Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 18

Oleh : Tjan ID

Pek Bwee tertawa, katanya kemudian:
"Sekalipun tak bisa mengelabuhi mereka, toh kitapun tak bisa mengunjungi tempat tersebut dengan begitu saja. Paling tidak, kita harus buyarkan sedikit perhatian mereka. sehingga musti mengutus dua orang untuk menguntil kita"

"Aku si pengemis tua sudah terbiasa denngan dandanan pengemisku ini, bila aku disuruh berganti pakaian lain, bisa jadi malah membuatku merasa amat canggung!"
"Soal ini siaute huga tahu, sebagian besar orang Kay pang memang lebih suka muncul dalam dunia persilatan dengan wajah aslinya"
"Itu sih belum tentu, misalnya Sin jut dan Kui meh, mereka juga anggota Kay pang, tapi mereka sering muncul di dalam dunia persilatan berganti rupa"
"Sekarang, kita sedang bekerja untuk perguruan Bu Khek bun, bukan untuk pihak Kay pang, kelihatannya terpaksa aku musti menyaksikan dirimu sebentar"
Tan Tiang kim tertawa getir.
"Seandainya aku si pengemis tua harus berganti pakaian juga, lebih baik biarkan aku berdandan sebagai seorang tua bangka yang rudin, aku si pengemis tua sudah pasti tak akan mampu bergaya seorang hartawan yang kaya raya"
"Tan heng", kata Pek Bwe sambil menghembuskan napas panjang, "tahukah kau manusia macam apakah pemilik dari kebun raya Ban Hoa wan tersebut?"
"Konon dia adalah seorang jago persilatan yang sudah pensiun, oleh karena dia suka akan tumbuh-tumbuhan maka dibangunnya kebun raya Ban hoa wan ini untuk dipersembahkan kepada masyarakat, konon orang yang belum berkunjung ke kebun raya Ban hoa wan, tidak dianggap pernah berkunjung ke kota Siaog yang"
"Benar, pemilik dari kebun raya Ban hoa wan ini bukan lain adalah Pek cau sianseng (tuan seratus rumput) yang tersohor namanya pada tiga puluh tahun berselang"
"Thio Pek cau?" seru Tan Tiang kim, "bukankah dia sudah mati?"
"Ia pandai sekali didalam ilmu pertabiban, setelah lolos dari bencana tempo hari, dengan alasan mengundurkan diri dari dunia persilatan, dibangunnya kebun raya Ban-hoa wan ini, tempo hari mukanya menderita suatu luka bacokan yang parah sekali maka menggunakan kesempatan itu pula dia mereparasikan wajahnya yang luka pa-rah. cuma sayang dia sudah lupa menghilangkan tahi lalat di bawah telinga kirinya sehingga jejaknoya berhasil kuketahui, cuma aku pernah meluluskan permintaannya untuk tidak membocorkan rahasia ini tapi keadaan situasi pada hari ini sangat istimewa, terpaksa rahasia ini siaute bocorkan juga kepada saudara Tan"
Sementara itu. Pek Hong sekalian sudah meninggalkan tempat itu.
Sambil tertawa Tan Tiang kim lantas berkata lagi:
"Thio Pek cau adalah seorang tabib kenamaan dalam dunia persilatan, masa dia mempunyai hubungannya dengan pare Hek pa kiam su tersebut?"
"Sukar untuk dikatakan, dengan begitu ra-hasianya Hek pa kiam su, bisa saja semua hal akan terjadi, bayangkan sendiri, siapa yang akan menyangka kalau salah seorang pelayan dari rumah makan Wong kang lo ternyata adalah salah satu diantara pendekar pedang macan kumbang hitam .....?"
Tan Tiang kim terbungkam.
Sudah hampir separuh dari masa hidupnya itu berkelana dalam dunia persilatan, peristiwa yang pernah dijumpai juga tak terhitung banyaknya, tapi dia tidak pernah me-nyangka kalau seorang pendekar pedang yang sangat lihay ternyata adalah seorang pelayan dari sebuah rumah makan ....
Kembali Pek Bwee berkata:
"Nama besar Thio Pek cau dimasa lalu cukup baik, karena dia telah menolong dua orang murid Bu tong pay yang terkurung. tapi kejadian itu sudah berlangsung tiga puluh tahun berselang."
Sedangkan kebun raya Ban hoa wan juga sudah dibangun dua pulun tahunan, masihkah dia seperti Thio Pek cau tempo dulu, siaute tak berani meyakini seratus persen"
"Aku lihat perkataan dari Ti Thian hua juga belum tentu bisa dipercaya, aku sudah mengundang beberapa orang jago lihay dari Kay pang untuk secara diam-diam mengawasinya, bila kali ini dia berani berbohong maka kita tak boleh melepaskannya begitu saja"
"Siauli telah meluluskan permintaannya untuk membiarkan dia pergi dengan bebas kemana saja dia akan pergi, Bu khek bun tak bisa mencampuri urusannya lagi, jika Kay pang mau menerima tugas ini, cara tersebut memang paling baik"
"Kesemuanya ini muncul dari ide Kay pang sendiri, tentu saja sama sekali tak ada hubungannya dengan Bu khek bun"
"Sekarang, kitapun harus berangkat. hayolah kita ganti pakaianmu dulu"
Sementara itu, Seng Tiong gak telah menyaru sebagai seorang sastrawan yang memakai jubah biru, dia langsung berangka menuju ke kebun raya Ban hoa wan.

Sedangkan Cu Siau hong menyaru sebagai kacung bukunya dan mengikuti di belakang.
Seng Tiong gak memang dasarnya tampan, penyaruannya kali ini boleh dibilang mirip sekali.
Kebun raya Ban-hoa-wan terletak sepuluh li diluar kota, kebun raya kenamaan ini telah mengundang datangnya beribu-ribu pengun-jung, diluar kebun raya terbentuk semacam kota satelit kecil yang mengelilingi kebun tadi.
Tiga buah rumah penginapan besar, puluhan warung makan menambah semaraknya keramaian disekeliling tempat itu.
Namun rumah rumah penginapan tersebut serta warung-warung makannya masih terdapat suatu jarak tertentu dengan kebun raya Ban-hoa-lo, yang paling dekatpun ma-sih selisih dua puluh kaki lebih.
Inilah peraturan dari pemilik kebun raya Ban hoa wan yang menginginkan ketenangan kebun raya tersebut terjamin, maka mereka tidak diperkenankan berada terlampau de-kat.
Seng Tiong gak sekalian berangkat menjadi beberapa rombongan, belum lama kedua o-rangitu tiba. Pek Hong, Tang Cuan beserta Sin jut, Kui meh yang menyaru sebagai Seng Tiong-gak dan Cu Siau hong telah tiba pula di depan kebun raya tersebut.
Hari ini tidak begitu banyak pengunjung yang mengunjungi kebun raya Ban hoa wan tersebut, didepan pintu kebun berdiri dua orang penjaga kebun.
Kui meh Ong Peng yang menyamar sebagai Cu Siau hong, segera maju ke depan dan menghampiri ke empat orang penjaga itu, kemudian sambil menjura katanya:
"Harap kalian berempat suka memberi jalan...."
Rupanya ke empat orang penjaga kebun yang sebenarnya berdiri di kedua sisi pintu kebun itu segera merentangkan badannya dan menghadang jalan pergi Ong Peng begitu me-lihat kedatangan orang itu.
Ong Peng segera tertawa dingin, serunya:
'Kebun raya Ban hoa wan selamanya adalah tempat rekreasi yang boleh dikunjungi oleh siapa saja, mengapa hari ini tak boleh masuk?"
Penjaga kebun yang berada disebelah kiri segera tertawa hambar, sahutnya:
"Kebun raya Ban hoa wan adalah kebun raya milik pribadi seseorang, kalau dibilang setiap orang boleh masuk untuk mengun-junginya, itupun karena berkat kebesaran jiwa majikan kami, jadi andaikan kami tidak mem-perkenalkan kehadiran seseorang, tentunya tindakan ini juga tidak kebangetan bukan?"
Kui meh Ong Peng adalah seorang jago kawakan yang sudah seringkali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, pengetahuannya sangat luas dan pengalamannya juga matang, dia segera tersenyum.
Betul juga ucapanmu itu, entah bolehkah aku mengajukan beberapa buah pertanyaan lagi?" katanya.
'Boleh,bila kau ada pertanyaan, silahkan saja diajukan kepada kami....."
"Aku ingin bertanya, kenapa hari ini ke-bun raya Ban hoa wan ditutup untuk umum?"
"Selama setahun lebih kebun raya Ban Hoa wan selalu dibuka untuk umum, maka hari ini kami mengambil keputusan untuk libur, siapa tahu kalian telah berkunjung kemari"
"Ooooh. . . . kalau begitu sungguh kebetulan sekali!" Lo heng siapa namamu?"
"Aku Go Heng !"
"Ooooh. . . . rupanya saudara Go !"
"Tidak berani, tidak berani!"
"Saudara Go, soal berkunjung ke kebun raya Ban Hoa wan atau tidak, bagiku bukan menjadi persoalan, Cuma beberapa orang yang datang bersama siaute justru merupakan orang-orang kenamaan dari dunia persilatan!"
"Ohh, siapa mereka ?"
"Tong hujin dari Bu khek-bun serta ciangbunjin perguruan tersebut"
Dengan cepat Go Heng menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kami merasa tidak kenal"
"Saudara Go, aku lihat persoalan ini juga tidak bisa diputuskan olehmu sendiri, lebih baik berilah laporan dulu ke dalam !"
"Laporan? Laporan kepada siapa?"
Pemilik kebun raya ini "
"Aku lihat hal ini tidak perlu lagi!"
Ong Peng segera tertawa, serunya:
"Aku tahu kau adalah seorang penjaga kebun sungguhan, apalah artinya melibatkan diri dalam pertikaian dunia persilatan?"
''Soal itu mah, aku tidak begitu mengerti!
Mendadak Ong Peng maju ke depan dan secepat kilat mencengkeram pergelangan tangan kanan Go Heng. kemudian serunya:
"Aku rasa, kau pasti akan mengerti!"
Tenaga dalamnya segera dikerahkan ke luar, seketika itu juga Go Hong merasakan tulangnya amat sakit seperti mau retak-retak sehingga tak dapat dikuasahi lagi dia menjerit tertahan.
Pelan-pelan Tang Cuan maju beberapa langkah kebelakang, tangannya segera di kibaskan kemuka dan tiga orang yang lain segera mundur ke belakang terbirit-birit.
Begitu semua penjaga kebun itu sudah mundur, dia langsung maju kedepan dan membuka pintu kebun raya itu.
Anebnya, kecuali keempat penjaga kebun itu, ternyata tiada orang lain yang menghalangi jalas pergi mereka.
Ong Peng segera melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Go Heng, setelah itu u-jarnya:
"Saudara Go sekarang tentunya kau sudah mengerti bukan?" .
Ia tinggalkan korbannya dan menyusul rekan-rekan yang lain.
Setelah memasuki pintu kebun terlihatlah lautan bunga terbentang didepan mata, pemandangan disana indah dan sangat menarik hati.
Dengan langkah cepat Ong Peng menyusul Tang Cuan, lalu bisiknya.
"Tang ciangbunjin tampaknya urusan agak sedikit mencurigakan"
"Apaksh Ong heng menjumpai sesuatu yang tidak beres?" tanya Tang Cuan dangan cepat.
"Menurut apa yang kuketahui, kebun raya Ban hoa wan sepanjang tahun terbuka untuk umum dan tiap tahun selewatnya tahun baru baru ditutup selama setengah bulan...."
"Maksud Ong heng mereka sengaja berbuat demikian demi menghadapi kita ?" sambung Tang Cuan. .
"Benar! Dengan ditutupnya kebun raya Ban hoa wan, mencegah kedatangan para pelancong, maka untuk menghadapi kita, hal ini bisa dilakukan lebih leluasa lagi."

