pun akan memperoleh juga keberhasilan yang memuaskan ......."
"Tapi aku rasa hal itu bukan merupakan alasannya yang terutama" kata Pek Bwe sambil menggelengkan kepalanya berulangkali.
Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Hei. . . pengemis tua, kau bilang siapa yang mereka takuti dan siapa pula yang mereka benci?"
"Pena Wasiat!"'
'Benar, orang yang mereka takuti dan mereka paling benci adalah pena wasiat, sebab itu orang pertama yang harus dibunuh pa-ling dulu adalah pena wasiat"
Tan Tiang kim menjadi tertegun.
'Apa? Kau bilang, antara Tiong Leng -kang dengan pena wasiat masih ada hubung-an!'' serunya.
"Aku hanya menaruh curiga, selamanya ini perbuatan Leng kang selalu ada keputusan yang tegas, terus terang saja apa yang telah dilakukannya selama ini, aku sendiripun jarang tahu, tapi aku masih teri-ngat tiga tahun berselang, dalam perkam-pungan Ing gwat san ceng pernah tersiar se buah berita'
"Locianpwe, apakah kau maksudkan ten-tang akan datangnya pena wasiat ke perkampungan Ing gwat san ceng?" sela Tang Cuan .
"Entah khabar itu dari mana datangnya, tapi semua orang mengatakan kalau pena wasiat akan mendatangi perkampungan Ing gwat san ceng"
"Apakah dia sudah kesana?"
'Masa kau tidak tahu?''
'Agaknya dia tidak datang"
'Siapa yang tahu dengan pasti? Selan-jutnya orang juga tak tahu apakah pena wa-siat telah berkunjung ke perkampungan Ing gwat san ceng atau tidak!''
"Aku rasa tidak" kata Tang Cuan. "sebab lambat laun kabar itu lenyap dengan sendirinya.."
Mendadak Cu Siau hong merasakan hati-nya bergetar keras, pikirnya:
' Aaah. . . . bukankah orang itu adalah si kusir kuda Lo Liok?"
"Pengemis tua, menurut pendapatmu, mungkinkah peristiwa tersebut ada sangkut pautnya dengan pena wasiat?' .
Tan Tiang kim termenung dan berpikir sejenak, kemudian balik bertanya:
"Sebetulnya yang dimaksudkan sebagai pena wasiat itu hanya satu orang, ataukah orang banyak?"
"Soal ini kau bertanya kepadaku, lantas aku harus bertanya kepada siapa? Dalam kolong langit orang hanya tahu soal pena wasiat, mungkin pena wasiat terdiri dari beberapa orang?"
'Kalau didengar dari pembicaraan loya cu, apakah kau maksudkan pena wasiat bukan hanya satu orang?" kata Cu Siau hong.
"Yaa, kalau hanya satu orang saja, dia tak akan memiliki kemampuan sedemikian besarnya, dengan sebatang pena, tak mung-kin ia dapat mencatat begitu banyak peris-tiwa?"
"Kalau begitu locianpwe maksudkan, de-ngan sebatang pena tak mungkin bisa men-catat pelbagai peristiwa yang terjadi dalam dunia persilatan dengan kemampuan seseorang tak mungkin bisa menyelidiki begitu banyak persoalan sampai tuntas"
Pek Bwe tertawa getir:
"Siau hong!" katanya, "Apa yang kukatakan tadi tak lebih hanya dugaanku saja, di dalam kenyataan siapa yang bisa menduga, apa dan siapakah pena wasiat tersebut?"
Cu Siau hong tertawa.
"Loya cu, kita toh cuma menduga saja, hanya menduga tak akan membedakan resi-ko apa-apa terhadap siapapun"
Soal ini akupun tahu, tapi mengambil kesimpulan tentang pena wasiat adalah suatu lelucon yang amat besar, selama banyak tahun, setiap umat persilatan tahu tentang pena wasiat, namun tak seorangpun yang memahami soal pena wasiat, lebih-lebih tak ada seorang manusiapun yang berani mengeritik soal pena wasiat.