"Betul lautan bunga ini paling tidak mencapai puluhan hektar, bila dibalik lautan bunga itu bersembunyi seseorang lalu menyergap secara diam-diam, sulit memang buat kita untuk menghidarkan diri".
Ong Peng manggut-manggut.
"Itulah sebabnya, keadaan kita sekarang berbahaya sekali, salah langkah bisa berakibat kematian yang mengerikan"
"Lantas menurut Ong heng, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Tang Cuan.
"Sepintas lalu kita berlagak santai seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun, secara diam-diam kita perketat penjagaan kita. . . terutama kewaspadaan harus ditingkatkan"
Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh.
"Aku lihat, keadaan disini makin lama semakin mengherankan"
"Apakah Ong Peng telah menemukan sesuatu.
Selamanya Kebun raya Ban hoa wan dikunjungi oleh beribu-ribu bahkan jika sedang ramai bisa dipadati berpuluh ribu pengunjung, tapi hari ini secara tiba-tiba suasana menjadi begini hening dan sepi, dan lagi diluar kebun raya juga tidak nampak ada pengunjung yang berkumpul disitu."
Mendadak Tang Cuan menghentikan langkah kakinya, kemudian menukas dengan cepat.
"Sekalipun hari ini kebun raya ditutup bagi umum dan pengunjung dilarang masuk kemari, sepantasnya kalau ada orang yang berkumpul di depan pintu gerbang kebun raya."
"Itu berarti, kebun raya Ban Hoa wan sudah ditutup selama puluhan hari lamanya?"
"Itu sih tidak, Cuma kalau kita datang setengah hari lebih awal, mungkin keadaan akan berbeda"
Tang Cuan mengawasinya sekejap, lautan bunga yang terbentang didepan matanya itu, ia merasa seluruh jalanan yang berada dalam kebun itu hampir sebagian besar menembusi lautan bunga itu.
Jalan tembus itu memang cukup lebar, a-kan tetapi kedua belah sisinya penuh dengan pohon bunga yang lebar, diantara kebun dengan aneka bunga yang beraneka warna ini, lamat-lamat terasa terkandung selapis hawa napsu membunuh yang sangat mengerikan.
Diam-diam menghembuskan napas panjang, kemudian berkatalah ketua dari Bu--khek bun itu:
"Setiap langkah kita dan setiap detik yang kita lalui, kemungkinan besar terancam bahaya maut. kemungkinan besar dibalik po-pohonan bunga yang sangat lebat itu tersembunyi pembunuh-pembunuh yang menyeramkan ...."
"Kemungkinan besar mereka akan turun tangan bersama" kata Ong Peng, "tapi kemungkinan juga mereka akan melepaskan selapis jarum beracun dan pisau beracun"
Tang Cuan mengerutkan alis matanya rapat-rapat, sambil menengok wajah Ong Peng, katanya kemudian:
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?''
"Menurut pendapatku, lebih baik kita bentuk satu barisan yang serentak bisa mengawasi empat arah delapan penjuru"
"Benar! Jika mereka tidak mulai melancarkan sergapan, memang susah buat kita untuk menemukan jejak mereka''
Setelah keputusan diambil dengan kesiap siaga-an penuh ke empat orang itu segera berjalan menembusi lautan bunga itu.
Diluar dugaan ternyata tak seorang manusiapun yang mereka jumpai, selama menelusuri jalan berbatu putih yang membentuk mengitari hutan bunga tersebut.
Tiada orang yang melancarkan sergapan, tiada senjata rahasia yang disambitkan, pun tiada sebatang jarum beracun pun yang dilepaskan ke arah mereka.
Tang Cuan merasa agak kecewa, katanya sam-bil tertawa.
"Tampaknya terlalu banyak yang kita pikirkan"
"Kesemuanya ini menerangkan bahwa kita te-lah berjumpa dengan seorang musuh yang lihay sekali' kata Ong Peng. "rupanya mereka tak mau bertindak sembarangan, mereka hanya menunggu, jika macan kumbang hendak melukai orang, iapun punya kesabaran yang luar biasa. Mereka pasti sedang menunggu saat yang paling tepat untuk melancarkan sergapan yang mematikan kita."
Tang Cuan mendongakkan kepalanya dan memandang sekeliling tempat itu, lebih kurang tiga kaki didepan sana terlihat sebuah gardu bersegi delapan, banyak lukisan indah tergantung diatas pilar, dalam gardu itu berjajar beberapa buah meja dan puluhan bangku.
Tampaknya tempat itu digunakan untuk beritirahat atau mendahar makanan kecil, tapi suasana waktu itu sangat hening, sepi dan tak nampak sesosok manusiapun.
Ong Peng memandang gardu itu sekejap kemudian katanya sambil tertawa:
"Bila bunga dalam kebun raya Ban Hoa wan sedang mekar, tempat ini penuh dengan lautan manusia, mau mencari tempat duduk saja suakrnya bukan main, tak nyana kalau hari ini suasana begini lenggang an sepi."
"Ong heng, seringkah kau berkunjung ke kebun raya ini ?" bisik Tang Cuan lagi.
"Dua kali"
"Mau apa ?"
"Kedatanganku yang pertama karena tertarik oleh pemandangan alam yang begitu indah di tempat ini, selain itu akupun sudah mulai curiga dengan tempat ini, sebab tempat yang setiap hari dikunjungi beribu-ribu orang pengunjung merupakan tempat yang paling cocok untuk menyembunyikan segala macam kejahatan"
Sementara itu, beberapa orang tersebut sudah tiba di dalam gardu, tampak meja kursi disana tampak amat rajin dan bersih.
Keempat orang itu segera memilih sebuah meja dan duduk.
"Saudara Ong, tahukah kau tempat dalam kebun ini yang dipakai untuk memelihara harimau?" tanya Tang Cuan kemudian.
"Kandang macan letaknya di tengah bukit sana, dikelilingi kandang kayu yang tinggi dan di dalamnya terpelihara dua puluhan ekor harimau besar"
"dan telaga lei hi?"
"Empang untuk memelihara ikan leihi itu terletak tak jauh didepan sana, tempat itu berupa sebuah empang yang luasnya mencapai tiga empat hektar, dalam empang banyak dipelihara ikan leihi emas yang besar-besar."
"Konon kandang macan dan empang ikan leihi merupakan dua tempat yang paling berbahaya di dalam kebun raya Ban Hoa wan ini?"
"Kalau dibilang kandang amcan berbahaya, tidak salah ucapan tersebut, sebab ke dua puluhan ekor macan itu tampaknya sangat bengis, ganas dan berbahaya, bila mereka sampai terlepas dari kandangnya, sulit buat orang untuk menghindarkan diri dari tubrukan mereka. . . ."

Setelah berhenti sebentar, terusnya:
"Mengenai empang ikan leihi aku tidak menjumpai sesuatu yang berbahaya, Cuma air dalam empang itu memang dalam sekali, agaknya merupakan sebuah empang alam yang kemudian dipercantik oleh pemilik kebun raya ini"
"Sunio" kata Tang Cuan kemudian, "mungkin Ti Thian hua si bocah keparat itu Cuma berbicara sembarangan, tujuannya tak lebih agar kita mau menolong dirinya."
Dengan cepat Pek Hong menggeleng.
"Aku rasa dia tak mungkin sedang berbohong!..
Ong Peng termenung beberapa saat lamanya, kemudian katanya:
"Mungkinkah dibalik empang itu masih tersembunyi suatu alat pembunuh yang ga-nas dan mematikan?"
"Jika dalam kebun bunga bisa disembunyikan pembunuh lihay, dalam kandang kayu bisa dipelihara harimau, mengapa dalam empang tidak bisa dipasang alat-alat pembu-nuh lainnya?" seru Pek Hong.
"Betul juga perkataan hujin, ketika aku si pengemis kecil berkunjung kemari tempo hari, paling tidak ada beratus orang sedang menonton ikan ditepi empang, maka aku tidak melihat lebih jauh, juga tak pernah terlintas dalam benakku kalau dalam empang ini bisa terdapat ancaman bahaya lain. ketika itu justru semua perhatianku kutujukan pada kandang macan itu" -
Sementara itu, Sin jut Ciu Hong yang selamia ini membungkam tiba-tiba berbisik:
"Ada orang datang!"
Dengan cepat Pek Hong berpaling, tampak dua orang kakek berjubah panjang sedang berjalan mendekat dan langsung masuk kedalam gardu tersebut.
Mereka adalah Pek Bwe dan Tan Tiang kim.
Paras muka mereka berdua sama sekali tidak berobah, cuma jubahnya saja yang diganti dan lagi ditambah dengan sebuah ikat kepala, sehingga sekilas pandangan mereka mirip dengan dua orang saudagar.
Setelah masuk kedalam gardu, Pek Bwe sama sekali tidak menyapa Tang Cuan sckalian, melainkan bersama Tan Tiang kim menuju ke sudut gardu itu dan duduk disana.
"Sunio, pek locianpwe telah datang" Tang Cuan segera berbisik.
"Sudah kulihat!"
"Mereka juga telah melihat kita!"
"Yaa, sudah!"
"Kenapa kedua orang locianpwe itu tidak kemari dan duduk bersama kita?"
"Mungkin mereka telah menemukan sesuatu?'� kata Ong Peng, "kedua orang itu merupakan jago kawakan yang berpengalaman luas didalam dunia persilatan, mereka tidak kemari sudah pasti ada alasannya, lebih baik kitapun tak usah menyapa mereka"
Mendadak Ciu Heng melompat bangun, kemudian katanya:
"Biar aku yang menengok keadaan disana!"
"Hati-hati!" pesan Ong Peng.
Ciu Heng mengiakan, mendadak dia melompat keluar dari gardu, tampak bayangan tu-buhnya berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik gerombolan bunga sana.
"Cepat betul gerakan tubuhnya dan lincah amat tindak tanduknya" pikir Tang Cuan di hati.
Sepasang mata Ong Peng tiba-tiba melirik, ia melejit ke tengah aneka bunga tersebut.
Sin jut, Kui meh merupakan dua orang anggota Kay pang angkatan muda yang paling hebat, mereka berdua selalu bekerja sama dan sudah banyak membuat jasa bagi pihak Kay pang, diantara mereka berdua tanpa terasa telah timbul suatu ikatan ba-tin dan persahabatan yang akrab sekali ....
Kebun raya Ban hoa wan itu yang begitu luas dan lebar, kini berada dalam kesunyian yang mencekam.
Mendadak Ong Peng juga melompat ke depan dan menerjang maju ke tengah gerombolan bunga itu.
Menyaksikan kejadian itu, Tang Cuan segera mengerutkan dahinya, lalu bertanya lirih.
"Sunio, apa yang telah terjadi?"
"Entahlah, aku sendiripun tidak menemukan sesuatu perubahan yang mencurigaka "
Tak lama kemudian, tampak Ong Peng sambil membimbing tubuh Ciu Heng pelan-pelan berjalan keluar dari gerombolan bunga itu.
Dengan cepat Tang Cuan melompat bangun serunya:
"Dia sudah terluka?"
Gerakan tubuh Ong Peng dan Ciu Heng sungguh cepat sekali, belum sempat Tang Cuan melampaui pagar bambu, kedua orang itu sudah menaiki gardu tersebut.
"Ciu heng, kau terluka? ' seru Tang Cuan.
'Untung saja lukanya tidak terlampau parah''
"Apakah kau telah bertemu dengan musuh yang bersembunyi disekitar sana?"
"Tidak, mereka hanya memasang jebakan maut diantara gerombolan aneka bunga itu, untung saja dengan cepat kuketahui .....".
"Jebakan maut apa yang telah mereka pasang dalam gerombolan bunga itu.?".
"Jaring beracun!"
"Jaring beracun macam apa? ' tanya Pek Hong.
"Semacam permainan yang ringan tapi hebat, dalam gerombolan aneka bunga itu mereka telah memasang banyak sekali jaring-jaring kecil, diatas setiap jaring tadi dilengkapi dengan sebatang jarum kecil, ujung jarum itu sangat beracun dan tajam sekali, dan lagi warna jarum dan jaring-jaring itu persis seperti warna bunga, jika tidak diperhatikan dengan seksama, memang sulit un-tuk diketahui."
"Jadi Ciu heng telah menumbuk jaring beracun itu?'
"Benar! Aku telah menumbuk di atas jaring berjarum itu, untuk saja aku membawa pil pencegah keracunan dan menelan sebutir."
"Oooh. . . ."
"Sifat racun dari jaring berjarum itu tidak teramsuk berat, Cuma jenisnya termasuk jenis racun yang cepat daya kerjanya."
"Ong heng ada satu hal ingin sekali siaute meminta petunjukmu!"
"Tidak berani, silahkan Tang ciangbunjin utarakan!"
Ditengah gerombolan bunga itu sudah dipasang jaring berjarum, sesungguhnya jebakan itu merupakan suatu jebakan yang sama sekali tak terduga, tapi dengan cara apa pula mereka memancing kehadiran kita untuk memasuki gerombolan bunga itu?"
"Caranya terlampau banyak, yang paling sederhana adalah melarikan diri ke dalam gerombolan bunga itu, kita pasti akan me-ngejar bila melihat ada musuh lari, nah! Dalam kejar mengejar inilah kemungkinan be-sar sekali kita akan menumbuk diatas jaring berjarum itu"

"Aaai .....lihay, lihay, sungguh amat lihay, bila tidak menjumpai kejadian ini, tidak tambah pengetahuanku"
"Tang Ciangbunjin, permainan busuk semacam ini baru bisa diperoleh jika pengalamanmu dalam dunia persilatan sudah luas dan matang, aku si pengemis kecil sudah sering kali melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, tidak sedikit yang kuketahui ten-tang kejadian ini, maka sesungguhnya kejadian ini bukan terhitung sesuatu yang luar biasa buat kami"
"Tapi aku toh terjebak juga" sambung Ciu Heng, di atas setiap lembar jaring berjarum itu, paling tidak terdapat dua puluhan batang jarum beracun, asal kena ditumbuk maka semua jarum beracun diatas jaring itu akan menancap di tubuh orang, padahal aku si pengemis sudah bertindak sangat berhati-hati, tapi toh tertumbuk juga sebatang jarum diantaranya, tapi untung juga aku si pengemis tertusuk jarum itu, sehingga rencana busuk mereka yang menakutkan pun bisa diungkap."
"Kalau memang begitu, ditutupnya kebun raya Ban Hoa wan secara tiba-tiba agaknya memang sengaja dilakukan karena tahu jika kita hendak datang. . . ."
''Kalau dilihat dari persiapan disini, tampaknya dugaan dari Tang cianpwe memang tidak salah"
"Sekarang kita sudah tahu kalau dalam gerombolan bunga ada jebakan ...."
'Kalau dalam gerombolan bunga ada jebakan, itu berarti ditempat lain pun pasti juga ada .... .!" sambung Tang Cuan.
"Perkataan Tang ciangbunjin memang benar, kalau dalam gerombolan bunga ada je-bakan, sudah barang tentu ditempat lainpun juga ada"
Pek Hong dapat mendengar bahwa Ong Peng dan Ciu Heng berusaha untuk memberitahukan kepada Tang Cuan betapa berbahayanya dunia persilatan.
Cuma cara tersebut adalah suatu cara tingkat tinggi, mereka hanya memancing pembicaraan, kemudian menyuruh Tang Cuan yang mengambil kesimpulan sendiri.
Mengetahui akan hal ini, Pek Hongpun tidak membongkar rahasia itu lagi, malah sebaliknya dia merasa berterima kasih sekali atas perhatian kedua orang itu.
Dalam pada itu, terdengar Ong Peng sedang bertanya:
"Tang ciangbunjin, sekarang apa yang harus kita lakukan?"
"Pek loyacu dan Tan tianglo telah bergabung dengan kita, kekuatan dipihak kitapun sudah semakin tangguh, seharusnya kita masuk lebih ke dalam untuk melihat keadaan."
"Betul, kalau tidak memasuki sarang macan, mana mungkin bisa mendapat anak macan?"
"dalam gerombolan bunga meski ada jebakan jaring berjarum, tapi tak seorang manusiapun yang kelihatan, ini menerang-kan bahwa mereka sudah mempersiapkan saat operasinya, dan kini saat tersebut belum tiba" Ciu Heng menambahkan.
Kalau begitu kita harus melihat dulu keadaan di empang ikan leihi." Kata Tang Cuan, konon di depan situlah letak empang tersbeut"
"Baik! Mari kubawa jalan."
Seusai berkata dia lantas melangkah maju ke depan lebih dahulu.
Ciu Heng sengaja berjalan di belakang bersanding dengan Pek Hong, lalu ujarnya:
"Tiong hujin, ada satu hal aku tak berani mengelabuhi diri hujin. . . ."
"Soal apa ?"
"Kita sudah terjebak dalam kepungan musuh, untuk mengundurkan diri dari gerombolan bunga, sesungguhnya sudah teramat sulit"
"Kenapa ?"
"Selain jaring berjarum, tampaknya di balik gerombolan bunga itu terdapat semacam jebakan lain."
"Jebakan apa ?"
"Lebah beracun, sudah kutemukan sekeranjang penuh lebah beracun yang ditutup dengan kain hitam. . . !"
"Apakah sudah kau kenali betul kalau binatang itu adalah lebah beracun. . . .?" tanya Pek Hong.
"Aku si pengemis kecil sepanjang tahun berkelana dalam dunia persilatan, tidak sedikit lebah aneh yang pernah kujumpai, lebah itu adalah sejenis lebah beracun berekor hitam yang daya kerja racunnya lihay sekali, satu dua ekor saja mungkin masih bisa ditahan, tapi kalau disengat sampal lima ekor, kemungkinan besar nyawa seorang bisa di renggutnya."
"Oooh, rupanya alat pembunuh yang dipersiapkan dalam kebun raya ini hampir seluruhnya adalah alat pembunuh yang hidup!".
Ciu Heng tertawa getir, katanya lagi:
"Aku si pengemis sudah memperhitungkan soal ini masak-masak, terasa olehku bahwa kesempatan untuk mundur melalui jalan semula tidak terlalu besar, aku si pengemis telah melepaskan tanda bahaya minta bantuan, disamping kita lanjutkan perjalanan memasuki kebun raya ini, paling baik lagi kalau kita bisa menemukan sebuah jalan keluar!"
"Ti Thian hua berulang kali memperingat-kan akan bahayanya empang ikan leihi, aku rasa tempat itu pasti terdapat sesuatu ancaman bahaya yang luar biasa sekali�
"Yaa, jika kita hendak menghadapi Ban Hoa wan, maka tindakan yang paling utama adalah memahami dahulu jebakan yang telah mereka persiapkan"
Pek Hong manggut-manggut.
"Kini, kita sudah menemukan sepasang jebakan, dalam gerombolan bunga tersimpan jaring berjarum!"
"Yang lebih penting lagi, kita sudah tahu dengan pasti bahwa kosongnya kebun raya Ban-hoa-wan ini adalah suatu kesengajaan untuk menghadapi kita"
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" . Sekalipun dimasa lalu dia sudah sering mengikuti ayahnya berkelana dalan dunia persilatan, tapi dalam hal pengalaman masih selisih jauh bila dibandingkan dengan Sin jut dan Kui meh. .
''Agaknya kita hanya mempunyai satu cara saja untuk menghadapi keadaan yang bakal terjadi, disamping mencari akal lain untuk menemukan rahasia mereka"
''Kalau begitu, tempat ini benar-benar adalah sarang dari para Hek pa kiam-su?"
"Agaknya dugaan ini tak bakal salah lagi"
Mendadak Pek Hong bangkit berdiri dan langsung berjalan menghampiri Pek Bwe dan Tan Tiang kim, sambil tertawa getir Pek Bwe segera menegur:
"Mau apa kau datang kemari? Ilmu menyaru wajahku meski lumayan, tampaknya masih belum sanggup untuk membohongi putri sendiri!"
"Ayah, kecuali kau sudah berganti dengan satu stel pakaian, aku tidak menjumpai akan sesuatu yang berbeda dengan dirimu sebelum menyaru"

Pek Bwe segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Tan Tiang kim, kemudian ujarnya.
"Saudara Tan, coba kau bilang, siaute. . . ."
"Ayah, Tan tianglo" tukas Pek Hong "Ciu Hong telah menemukan banyak rahasia dari balik gerombolan bunga itu"
"Padahal aku sipengemis ini sudah mengatakan kalau kita tak perlu menyamar lagi dalam operasi kali ini" tukas Tan Tiang kim'' malah lebih enak kalau kita masuk dengan terang-terangan.
Benar!" sahut Pek Hong sambil menganguk "tampak kita sudah tak usah berlagak lagi, dalam kebun raya Ban Hoa wan yang begini luas hanya ada kita beberapa orang saja, entah kita akan berubah menjadi apa saja, rasanya juga tak akan lolos dari pengamatan orang."
"Benar! Setelah kita berganti pakaian, tentu saja tak bisa segera berganti dengan yang lain, cuma. . . lebih baik kita melakukan perjalanan bersama saja."
"Boanpwe setuju sekali dengan pendapat itu"
"Kudengar dari ayahmu, katanya empang ikan leihi adalah suatu tempat yang berbahaya sekali, benarkah itu?"
"Yaa, dalam gerombolan bunga saja sudah ada jaring berjarum yang amat berbahaya, bisa dibayangkan jebakan dalam empang ikan leihi itu pasti lebih hebat lagi."
"Lantas apa rencanamu kemudian?"
"Aku rasa lebih baik kita berkumpul saja menjadi sati sehingga masing-masing pihak bisa saling membantu."
Mendadak Tan Tiang kim bangkit berdiri kemudian sambil menjura ke sudut gardu katanya.
"Lo heng, kau tak usah bersembunyi disana lagi, setelah kita pergi kau pun harus turun sebentar untuk beritirahat, bersembunyi terus disana, tentu badanmu akan terasa tersiksa."
Mengikuti arah yang ditunjuk Tan Tiang kim, Pek Hong menyaksikan disana benar-benar terlihat seseorang sedang berjongkok.
Sekalipun tempat persembunyiannya su-dah diketahui bahkan telah ditegur oleh Tan Tiang kim, namun ia belum juga mau turun.
Pek Hong mendengus dingin, dia bersiap--siap akan turun tangan, tapi segera dicegah oleh Pek Bwe, katanya:
"Nak, orang itu cuma manusia kelas tiga yang tak berguna lepaskan saja dirinya"
Sehabis berkata dia lantas beranjak meninggalkan tempat itu.
Setelah enam orang berkumpul menjadi satu, kekuatan merekapun terasa bertambah kuat.
Tang Cuan mulai celingukan kesana kemari dengan harapan bisa menemukan je-jak Cu Siau hong sekalian.
Setelah mereka ber enam berkumpul menjadi satu, kelebihan dua orang pun sudah tidak menjadi soal lagi.
Sayang, dia tidak berhasil menemukan je-jak Cu Siau hong maupun Seng Tiong gak.
Tapi dia masih tetap bersabar diri dan tidak mengajukan pertanyaan apa-apa.
Berbeda dangan Pek Hong, dia tak tahan dan sengaja maju ke depan, serunya:
"Ayah, apakah kalian berjumpa dengan Seng sute dan Siau hong?"
Ketika berada di pintu tadi kami telah bersua, tapi tidak kulihat jejak mereka masuk kemari!"
"Cu siauhiap cerdik dan lihay, aku rasa kita tak perlu menguatirkan keselamatan nya lagi." Kata Tan Tiang kim.
"Locinapwe, apakah kau telah bertemu dengannya?"
"Tidak!"
"Soal ini. . . ?"
"Keponakanku, dikuatirkan juga, malah sebaliknya akan memecahkan konsentrasi-mu, lebih baik kita tak usah memikirkan persoalan itu lagi."
Pek Hong manggut-manggut, katanya kemudian:
"Terima kasih atas petunjuk cianpwe."
"Sebelum datang kemari, pangcu juga telah memperingatkan diriku, ia telah memberi satu petunjuk kepadaku, katanya harap diperhatikan empang ikan leihi!"
"Empang ikan leihi tidak lebih kan sebuah empang yang sangat besar dan luas ?"
"Betul, sepintas lalu memang begitu, empang itu tak lebih hanya sebuah empang yang sangat luas, tapi rahasia apa yang tersimpan dibalik empang tersebut, soal itulah yang tidak diketahui orang luar"
"Apakah Tan cianpwe pernah datang ke kebun raya Ban hoa wan ini?"
"Belum pernah, cuma orang kay pang sering diutus kemari untuk melihat keadaan, sepintas lalu kebun raya ini memang seakan-akan tidak nampak ada sesuatu yang luar biasa, tapi bila kita amati setingkat lebih dalam maka akan diketahui bahwa dibalik kesemuanya itu secara lamat-lamat tersem-bunyi selapis hawa pembunuhan yang sangat mengerikan"
"Apakah Lo pangcu juga mengetahui kalau kebun raya ini ada sesuatu yang tak beres?."
"Benar!" Tan Tiang kim mengangguk, "Lo Pangcu pernah berkunjung satu kali kemari."
''Selama banyak tahun belakangan ini, lo pangcu jarang sekali berkelana dalam dunia persilatan, kapan sih dia pernah berkunjung ke kebun raya ini?" sela Pek Bwee.
"Di dalam dunia persilatan, lo pangcu tak pernah beristirahat, dia sering kali melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, Cuma saja dia selalu menyamar, sehingga tak mungkin ada yang menyangka kalau lo pangcu sebetulnya sering keluar dengan wajah lain..''
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Kalau dibicarakan sesungguhnya memalu-kan sekali, dia orang tua sudah tua, bukan saja tak bisa mengesampingkan tugas berat nya sebagai pangcu, lagipula harus seringkali melakukan perjalanan di dalam dunia per-silatan, pada tiga tahun berselang, dalam suatu rapat yang diselenggarakan para tianglo, baru diketahui kalau lo pangcu kami itu masih seringkali melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, setelah mengetahui kejadian itu semua orang merasa terharu bercampur malu, oleh sebab itu beberapa orang tianglo- sebenarnya sudah mengundur-kan diripun secara sukarela kembali melaporkan diri ke markas dan terjun kembali ke dalam dunia persilatan untuk menegakkan keadilan bagi dunia persilatan..''
"Apakah lo pangcu mempunyai firasat lain sehingga dia sampai mengambil keputusan untuk berbuat demikian ?"
"Sekalipun dia orang tua usianya makin bertambah akan tetapi pikirannya justru bertambah tajam, dia memiliki suatu ketajaman firasat yang melampaui siapapun, dua tahun berselang, kami beberapa orang tianglo sudah menganjurkan kepadanya, agar banyak beristirahat dan tak usah terlampau lelah, tapi sambil menghela napas dia berkata kepada kami, bahwa dalam beberapa tahun mendatang dalam dunia persilatan pasti akan terjadi suatu peristiwa besar, dia berharap bisa berjumpa dengan Cun ciu pit (si pena wasiat). Tapi manusia yang bagaikan naga sakti yang kelihatan kepala tak nampak ekornya ini hanya pernah muncul satu kali pada sepuluh tahun berselang, dikala dia sedang mengumumkan kejadian besar dalam dunia persilatan."
"AAAI, sulit untuk bertemu dengan orang itu. . tukas Pek Bwe sambil menghela napas.
"Tapi kali ini keadaannya berbeda, kami semua pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan dari lo pangcu kami itu." sambung Tan Tiang kim.
Sekali lagi Pek Bwe menghela napas panjang. . ..
"Aku rasa, pekerjaan ini bukan suatu pekerjaan yang terlalu gampang ........"
"Memang tidak gampang, cuma aku pikir si pena wasiat juga manuzia, asal dia adaliah manusia maka kita akan mempunyai kesempatan untuk berjumpa dengannya"
"Dengan jumlah anggota Kay pang yang begitu banyak, seandainya benar-benar ingin mencari jejaknya, aku rasa pekerjaan ini belum pasti merupakan suatu pekerjaan gam-pang, cuma..."
Tan Tiang kim segera tertawa, tukasnya.
"Aku mengerti, dalam hati kecilmu kau pasti tak akan setuju dengan tindakan semacam ini, waktu itu kami sendiripun merasa heran, mengapa lo pangcu ingin mencari orang itu. Dia merupakan tonggak keadilan dari seluruh umat persilatan, kedudukannya jauh diatas pelbagai perguruan dan partai yang ada didunia ini, seandainya berhasil membongkar rahasianya, bukankah hal ini justru akan sangat mempengaruhi kewibawaan pena wasiat dalam dunia persilatan?"
"Betul, lohu juga perpendapat demikian."
"Akan tetapi setelah kudengar penjelasan dari lo pangcu, kami baru merasa bahwa pandangan hidupnya memang jauh melebihi siapapun didunia ini'..
"Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang beberapa tahun belakangan ini suasana dalam dunia persilatan terlampau tenang, kritik pedas dan pengungkapan kelicikan yang dilakukan pena wasiat meski membuat orang ketakutan, tapi bukan berarti telah membawa mereka yang jahat kembali ke jalan yang benar, malahan sebaliknya justru memaksa mereka bertindak lebih berhati-hati, lebih teliti dan memaksa pula mereka yang berniat jahat menyem-bunyikan rencana busuknya itu secara ketat. Selain daripada itu, dia masih memberitahukan kepada kami kalau tenangnya dunia persilatan hanya kelihatan secara sepintas lalu saja, padahal suatu badai dahsyat sudah bersiap-siap memporak porandakan dunia persilatan, sayang mereka takut dengan pena wasiat, maka jejak mereka tak sampai bocor atau meninggalkan tanda bekas, mereka sedang menunggu, menunggu datangnya kesempatan baik, maka tiga tahun setelah kemunculan pena wasiat suatu badai yang mengerikan pasti akan terjadi!"
"Ehmm, memang masuk diakal!" Pek Bwee manggut-manggut.
"Semenjak dua tahun berselang pangcu kami sudah mulai mempersiapkan diri secara baik-baik, adapun tujuan lo pangcu ingin berjumpa dengannya yang paling penting adalah untuk melindungi keselamatan jiwanya"
"Oooh. . . . rupanya begitu!"
"Sekalipun hendak melindunginya, juga tidak seharusnya begitu tergesa-gesa" sela Pek Hong.
"Disinilah justru terletak kelihayan dari lo pangcu"
"Maksudmu?"
'Selama beberapa tahun ini, segenap anggota Kay pang telah memusatkan perhatiannya untuk bekerja, setiap orang hampir semuanya mempunyai jalan pikiran begitu, sekalipun kami selalu bertindak secara rahasia, namun mustahil rahasia ini bisa dipertahankan terus, itu berarti kemungkinan besar tindakan kami akan memaksa kekuatan yang sebenarnya hendak menghadapi pena wasiat itu akan bersitegang dengan kami. Semakin besar tegangan iti terjadi, berarti semakin besar pula kemungkinannya untuk terbongkar semua rahasianya"
"Yaa, betul juga perkataan ini ....."
Tan Tiang kim menghela napas sedih, terusnya. "Terhadap peristiwa berdarah yang menimpa Bu khek bun, meskipun lo pangcu merasa sedih karena kehilangan teman, beliaupun merasa amat menyesal sekali......"
"Kalau sedih karena kehilangan teman" tukas Pek Hong, "hal ini disebabkan lo pangcu sudi memberi muka kepada mendiang suamiku Leng kang, tapi soal menyesal rasanya tidak perlu, sebab apa sangkut pautnya peristiwa ini dengan kay pang?"
"Menurut pendapat pangcu, musibah yang menimpa Bu khek bun kali ini adalah dikarenakan pihak lawan kena terdesak makin hebat sehingga mau tak mau mereka harus mengalihkan siasat ini dengan menimbulkan pelbagai kekacauan disini, agar pihak Kay pang menjadi terpecah perhatiannya dan ikut terombang-ambing kesana kemari"
"Oooh ...."
"Itu menurut pandangan lo pangcu, dia o-rang tua memang selamanya lebih banyak menegur diri sendiri daripada terhadap orang lain"
"Entah bagaimanapun pendapat lo pangcu" kata Pek Hong, "kedatangan Liong Thiang Siang waktu itu, sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang sama sekali diluar dugaan'
Itulah suatu kerja sama yang sangat manis" sela Tan Tiang kim dengan cepat.
'Maksudmu. . . ."
"Justru karena kemunculan Liong Thiang siang merupakan datangnya suatu kesempatan yang baik, maka mereka manfaatkan kesempatan yang sangat langka itu dengan sebaik-baiknya'
"Soal ini, soal ini . . . . "
Tan Tiang kim tertawa sambungnya.
"Jebakan yang mereka persiapkan ini justru telah memberi sesuatu kesempatan yang sangat baik pula untuk kita, sehingga aku bisa berbicara dengan santai . "
"Tan cianpwe, apakah kita tak bisa bercakap-cakap seandainya mereka tidak mempersiapkan jebakan ini?"
Tan Tiang kim tertawa, ujarnya kembali:
"Andaikata kebun raya Ban hoa wan tetap di buka untuk umum, kebun ini pasti penuh dengan pengunjung, otomatis kitapun tak bisa berbincang-bincang dengan bebas seperti ini'
"Lagi pula, seandainya kebun raya ini tetap terbuka seperti sedia kala, dugaan-dugaan kita itu pun tak bisa mendapat bukti nyata"
"Kalau begitu, tindakan mereka ini justru sama artinya dengan membongkar rahasia sendiri'
Tan Tiang kim membenarkan.
"Yaa, kalau berbicara dari situasi sekarang ini, rasanya memang begitulah"

"Tan heng, dengan susah payah mereka telah mengatur kebun raya Ban hoa wan yang biasanya sangat ramai dengan pengun-jung i-tu menjadi demikian tenangnya, aku pikir persiapan yang mereka lakukan pasti sangat berbahaya sekalu" Ucap Pek Bwe.
Tan Tiang kim tertawa.
'Untung saja mereka melakukan persiapan ini sehingga meningkatkan kewaspadaan kita, juga membuat kita merasa yakin kalau meraka memang mempunyai rencana bu-suk"
"Lantas bagaimana caranya kita menghadapi mereka?"
''Tiada cara yang baik untuk menghadapi keadaan ini, sekarang kita sama sekali ti-dak tahu gerakan apakah yang hendak mereka lakukan, hal ini harus ditunggu dulu sampai mereka melakukan suatu tindakan, kita baru pikirkan cara untuk menghadapinya"
"Jadi kita harus menghadapi mengikuti situasi yang sedang dihadapi ?" tanya Pek Hong.
Pek Hong segera celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu ujarnya:
"Tahu begini, kitapun tak usah membuang banyak waktu untuk menyamar lebih dulu sebelum kemari, lebih- lebih tak usah memisahkan diri menjadi beberapa kelompok kecil, coba kalau semuanya bersatu, kekuatan kita pasti akan semakin besar"
"Kau sedang menguatirkan keselamatan dari Siau hong?" tanya Pek Bwee tiba-tiba.
'"Benar! Suasana dalam kebun raya Ban hoa wan begini sunyi sepi tak tampak seorang manusiapun, kita pun tidak melihat mereka masuk ke mari .....'
Sambil tertawa Pek Bwee segera menukas:
"Hong-ji, tentang soal ini tak perlu kau kuatirkan, terhadap Siau hong aku mempu-nyai semacam pandangan yang sangat aneh sekali"
"Pandangan apa?"
"Bocah ini memiliki suatu kekuatan yang sukar diduga sebelumnya, bagaimanapun berbahayanya suatu masalah, dia seakan-akan selalu mempunyai akal untuk mengatasinya!'
''Ayah, bagaimanapun juga dia toh masih kanak-kanak, jangan kau nilai dirinya terIampau tinggi."
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya:
'Sedangkan Tiong gak, diapun belum pernah melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, kedua orang ini, pas..."
"Bagaimana keadaan Seng sau heng, aku si pengemis tua tak berani sembarang berkata" tukas Tang Tiang kim, 'Tapi soal Cu siau hong, kalian tak usah kuatir dan tak usah memikirkan keselamatan jiwanya lagi'
"Maksudmu?"
"Lo pangcu pandai melihat garis muka orang, ia pernah memberitahukan sepatah kata kepadaku!''
"Apa katanya? '
"Dia bilang Cu Siau hong selain seorang manusia berbakat aneh dari perguruan kalian, diapun akan menjadi kembang anehnya dunia persilatan yang tiada taranya sepanjang sejarah dunia persilatan.'
"Kalau begitu mendiang suamiku benar-benar adalah seorang manusia yang pandai melihat orang" sambung Pek Hong.
"Benar! Tiong Buncu telah menarik Cu kongcu dari seorang anak sekolahan menjadi jago dunia persilatan, sesungguhnya tindakan ini benar-benar merupakan suatu tin-dakan yang luar biasa sekali"
Pek Hong menundukkan kepalanya dan tidak berbicara lagi.
Sedangkan Tan Tiang kim segera berkata:
"Hian titli, apakah aku si pengemis tua telah salah berbicara?"
"Tidak, aku jadi teringat dengan Leng kang, seandainya dia masih hidup didunia ini dan mendengar perkataan dari lo pangcu, entah bagaimanakah gembiranya dia"
"Nak, urusan yang sudah lewat biarkanlah lewat" hibur Pek Bwee, "kau harus dapat memendam kesedihanmu, persoalan paling penting yang haruns kita lakukan sekarang adalah menemukan It ki, mempertahankan keturunan dari keluarga Tiong yang cuma satu-satunya itu, kemudian membalaskan dendam bagi kematian Leng kang"
Pek Hong menghela napas sedih.
' Aku mengerti!" katanya.
-ooo0ooo-
BAGIAN 20
HIAN TITLI tak usah murung atau kuatir", kembali Tan Tiang kim berkata, 'kesedihan lo panpcu atas terjadinya peristiwa ini sedikit-pun tidak berada dibawah kesedihanmu, aku sendiripun telah menganggap kejadian ini menjadi semacam tugas, aku si pengemis tua mengucapkan sepatah kato lagi yang sepantasnya tak boleh kukatakan sekarang, pihak Kay pang telah mengerahkan ba-nyak orang, kebun raya Ban hoa wan sudah berada dalam pengepungan dan pengawasan yang ke-tat dari jago-jago Kay pang, asal It ki berada di sini, aku tidak percaya mereka masih bisa menggondol pergi kawanannya itu hari ini"
Cepat Pek Hong menyeka air mata yang mem-basahi wajahnya, kemudian sambil tersenyum ujarnya.
"Tan lo cianpwe, aku benar-benar merasa amat terharu dan berterima kasih"
''Tak usah berterima kasih, partai kami dan partai Pay kau telah mengirim banyak sekali anggotanya kemari. . . ."
"Tan cianpwe" kata Pek Hong lagi, "Kaucu dari Pay kau itu belum pernah berjumpa dengan Leng kang, tapi sekarang mereka sudah mengerahkan banyak jago untuk membantu kami, apakah perlu bagiku untuk mengucapkan terima kasih kepadanya?"
"Tidak perlu, mereka berbuat demikian karena maksud hati mereka yang baik, jika sekarang kau mengucapkan terima kasih kepadanya, malahan bisa jadi mereka merasa tak tenteram"
"Maksud hati harus disampaikan, adat istiadat juga musti dijalankan . . ."
"Aku lihat lebih baik kau jangan melakukan apa-apa dulu sekarang, tunggulah beberapa saat lagi"
"Hong ji, ucapan emeak Tan memang sangat tepat" kata Pek Bwe, "aku rasa Pay kau belum pernah menghubungi kita secara langsung"
"Soal ini . . ." sela Pek Hong, aku sendiripun merasa heran, kenapa mereka tak pernah mengadakan kontak dengan kita?".
"Aku rasa pertama kuatir menimbulkan kesasahan paham dengan Kay pang sehingga menga-kibatken keadaan yang serba tak enak, kedua mereka sudah mempunyai rencana sendiri, maka mereka tidak berniat untuk menghubungi kita"
"Oooh.....' baiklah, kalau begitu Hong ji akan turut perintah!"
Dalam pada itu Kui meh Ong Peng telah ber-jalan mendekat sembari berseru.
"Lapor tianglo, kita, sudah sampai diempang ikan leihi".
Padahal sekalipun Ong Peng tidak datang melapor, Pek Hong juga sudah tahu kalau mereka telah tiba dlempang tersebut"

Itulah sebuah empang besar yang luasnya mencapai puluhan hektar, air empang berwarna hijau dan kelihatan tenang.
Disekeliling empang penuh tumbuh pohon liu yang rimbun dan nyaman.
Waktu itu adalah permulaan musim semi, pohon liu baru saja tumbuh, suasana amat nyaman dan menimbulkan perassan tenang bagi siapapun yang berkunjung kesana.
Sebenarnya pemandangan alam yang terbentang disana merupakan suatu pemandangan alam yang indah menawan, tapi dalam keadaan seperti ini berhubung Pek Bwe sekalian menaruh kewaspadaan yang tinggi, maka tanpa terasa timbul suatu suatu suasana tegang yang aneh sekali.
Ketika berada lebih kurang satu kaki dari empang ikan leihi, mendadak Tan Tiang kim berhenti seraya berkata:
"Ong Peng, kemarilah kau!."
Agaknya Ong Peng sangat menaruh hormat kepada Tan Tiang kim, sambil menghampiri nya dia bertanya:
'Ada apa tianglo?"
"Kau pernah datang kemari?"
"Yaa benar, tecu pernah kemari!'
"Sebenarnya ancaman bahaya apakah yang terdapat dalam empang ikan leihi ini?`
'Tidak tahu, dikala kebun raya terbuka untuk umum, tempat ini selain penuh dengan lautan manusia yang mengitari empang sambil menonton ikan leihi"
'Kau pernah melihat?'.
"Pernah, dalam empang ini terdapat ikan leihi dalam jumlah yang sangat banyak, -konon malah ada beberapa ekor diantaranya yang besar seka!i, tiap hari hanya muncul sekali, cuma sayang waktunya tidak menentu, kecuali kalau seseorang menjaga terus ditempat ini sepanjang hari, itupun kadangkala belum tentu berhasil melihat apa-apa"
'Ehmm! Inilah sebuah titik kelemahan yang sangat mencurigakan!"
"Harap tianglo suka memberi petunjuk!'
"Coba kalian bayangkan, seandainya di dalam empang in terdapat ikan leihi yang sangat besar, mengapa dia hanya muncul diatas permukaan air, mengapa secara teratur dan akan muncul sehari satu kali?"
"Betul! Tecu bodoh dan tak bisa berpikir sampai kesitu!"
"Kau sudah pernah melihat ikan leihi raksasa?."
Sambil tertawa getir Ong Peng segera menggeleng.
"Belum, tempo hari aku sudah menunggu hampir dua jam lamanya ditempat ini, tapi tiada sesuatu apapun yang berhasil kulihat cuma dari mulut orang lain tecu mendapat tahu bahwa didalam empang ini benar-benar terdapat beberapa ekor ikan leihi raksasa, seluruh tubuhnya berwarna kuning emas dan memancarkan sinar yang berkilauan"
''Yang dimaksudkan sebagai ikan raksasa itu sampai berapa besarnya?"
"Satu dua kaki panjang tubuhnya! Konon sekali terkam seorang manusiapun dapat ditelannya"
"Masa ikan leihi juga dapat makan manusia?"
"Bukan cuma manusia, mereka makan apa saja yaa ikan, yaa orang pokoknya setiap makhluk yang tercebur ke dalam empang itu kemungkinan besar akan mereka telan"
"Belum pernah kudengar ada ikan bisa makan manusia!" kata Pek Hong tiba-tiba.
"Hal ini merupakan titik kelemahan yang ke dua!" seru Tan Tiang kim kemudian.
"Harap kau suka memberi penjelasan yang lebih terperinci"
"Mungkin saja ditengah samudra luas sana benar-benar terdapat ikan yang dapat makan manusia, tapi belum pernah kudengar kalau dalam empangpun terdapat hewan semacam ini, apalagi makan manusia.
'Maksudmu. . . " tanya Pek Bwe.
"Maksudku belum tentu makhluk tersebut adalah ikan, mungkin saja inilah salah sa-tu alat pembunuh yang sengaja dipersiap-kan dalam kebun raya Ban-hoa wan ini ..."
Kemudian sambil berpaling sekejap kearah Ong Peng lanjutnya.
"Selain ikan leihi raksasa itu, dalam em-pang ini masih terdapat apa lagi?"
"Berpuluh-puluh ribu ikan leihi yang be-renang diatas permukaan air, tapi itupun ada waktunya menyelam ke dasar empang, cuma yang pasti dalam empang ini benar-benar terdapat ikan leihi yang tak terhitung jumlahnya "
"Dalam sebuah empang yang besar, dipelihara ikan leihi yang tak terhitung jum-lahnya, mara bahaya macam apakah yang bisa terdapat disana?' kata Pek Hong.
"Ong Peng, apakah ikan leihi dari empang ini bisa dimakan?' tanya Tan Tiang-kim kemudian.
Ong Peng termenung sebentar, kemudian sahutnya:
'Tianglo, sudah kau lihat deretan rumah yang berada diseberang empang tersebut?"
"Yaa, sudah kuliha." .
"Jaraknya terlampau jauh, Tan Tiang kim sendiripun tak lebih hanya menyakikan deretan rumah.
Deretan rumah tersebut adalah tempat yang menjual makanan dan minuman didalam kebun raya Ban hoa wan ini, didalamnnya terdapat sebuah warung yang khusus menjual ikan leihi segar, banyak ikan segar yang dipersiapkan setiap hari, tapi apakah ikan itu berasal dari empang ini atau bukan, aku kurang begitu tahu, cuma ada satu hal yang membuat tecu merasa keheranan"
"Soal apa?'
"Empang ini begitu besar, semestinya ada beberapa sampan disini yang bisa disewa-kan kepada orang untuk berpesiar ke tengah empang tersebut ....."
"Ooooh"
"Tapi anehnya, selain dilarang berpesiar ke tengah empang, dengan sampan, juga tidak diperkenankan memancing disini, bah-kan peraturan tersebut dipegang sangat ketat"
Tan Tiang kim manggut-manggut, katanya:
"Tampaknya mereka takut mengganggu sesuatu, atau mungkin kuatir rahasia empang nya ini ketahuan orang"
"Tan heng!'' kata Pek Bwe kemudian, persoalan ini terasa aneh sekali, bagaimana-pun hebatnya persiapan didalam empang ini asal kita tidak turun ke situ, bukankah percuma saja semua persiapannya itu?"
Tan Tiang kim termenung sebentar kemudian katanya.
"Mari berangkat! Kita datangi tepian empang tersebut dan coba menengok sebenarnya ada apanya disitu, aku rasa persoalan ini tidak akan sedemikian gampangnya."
"Kita mesti mempertinggi kewaspadaan masing-masing dan bertindak hati-hati." Pek Bwe memperingatkan.
Air dalam empang sangat tenang sekali, dibawah timpaan cahaya matahari tampa ada beberapa ekor ikan leihi sedang muncul di atas permukaan air dan sisik ikannya yang menantulkan serentetan cahaya yang menyilaukan mata. . . ."

Sudah lama sekali mereka berdiri di tepi empang akan tetapi tiada sesuatu apapun yang berhasil ditemukan disana.
Tan Tiang kim segera menghembuskan napas panjang, katanya kemudian.
"Pek heng, apakah kau melihat sesuatu?"
"Tidak !"
"Sekalipun kita tak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan tapi aku si pengemis tua mempunyai suatu perasaan yang aneh sekali"
'Perasaan apa ?'
Dibalik ketenangan yang menyelimuti permukaan di empang ini, seakan-akan tersembunvi semacam hawa pembunuhan yang mengerikan sekali."
'Betul, empang ini memang seakan-akan memberikan suatu perasaan yang berbeda di hati manusia"
Ong Peng segera membungkuk dan memungut sebiji batu, kemudian katanya pelan:
"Coba kita buktikan bersama, apa berbedanya antara ikan di dalam empang ini dengan ikan lain?"
Diam-diam hawa murninya disalurkan, kemudian tangan kanannya diayunkan ke depan, dari batu cadas tadi diiringi desingan angin tajam langsung menyambar ke atas tubuh salah seekor ikan leihi tersebut.
Gerak serangannya itu dilakukan sangat cepat dan luar biasa sekali, dalam waktu singkat seekor ikan leihi sudah menggelepar.
Dengan cepat tubuh ikan itu tenggelam ke dalam empang, tapi dengan cepatnya telah mengapung kembali.
Ternyata sambitan batu yang dilancarkan oleh Ong Peng itu telah berhasil membinasa-kan seekor ikan leihi di air.
"Suatu serangan yang hebat !" seru Tang Cuan dengan suara rendah.
Ong Peng tertawa getir, katanya:
"Andaikata tidak berhasil melihat apa-apa, mungkin aku su pengemis kecil bakal mendapat makian."
Air empang yang semula bening dan bersih, dengan cepat muncul noda darah yang menyebar ke mana-mana, darah tersebut berasal dari tubuh ikan leihi yang terbunuh itu.
Ikan tersebut sangat besar dan lagi gemuk sekali, maka darah yang mengalir keluar pun sangat banyak.
Mendadak dari balik ketenangan empang tersebut muncul suatu gelombang yang maha dahsyat, menyusul kemudian sebuah mulut raksasa yang mengerikan muncul dari balik gelombang dahsyat tersebut dan menyambar ikan leihi mati yang terapung diatas permukaan air itu dan segera menelannya ......
Mulut itu besar sekali, dapat terlihat giginya yang tajam dan memancarkan sinar berkilauan.
Permukaan empang segera terjadi goncangan ombak yang mengerikan, beribu-ribu ekor i-kan leihi segera berlarian kesana kemari menyelamatkan diri.
Semacam kemampuan binatang yang sedang ketakutan dan melarikan diri, kabur-nya ikan kembali mengakibatkan terjadinya ge-lombang dahsyat diatas permukaan air.
Pek Bwe dan Tan Tiang kim sampai tertegun dibuatnya menyaksikan adegan tersebut.
Pek Hong, Tang Cuan lebih ternganga lagi sampai-sampai mata mereka terbelalak besar, mulut melongo dan untuk sesaat lama-nya tak tahu apa yang musti dilakukan.
Gelombang dahsyat itu berlangsung kurang lebih sepertanak nasi lamanya, kemudian suasana pelan-pelan menjadi tenang kembali.
Dan akhirnya suasana diatas permukaan empang itu pulih kembali menjadi seperti sedia kala.
Pek Bwe segera menghembuskan napas panjang, katanya:
"Sudah kalian saksikan, makhluk aneh apakah itu?"
"Tidak mirip ikan" kata Tang Cuan, seandainya benar-benar ikan, sudah dapat dipastikan itu sejenis ikan yang aneh sekali"
'Apa lagi yang dapat kau saksikan?" tanya Tan Tiang kim.
"Gelombang air empang menggulung terlampau hebat, tidak berhasil kulihat macam apakah bentuk wujudnya"
''Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh, sudah separuh abad lamanya aku si pengernis tua berkelana dalam dunia persilatan, tapi belum pernah ku jumpai makhluk se aneh itu, sudah pasti makhluk tersebut bukan seekor ikan!"
"Kalau bukan ikan, lantas apa?"
'Sekalipun ikan berada didalam air, tapi sewaktu bergerak tubuhnya sama sekali tidak menimbulkan gelombang sedahsyat itu"
"Jangan-jangan makhluk itu adalah naga?" tanya Pek Bwee
"Kita semua sudah sering mendengar tentang naga, tapi macam apakah wujud naga yang sesungguhnya, belum pernah kujumpai"
"Andaikata didunia ini benar-benar terdapat naga, aku rasa tak nanti makhluk tersebut bakal menyembunyikan diri dalam empang yang begini kecilnya ini"
"Sekarang kita sudah tahu cara untuk memancingnya keluar .....''
"Oooh, bagaimana caranya?"
Dengan amat lirih jawab Tan Tiang kim.
"Pek Hong, tidakkah kau perhatikan, makhluk aneh itu tidak dapat menahan diri begitu mengendus bau darah? Asal darah mengalir dipermukan air, maka dia pasti menampakkan diri"
"Benar!" kata Pek Bwe manggut-manggut.
"Dengan begitu, kitapun sudah mengetahui dengan jelas akan satu hal"
"Maksudmu.......?"
''Ancaman bahaya maut dari empang ini terletak didalam air, asal kita tidak turun ke air maka kita pun tak usah merasa kuatir atau takut dengan ancaman itu''
Mendadak Ong Peng buka suara, pelan-pelan ujarnya.
"Sekarang masih ada satu masalah lagi yang belum bisa terduga, adakah sesuatu cara pun yang mereka miliki untuk memancing kita terjun kedalam air?''
'Yaa, itulah merupakan kunci dati semua persoalan ini."
"Jika ia tak mampu memancing kita turun ke air, maka bagaimanapun hebatnya ancaman bahaya maut dalam air, juga jangan harap bisa melukai kita semua'
'Benar, benar!''
Dengan suara lirih Ciu Heng menyela:
"Sekarang, agaknya bukan saat buat kita untuk mencari jawaban tersebut, asal kita sudah memahami persoalannya, lebih baik berusaha keras untuk menghindarkan diri dari sekitar empang itu toh beres"
"Baik! sekarang kita akan pergi kemana lagi ?"
'Masih ada sebuah kebun burung dan kandang harimau, aku rasa pemandangan kebun raya inipun cuma begitu saja!"

"Secara, tiba-tiba mereka membendung mengalirnya pengunjung yang akan berdatangan ke kebun raya ini" ujar Pek Bwec, hal mana paling tidak menerangkan satu hal, yakni mereka telah bersiap sedia untuk turun tangan terhadap kita, hanya belurn bisa ditentukan dimanakah mereka akan turun tangan?" .
Dalam kebun raya Ban hoa wan konon cuma ada dua tempat yang paling berbahaya, ujar Pek Hong, satu adalah empang ikan leihi dan yang lain adalah kandang macan, se-karang terbukti kalau mereka tidak turun tangan di empang ikan leihi, itu berarti se-rangan mungkin akan dilancarkan dikandang macan."
"Baiklah! Mari kita tinjau dulu keadaan dalam kandang macan tersebut ....." kata Tan Tiang kim kemudian.
Ong Peng segera membalikkan badan dan berjalan lebih dulu sebagai penunjuk jalan.
"Coba kau lihat, sekarang kita sudah menantang mereka secara terang-terangan, agaknya kitapun tak perlu untuk merisaukan hal-hal yang lain lagi" kata Pek Bwe.
"Yaa seandainya mereka sudah memper-siapkan pembunuh-pembunuhnya diseki-tar tempat ini, itu berarti semua gerak gerik kita telah diketahi mereka dengan sangat jelas sekali'
"Benar!"
"Bila mereka hendak mencarimu, tak usah kita mencari merekapun mereka bakal muncul sendiri, sebaliknya jika mereka tak ingin berjumpa denganmu, sekalipun kau mencarinya juga, belum tentu akan ketemu"
"Setelah Tan heng menyinggung soal ini, aku jadi teringat kembali akan satu hal, dalam kebun raya ini tampaknya selain bebe-rapa orang yang kita jumpai didepan pintu gerbang tadi, tak seorang manusiapun yang kita jumpai lagi dalam kebun raya ini"
"Aku rasa mereka pasti memiliki tempat persembunyian yang sangat rahasia letaknya dan kini sedang mengawasi gerak-gerik kita secara diam-diam, tapi kita toh sudah berada disarang macan, rasanya soal-soal sema-cam itu tak perlu dibongkar lagi"
''Maksudmu kita tunggu saja sampai me-reka turun tangan lebih dahulu .. ?" tanya Pek Bwee.
"Yaa, agaknya cuma cara ini yang bisa kita pergunakan untuk menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi'.'
Tapi anehnya kenapa sampat sekarang belum nampak juga Seng Tiong gak dan Siau hong? Kemana mereka telah pergi? seru Pek Hong dengan perasaan cemas.
Sementara itu Pek Bwee juga merasa agak gelisah, katanya pula:
"Betul! Andaikata kedua orarg bocah ini sudah masuk ke dalam kebun raya Ban hoa -wan, sudah seharusnya berjumpa muka de-ngan kita semua...!"
"Kalian berdua tak usah kuatir". hibur Tan Tiang kim, "aku jamin Cu kongcu pasti tak akan mengalami sesuatu kejadian apapun."
Atas dasar apa kau berani berkata begitu? tanya Pek Hong. .
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Selama ini Kay pang bisa bertahan terus di-dalam dunia persilatan, meski kadang kala jaya kadang kala lemah tapi mampu bertahan terus tanpa ada putusnya tentu saja memiliki keistimewaan yang lain daripada yang lain, terutama sekali mengenai kemampuan menilai orang, aku yakin kemampuan kami ini sama sekali tidak berada dibawah kemampaan orang lain ... ..."
"Maksudmu, kita semua sudah berada dibawah pengawasan Kay pang ?"
"Kali ini pasukan Kay-pang dipimpin langsung oleh pangcu, meski tak bisa dikatakan segenap inti kekuatan Kay pang diikut sertakan, paling tidak semua yang dikirim kemari adalah jago-jago pilihan yang bisa di andalkan"
"Tapi apa sangkut pautnya hal ini dengan hilangnya Siau hong dan Tiong gak?"
"Besar sekali sangkut pautnya, kita sekarang berada dibawah pengawasan orang-orang Kay pang, Siau hong dan Tiong gak juga berada dibawah pengawasan orang Kay pang, andaikata mereka sampai terjadi sesuatu maka sedari tadi anak murid Kay pang sudah melepaskan tanda bahaya"
"Ooooh. . . !"
Sementara pembicaraan berlangsung, sampailah mereka didepan sebuah bangunan gedung.
Gedung itu didirikan ditengah kerumu-nan aneka bunga yang sangat indah, suatu bangunan rumah yang mungil tapi indah dan mempersonakan sekali...
Sepasang pintu gerbangnya tertutup rapat sekali.
Dengan suara lirih Ong Peng lantas berbisik.
''Ta tianglo, gedung ini adalah tempat tinggal dari pemilik kebun raya Ban hoa wan!"
"Aku kenal dengan dia!' kata Pek Bwee.
''Perlu tidak kita ketuk pintu sambil melihat keadaan?" tanya Tan Tiang kim sambil tertawa.
"Untuk melihat keadaan rasanya juga boleh..."
'Ong Peng, Coba kau mengetuk pintu, tapi mesti berhati-hati!"
Ong Peng mengiakan, dengan langkah lebar dia lantas maju ke depan dan mengetuk pintu. .
Diluar dugaan, ternyata ada orang yang berdiam didalam rumah gedung tersebut.
Baru saja pintu diketuk, dengan cepat pintu itu dibuka orang, kemudian muncullah seorang nyonya setengah umur yang perlente dan barparas muka cantik.
Ong Peng menjadi tertegun, lalu menyapa.
"Tolong tanya hujin, apakah pemilik kebun raya Ban hoa wan ada disini .?"
"Siapakah kau? Ada urusan apa?'
"Ada orang ingin bertanya dengannya!"
"Siapa? Sekarang orangnya ada dimana?'
"Tepat berada didepan hujin!" sela Pet Bwe tiba-tiba.
"Tolong tanya siapa namamu?" 'tegur nona berbaju perlente itu dengan suara dingin.
"Aku she Pek, bernama Pek Bwe"
Dengan cepat nyonya berbaju perlente itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak kenal, mungkin kalian salah mencari orang"
Pek Bwe segera maju selangkah dan menjulurkan kaki kanannya kedalam pintu, kemudian katanya lagi.
"Tunggu sebentar, benarkah tempat ini adalahr tempat tinggal pemilik kebun raya Ban hoa wan?"
Paras muka nyonya perlente itu berubah hebat, serunya dengan suara dingin.
"Kalian adalah perampok!''
"Hujin, kau tidak usah berlagak pilon lagi.
"Aku. . ."
"Sudah jelas hujin memiliki ilmu silat yang hebat, buat apa masih berlagak terus" tukas Pek Bwe.
'Sedari kapan aku memberitahukan kepa-damu kalau aku tidak pandai bersilat?"

Tangan kanannya diayunkan, mendadak toya besi menyambar kebawah dengan ke-cepatan luar biasa.
Menghadapi ancaman tersebut, terpaksa Pek Bwee harus menarik kakinya sambil melompat mundur.
Begitu Pek Bwee dipaksa keluar dari pintu, "Blaam! ' pintu rumah dibanting keras--keras.
Pek Bwe menjadi marah sekali, segera bentaknya:
"Bagus sekali! Terhadap teman lama yang sudah berpuluh-puluh tahun bersahabatpun kau berlagak tidak kenal, kalau memang kau tidak tahu budi lebih dulu, jangan salahkan kalau akupun tak akan setia kawan"
Suasana dalam gedung itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Tapi dari dalam dinding pekarangan segera dilemparkan keluar sebuah papan nama yang bertuliskan:
"BARANG SIAPA BERANI MASUK, MATI !"
Melihat tulisan tersebut, Pek Bwee tertawa terbahak-bahak.
"Haahh....haaahh....haahh....sobat lama, kita sama-sama sudah tahu sampai dimanakah taraf kepandaian yang dimiliki masing-masing, ingin aku lihat dengan cara apakah kau hendak membunuh diriku.
Sambil menarit napas ia bersiap sedia menerjang masuk lewat dinding pekarangan.
"Berhenti!" Tan Tiang-kim segera berteriak keras.
Pek Bwee tertawa.
"Kau ......"
"Gelagatnya tidak beres", tukas Tan Tiang kim.
"Apanya yang tidak beres?"
Tidakkah kau lihat tanda tangan di atas papan nama tersebut.
"Tidak! Aku hanya membaca tulisan o-rang siapa berani masuk mati"
"Coba kau lihat diatas papan nama itu terdapat telapak tangan berjari enam"
'Telapak tangan berjari enam? Apa arti dari lambang itu?"
Itulah perlambang dari Lak ci sin-mo (iblis sakti berjari enam) atau dengan perkataan lain iblis tersebut berdiam di dalam gedung bangunan tersebut."
"Masa Lak ci sin mo si gembong iblis tua itu masih belum mampus?"
"Tanda enam jari tersebut telah menerangkan dengan jelas bahwa dia berdiam disana."
"0ooh . .."
'Coba bayangkan, apakah kita perlu menengok ke dalam?"
"Sudah jelas pemilik kebun raya Ban hoa-wan ini adalah It tiap hui cun (satu resep sembuh kembali), mengapa secara tiba-tiba bisa berubah menjadi Lak ci sin mo?..
''Soal ini aku si pengemis tua kurang jelas, mari kita masuk untuk melihat keadaan! Akan kulindungi dirimu dari belakang"
"Baik! Mari kitamasuk!"
"Kau masuklah lebih dulu!" kata Tan Tiang kim sambil tertawa.
Pek Bwee manggut-manggut, dia lantas menghampiri pintu itu dan melancarkan se-buah pukulan dahsyat ke atas pintu gerbang tersebut.
"Blaaamm....!"' suatu hentakan keras menggelegar memecahkan keheningan, menyusul kemudian pintu itupun terpentang lebar.
Pelan-pelan Pek Bwee melangkah masuk ke dalam.
Tan Tiang kim berpaling memandang sekejap ke arah Pek Hong lalu katanya:
Kalian berjaga-jaga disini, tak usah turut masuk."
Pek Hong mengangguk.
"Tan cianpwe, jika sampai terjadi pertarungan, harap memberi khabar kepada kami, serunya.
Dalam pada itu Pek Bwe sudah masuk ke dalam sebuah gedung kecil, tampak seorang kakek berbaju putih sedang berdiri sambil bergendong tangan disana.
Dengan kening berkerut Pek Bwee lantas berseru:
"Apakah kau adalah pemilik kebun raya Ban hoa wan?"
"Siapa pula kau?" kakek berbaju putih itu balik bertanya.
"Lohu adalah Pek Bwee!"
''Apakah To-heng siu (kakek yang berja-lan sendiri)`
"Betul, apakah kau adalah It tiap hui can?"
"Apakah kau tidak melihat tanda yang lohu pancangkan didepan rumah itu..!"
Lak ci sin mo?
Pek Bwe, kau tidak seharusnya masuk kemari, sebab selama lohu mempunyai peraturan yang
ketat serta disiplin yang keras.
"Maksudmu, barang siapa berani melanggar peringatanmu maka kau akan membunuhnya?"
"Betul, Pek Bwe kau hendak menyerahkan diri? Ataukah memaksa lohu untuk turun tangan?"
Jawab Pek Bwe sambil tertawa.
"Sudah lama kudengar orang berkata bahwa ilmu pukulan Im hong ciang yang kau miliki luar biasa hebatnya, sungguh beruntung lohu menda-pat kesempatan untuk mnerima petunjuk darimu hari ini!"
Selama tiga puluh tahun terakhir ini belum pernah ada orang yang berhasil meloloskan diri da-ri serangan Im hong ciang ku itu dalam keadaan selamat", ujar Lak ci sin mo dengan suara dingin.
"Tapi sungguh tidak beruntung, kau telah bertemu denganku"
"Baik! Sambutlah tiga buah seranganku lebih dulu!"
"Tak usah sungkan-sungkan, silahkan saja untuk turun tangan!"
Pelan-pelan Lak ci sin mo mengayunkan tela-pak tangan kanannya di tengah udara, kemudian katanya.
"Hati-hati saudara!"
Pek Bwe menarik napas panjang-panjang, segenap tenaga dalam yang dimilikinya di himpun menjadi satu, kemudian ujarnya dingin:
"Silahkan turun tangan!"
Mendadak Tan Tiang kim munculkan diri dengan langkah cepat, serunya sambil tertawa:
"Lak ci sin mo sungguh tak kusangka kita akan bersua kembali didalam kebun raya Ban hoa wan ini"
"Pengemis tua, itulah yang dinamakan sempit dunia ini bagi orang yang bermusuhan!"
Tan Tiang kim tertawa, katanya lagi.
"Tempo hari dengan kemampuanku seorangpun kau tak mampu melukai diriku dengan pukulan Im hong ciang itu, apalagi sekarang kami berdua, memangnya kau sanggup berbuat banyak?"
"Selama banyak tahun belakangan ini, kekuatan Im hong ciang yang lohu yakinkan sudah tidak se-perti dahulu lagi"

"Iblis tua kau tak lebih cuma mengandalkan ilmu Im hong ciang untuk melukai orang, tapi kau harus tahu, sepuluh tahun berselang kau tak sanggup melukaiku, sepuluh tahun kemudian kau juga tak akan mampu melukai diriku"
Lak ci sin mo tertawa keras, serunya.
"Hei pengemis tua, apakah kau ingin mencoba!'
"Setelah aku si pengemis tua berani datang ke mari, tentu saja soal mana tak terpikirkan olehku, cuma aku hendak memberitahukan dirimu lebih dulu, jika pukulanmu tak mampu melukai aku si pengemis tua, maka akupun akan melancarkan serangan balasan dengan sepenuh tenaga"
"Masih ada aku" sambung Pek Bwe, "tak ada salahnya kau si iblis tua boleh rasakan juga kehe-batanku"
Tan Tiang kim segera menggeserkan badannya membentuk posisi mengepung bersama Pek Bwe, lalu katanya.
"lblis tua sekarang boleh turun tangan!"
Pelan-pelan Lak ci sin mo mengayunkan telapak tangan kanannya, mendadak secepat sambaran kilat dia lancarkan sebuah pukulan ke arah Pek Bwee.
Semenjak tadi Pek Bwee telah menghimpun tenaganya sambil bersiap sedia, melihat datangnya pukulan itu, dia bersikap seakan-akan hendak menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
Akan tetapi, begitu serangan dari Lak ci sin mo sudah hampir mengenai tubuhnya, tiba-tiba Pek Bwe mengigos ke samping dan menghindarkan diri dari datangnya ancaman tersebut.
Dalam saat bersamaan, Tan Tiang kim segera melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Sekalipun Pek Bwee telah berkelit denagn gerakan yang cukup cepat, tapi tak urung dia merasakan juga ada segulung tenaga pukulan yang sangat dingin berhembus lewat dari sisi tubuhnya dan mengibarkan ujung bajunya itu.
Ia dapat merasakan bahwa pukulan tersebut membawa angin serangan yang dingin dan merasuk tubuh.
Sementara itu serangan dari Tan Tiang kim telah meluncur tiba, serangan yang sangat kuat itu memaksa Lak ci sin mo harus mundur selangkah ke belakang.
Sambil membalikkan badan, Lak ci sin mo segera mengayunkan telapak tangan kanannya.
Kali ini serangan tersebut dilancarkan ke arah Tan Tiang kim.
Agaknya Tan Tiang kim sama sekali tidak gentar menghadapi ancaman pukulan Im hong ciang tersebut, dengan cepat dia mengayunkan juga tangan kanannya untuk menyambut datangnya ancaman itu.
Ternyata pukulan udara kosong yang dimiliki Tan Tiang kim telah mencapai puncak kesempurnaan, tenaga pukulan yang disertakan dalam setiap serangan sangat kuat an besar, begiut pukulan dilepaskan maka angin serangan Im hong ciang yang dilancarkan Lak ci sin mo itu segera terbendung balik.
Tan Tiang kim segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahh. . . bagaimana ? Walaupun selama banyak tahun belakangan ini tanpa pukulan Im hong ciang mu itu sudah mendapat kemajuan yang pesat, tapi aku si pengemis tua tidak menganggur saja"
"Ilmu pukulan Im hong ciang memang amat lihay" kata Pak Bwe pula, "Siapa terkena puku-lan tentu mampus, tapi itu baru berhasil bila angin pukulannya bersarang telak ditubuh sasarannya, bila ingin pukulan Im hong ciang tidak mengenai sasarannya, aku rasa itu mah belum cukup merupakan suatu ancaman"
"Iblis tua, bila Im hong ciang milikmu itu tak sanggup dikembangkan lagi, maka keadaan tersebut ibaratnya Sun Go khong kehilangan tongkat Kim kong pang, jika ingin mengandalkan kepandaian silat yang kau miliki itu untuk merobohkan kami berdua, rasanya dihati kecilmu pasti sudah ada perhitungannya bukan?"
"Kalian hendak menggertak lohu?"
"Tak bisa dikatakan sebagai suatu gertakan, aku si pengemis tua hanya berbicara sejujurnya"
Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya.
"Yang tidak kupahami adalah mengapa kau si iblis tua bisa sampai dikebun raya ini?'
Kau benar-benar tidak tahu? Ataukah sudah tahu pura-pura bertanya "
"Jika aku si pengemis tua sudah tahu, buat apa masih banyak berbicara lagi?"
Lak ci sin mo termenung sebentar, lalu jawabnya.
"Kalau memang kau bertanya dengan sungguh hati maka akupun akan menjawab dengan sejujurnya"
"Aku siap mendengarkan penjelasanmu itu.
Lohu bukan orang yang berdiam disini, aku bisa berada disini karena aku sedang disekap di tempat ini.
"Kau disekap disini? Hei iblis tua, kau bukan sedang bergurau bukan ?"
Lak ci sin mo segera mendengus dingin.
"Hmmm! Kau anggap gurauan semacam ini menarik bagiku? Apakah lohu sengaja hendak mencoreng mukaku dengan tinta bak?"
"Aku si pengemis tua menjadi bertambah heran, aku lihat kau si iblis tua masih utuh kaki tanganmu, ilmu silatpun tidak punah, siapa yang telah menyekapmu ditempat ini?"
"Soal itu adalah soal pribadiku sendiri, agaknya tidak perlu kubicarakan terlalu jelas denganmu."
Iblis tua aku si pengemis bertanya dengan sungguh hati, siapa tahu aku bisa membantu dirimu.
"Kau bisa membantu? bagaimana mungkin aku bisa mempercayai dirimu?"
"Iblis tua, kamipun tak usah membohongi kau dan lagi kau sudah memperoleh bukti bahwa Im hong ciang milikmu itu masih belum mampu untuk melukai kami, mau mundur kami bisa pergi, mau maju kami bisa menyerang, sesungguhnya tak perlu kami bicarakan pertukaran dengan syarat dengan dirimu bukan?"
"Aaai. . .! Padahal sekalipun kuberitahukan kepadamu juga tak ada guannya!"
"Cobalah katakan, mungkin kami masih bisa memberikan jasa baik untukmu. . . ."
"Baik! Lohu akan menceritakan kepada kalian!"
"Kami akan mendengarkan baik-baik!"
"Kau tentunya tahu bukan, sehebat-hebatnya seorang enghiong, keluarga lebih diutamakan?"
"Apakah keluargamu ada persoalan?" tanya Tan Tiang kim dengan perasaan tercengang.
"Kesalahan paling besar yang pernah kulakukan sepanjang hidupku adalah punya istri, lebih besar kesalahan ini setelah punya seorang putra dan seorang putri"
Setelah berhenti sejenak, terusnya.
"Tentunya kau juga tahu bukan, cinta kasih orang tua terhadap anaknya adalah paling mulia?"

"Sepanjang hidup aku si pengemis tua tak pernah berkeluarga, soal ini tidak begitu kupahami!"
"Lohu bisa rela berdiam disini meski ilmu silatku tidak punah adalah dikarenakan anak istriku telah ditahan oleh mereka sebagai sandera, aku harus berusaha keras untuk melindungi keselamatan jiwa mereka."
"Hei Iblis tua! Tidak sedikit jago persilatan yang mati diujung pukulan Im hong ciangmu, masa kau juga memikirkan keselamatan anak binimu?" seru Tan Tiang kim.
"Itu mah berbeda, mereka. . . ."
Sambil tertawa Pek Bwee segera menukas.
"Tan heng, walaupun perangai iblis tua ini rada aneh dan suka menyendiri, tapi dia tidak lebih cuma berada dalam kedudukan antara golongan lurus dan sesat, betul banyak yang mampus di tangannya, tapi orang yang dibunuh kebanyakan bukan orang baik-baik."
Lak ci sin mo segera menghela napas panjang.
"Aaaai, sekarang lohu harus menerima pembalasan yang setimpal"
"Pembalasan apa?''
"Anak istriku disandera orang, sedang aku dipaksa untuk menjaga gedung ini .....'..
Dengan menyandera anak istrimu, apa mereka hanya memberi jabatan seringan ini kepadamu?" sela Tan Tiang kim.
'Hmm...... jangan kau anggap tugas ini ringan, lohu selain diwajibkan menjaga gedung ini, aku-pun diperintahkan untuk membunuh setiap orang yang berani memasuki tempat ini"
'Sudah berapa