Cu Siau hong lantas berpaling dan memandang sekejap ke arah Seng Tiong gak, lalu katanya:
"Susiok, pernahkan kau dengar cerita tentang pena wasiat tersebut....?"
Seng Tiong gak termenung sejenak, lalu sahutnya:
"Agaknya da kejadian semacam itu, selama beberapa hari lamanya aku lihat toa--suhengku pantang membersihkan badan dan tidak memakan barang-barang berjiwa, dia hanya memberitahukan kepadaku bahwa ada seorang tamu agung yang berkunjung kesana, tamu agungnya pun merupakan seorang to-koh sakti didalam dunia persilatan"
"Bagaimana selanjutnya?" timbrung Tang Cuan.

"Kemudian, suheng tak pernah menyinggung kembali persoalan itu, jadi apakah tamu agung itu telah berkunjung ke perkampungan Ing gwat san ceng atau tidak mungkin selain suheng pribadi, tiada orang lain yang akan mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya"
'Jadi kalau begitu pena wasiat memang pernah mempunyai niat untuk mengunjungi perguruan kalian?' tanya Tan Tiang kim.
Aaaai. . . ! Apa yang kuketahui pun hanya terbatas sampai disini saja....''
"Seandainya pena wasiat benar-benar pernah berkunjung ke perkampungan Ing gwat san ceng maka hal ini merupakan suatu masalah yang amat besar sekali, kata Tan Tiang kim lagi. .
"Itu berarti orang yang menyerang Ing gwat san ceng, sebetulnya bertujuan untuk mencari pena wasiat' sambung Pek Bwee.
"Tapi anehnya pena wasiat bisa berkenalan dengan Tiong Leng kang !" .
"Yaa, benar, selamanya pena wasiat tak pernah berhubungan dengan orang lain, ia bisa mengadakan kontak dengan pihak Bu khek bun ?"
"Tiba-tiba Cu Siau hong menghela napas panjang, selanya:
'Tan locianpwe, menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, sebenarnya pena wasiat itu adalah seorang manusia ma-cam apa?"
''Soal ini....apakah kau maksudkan latar belakangnya?"
"Maksudku, aku ingin tahu yang dinama-kan pena wasiat itu sesungguhnya seorang kakek atau seorang pemuda? '
''Untuk membedakan dia itu terdiri dari seorang atau beberapa orang saja kami tak bisa, mana mungkin bisa tahu kalau dia itu seorang pemuda atau seorang tua?"
"Loya cu, besar kemungkinan kalau pena wasiat memang benar-benar pernah berkunjung keperkampungan Ing gwat san ceng"
"Aaai... akupun berpendapat demikian" kata Pek Bwe sambil menghela napas pan-jang, ''cuma gerak geriknya terlampau rahasia kecuali Leng kang, orang lain tak mungkin akan tahu"
"Apakah subo juga tidak tahu?" tanya Tang Cuan.
"Kemungkinan besar memang begitu, suhu mu adalah seorang kuncu sejati, apa yang telah diucapkan tak pernah diingkari, aku percaya semua persoalan yang telah dilulus-kan olehnya pasti akan dipegang teguh."
"Maksud locianpwe, walaupun pena wa-siat telah sampai didalam perkampungan Ing gwat san ceng, namun kecuali suhu seorang, tiada orang kedua yang mengetahuinya"
Soal ini lohupun hanya menduga-duga saja."
Cu Siau hong segera menghembuskan na-pas panjang, gumamnya:
"Tampaknya memang tak bakal salah lagi"
Mendadak Pek Bwe menghentikan langkahnya dan memperhatikan wajah Cu Siau -hong dengan sinar mata tajam, setelah mem-perhatikan sekian lama dia berseru:
"Nak. . . kau..."
Dengan cepat Cu Siau hong menukas.
"Locianpwe, jangan mencurigai apa-apa, maksud boanpwe hanya lah..."
Lama ia menjadi tertegun dan tak mampu melanjutkan kembali kata-katanya.
Pek Bwe segera menyambung:
"Hanya merasa heran, kenapa pena wasiat mau bertemu dengan suhumu?"
''Benar, boanpwe memang bermaksud demikian"
Dengan matinya Leng kang maka persoalan inipun menjadi tiada buktinya lagi, aku rasa tak perlu dibicarakan lebih jauh"
'Soal ini ........"
'Pengemis tua" tukas Pek Bwee. "kau tak usah menaruh curiga lagi, pena wasiat adalah seorang manusia yang amat misterius, dia i-ngin berjumpa dengan Leng kang, mungkin hanya ingin membuktikan satu persoalan saja.
"Kalau menurut keadaan yang sebenarnya Tiong buncu paling tidak pasti akan menga-jak Pek heng untuk merundingkan persoalan itu" kata Tan Tiang kim. .
"Aaai.. pengemis tua, biar lohu terima dalam hati saja, separuh hidupku aku hidup menggantungkan menantu, apalagi belaka-ngan ini umurku sudah makin menanjak dan tak mau berkeliaran dalam dunia persilatan lagi, itulah sebabnya aku bertekad untuk mengundurkan diri dan pindah dari perkampu-ngan Ing gwat san ceng"
Tan Tiang kim hanya termenung saja tanpa mengucapkan sepatah katapun juga.
Tiba di kota Siang yang semua jago pun segera kembali ke kamarnya masing-masing untuk beristirahat.
Kini anggota Kay pang yang kena kewajiban menjaga bertambah banyak, soal keamanan sudah barang tentu tak perlu dikuatirkan lagi oleh Cu Siau hong sekalian.
Kentongan pertama malam itu, tiba-tiba Pek Bwe muncul didalam kamar tidurnya Cu Siau hong.
Waktu itu, Cu Siau hong baru saja selesai bersemedi, dia segera menghidangkan secawan air teh sambil katanya:
''Loya cu, kau . . . ."
'Nak, mari kita bertemu dengan Kay--pang pangcu" tukas Pek Bwe dengan suara lirih, 'cianpwe yang berbudi luhur ini mempunyai pengalaman yang luas sekali dalam pembicaran nanti kau harus lebih berhati-hati"
"Apa yang diartikan dengan berhati-hati dalam pembicaraan? Loya cu maksudkan setiap pertanyaan harus dijawab ataukah setiap pertanyaan jangan dijawab sepenuhnya?''
''Jangan berbohong, dan jangan menipu, bila menjumpai persoalan yang tak dapat di jawab, katakan saja secara terus terang kalau kau tak mampu menjawabnya"
''Tecu mengerti"
''Baik, mari kita berangkat sekarang"
Kedua orang itu berjalan keluar dari kamar, waktu itu Tan Tiang kim sudah menunggu di depan pintu.
Walaupun dia adalah seorang tianglo di dalam perkumpulan Kay pang, namun terhadap pangcunya menaruh rasa hormat yang amat sangat, dia melaporkan namanya lebih dulu, kemudian baru mendorong pintu dan masuk ke dalam ruangan.
Pek Bwe dan Cu Siau hong segera mengikuti dibelakang Tan Tiang kim berjalan masuk ke dalam.
Waktu itu Ui pangcu sadang duduk di ruang tengah, jenggotnya sepanjang dada terurai lembut, dihadapannya terlihat kayu wangi yang dibakar sebagai dupa.
Asap dupa mengepul di angkasa dan menyiarkan bau harum ke mana-mana .......
Tan Tiang kim segera membungkukkan badannya memberi hormat, kemudian ujarnya:
"Tecu telah berhasil mengundang kehadiran Cu Siau hong dan Pek Bwe, menantikan perintah selanjutnya!"

Pelan-pelan Ui Pangcu membuka matanya dan mengangguk.
"Silahkan duduk!"
Pek Bwe dan Siau hong segera mengambil tempat duduk.
"Tiang kim, kau boleh keluar" kata Ui pangcu "aku hendak berbincang-bincang dengan Pek Bwe dan Siau hong"
Tan Tiang kim segera mengiakan, setelah memberi hormat dia lantas mengundurkan diri:
Bahkan Tan Tiang kim pun dipersilahkan mundur dari sini dapat diketahui kalau persoalan yang hendak diperbincangkan adalah suatu persoalan yang penting sekali.
Dengan sorot mata yang amat tajam, Ui pangcu memperhatikan wajah Cu Siau hong lekat-lekat, kemudian katanya:
"Nak, dapatkah kau memberitahukan kepadaku darimana asal datangnya ilmu silatmu itu?
Aaaai .... bukannya aku si pengemis tua berbicara besar atau bermaksud menghina, ta-pi yang pasti jurus pedang dan ilmu gerakan tangan tak mungkin bisa dimiliki oleh per-guruan Bu khek bun"
Berada didepan seorang lo pangcu yang berbudi luhur dan mempunyai reputasi baik dalam mata umat persilatan, terpaksa Cu Siau hong harus berkata:
"Locianpwe, sesungguhnya boanpwe sudah terbelenggu oleh sumpah yang telah kuucapkan, sehingga ada sementara persoalan yang tak mungkin bisa kujawab dengan sejujurnya, tapi bisa boanpwe terangkan bahwa ilmu silat yang kumiliki itu kuperoleh dari dalam sejilid kitab pusaka ilmu silat"
"Siapakah yang menghadiahkan kitab itu kepadamu? Apakah kau dapat memberitahu-kannya kepadaku?"
"Tidak dapat, justru hal inilah merupakan belenggu boanpwe terhadap sumpah yang telah kuucapkan"
"Aai. . nak, katakanlah sendiri, pilihlah hal-hal yang bisa diberitahukan kepada ku"
''Orang yang memberikan kitab pusaka itu kepada boanpwe tinggal didalam perkampungan Ing gwat san ceng? '
Ui lo pangcu segera manggut-manggut.
"Itulah dia!" katanya. "nak sewaktu kau menerima kitab tersebut, pernahkah dia ujukan persyaratan yang harus kau penuhi?"
"Tidak!"
"Apakah kitab itu harus diserahkan kembali kepadanya?''
"Tak perlu diserahkan kembali, cuma locianpwe itu pernah berpesan kepada boanpwe bila telah selesai mempelajarinya maka ki-tab terseout harus dibakar sampai habis"
"Sudah kau kerjakan?" "Bee... betul sudah boanpwe musnahkan"
Apakah kau masih bisa mengingat semua isi kitab tersebut dengan jelas?"
"Masih ku ingat semua dengan jelas, tak sepatah katapun yang kulupakan ....''
"Kalau memang begitu bagus sekali, tapi kalau lebih baik lagi adalah mencatatnya kembali lalu disembunyikan disuatu tempat yang tersembunyi sehingga tak sampai diambil orang!"
"Tapi tempat yang paling aman adalah dalam benak boanpwe sendiri...."
Ui lo pangcu segera manggut-manggut.
'Ehmmm, apakah kau tidak kuatir jika sampai lupa?" tegurnya.
"Tidak mungkin, daya ingatan boanpwe cukup baik, apalagi semua ilmu silat yang tercantum dalam kitab itupun sudah mulai boanpwe latih semua"
"Bagus sekali, moga-moga saja kau bisa melatih semua kepandaian tersebut dengan sebaik-baiknya" ''Terima kasih atas petunjuk dari cianpwe."
Ui lo pangcu segera mengalihkan sinar matanya ke wajah Pek Bwee, setelah memandang matanya sekejap dia memanggil dengan suara lembut:
'Saudara Pek ......."
"Pek Bwe tidak berani, Pek Bwe tidak berani, lo pangcu ada urusan apa?" buru-buru Pek Bwe bertanya.
Sambil mengelus jenggotnya, Ui lo pangcu tertawa, katanya:
''Siau hong terbelengguoleh sumpahnya sehingga tidak leluasa untuk membicarakan persoalan itu, karenanya bagaimana kalau kita saja yang berbincang-bincang sebentar?
"Semua pertanyaan lo pangcu, pasti akan Pek Bwe jawab bila kuketahuj...'' sahut Pek Bwe dengan hormat,
Cu Sian hong segera tersenyum sambil menimbrung:
"Aku hanya berjanji kepada locianpwe tersebut untuk tidak menceritakan tentang dirinya, soal lain aku tidak menjadikan apa-apa''
Pek Bwee manggut-manggut sambil tertawa, katanya kemudian:
"Lo pangcu ingin menanyakan soal apa?"
"Menurut pendapatmu, siapakah orang yang memberi buku kepada Siau hong'
"Lo pangcu, apakah kau curiga kalau orang itu kemungkinan adalah si Pena Wasiat?"
'Yaa, aku si pengemis tua memang mempunyai pandangan demikian"
"Kalau begitu, orang tersebut telah sampai di perkampungan Ing gwat san ceng, lagipula sudah berdiam cukup lama disitu, hanya saja tiada orang yang mengetahui keadaannya yang sebenarnya"
Pembicaraan itu meski tertuju kepada Ui pangcu, namun sepasang matanya justru dialihkan ke wajah Cu Siau hong.
Cu Siau hong mengangguk tiada hentinya.
Kembali Ui pangcu berkata:
"Pek lote, kemampuan orang itu menyembunyikan diri sudah pasti hebat sekali sehingga andaikata ia tidak mencari orang, mungkin sulit bagi orang lain untuk menemukan indentitasnya?"
Sekali lagi Cu Siau hong mengangguk.
"Lo pangcu" kata Pek Bwe kemudian menurut dugaanku, dia sengaja menyembu-nyikan diri didalam perguruan Bu khek bun a-dalah bertujuan untuk mengawasi gerak gerik Tiong Leng kang. Pena wasiat tak pernah melibatkan diri didalam pertikaian dunia persilatan, oleh sebab itu walaupun ia tahu kalau Bu khek bun sudah terjerumus dalam keadaan yang amat berbahaya, dan meski dia merasa puas dengan watak serta cara kerja Tiong Leng kang namun tak mampu untuk mencampuri atau membantu-nya, sebab itu diapun lantas memilih seseorang dan menghadiahkan kitab pusaka kepadanya dengan harapan orang itu bisa menyelamatkan Bu khek bun dari kehancuran, sayang sekali kehendak Thian sukar dibantah sehingga orang perguruan Bu khek bun gagal untuk menghindarkan diri dari bencana tersebut, meski dia merasa pedih, namun tak mampu untuk menghalangi terjadinya bencana tersebut"
Ketika Ui pangcu menyaksikan Cu Siau hong hanya membungkam belaka, dia lantas mengangguk sambil tertawa:
"Mungkin memang begitulah duduknya persoalan"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Aaaai. . . hanya tidak tahu, apakah dia pun turut menjadi korban di dalam musibah tersebut?"
"Soal ini. . . soal ini. . . ." Pek Bwe tergagap.
Cu Siau hong menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tampaknya dia sudah kabur dari bencana itu?" sambung Pek Bwe.
"Bila dia ingin melarikan diri, hal ini pasti dilakukan beberapa hari sebelumnya. . . ." kata Ui lo pangcu pula.
CU SIAU HONG kembali menggeleng.
"Kalau begitu dia masih tetap tinggal dalam perkampungan?" ucap Pek Bwe.
Sekali lagi Cu Siau hong menggeleng.
"Ui pangcu jangan-jangan diapun sudah mati" pekik Pek Bwe kemudian.
Cu Siau hong hanya termenung tidak berbicara.
"Apakah dia sudah mati beberapa hari sebelumnya?" tanya Pek Bwe lagi.
Tiba-tiba Cu Siau hong mengangguk.
"Apakah dia mati ketika perkampungan Ing gwat san ceng hampir diserang ........?" kata Ui lo pangcu.
Cu Siau hong memandang wajah Ui lo pangcu dan Pek Bwee sekejap, sementara mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
"Yang menjadi persoalan sekarang adalah dia benar-benar sudah mati? Ataukah menggunakan siasat mati untuk menghin-darkan diri pertikaian tersebut", kata Ui lo pangcu lagi.
"Dia toh bisa menghindarkan diri dari kematian? Kenapa musti berpura-pura mati?"
"Bila berbuat demikian, hal ini pasti a-kan menimbulkan kecurigaan orang, selama-lamanya cara kerja pena wasiat tak boleh meninggalkan bekas yang bisa menimbulkan kecurigaan!"
Pek Bwe mengangguk berulang kali.

No comments: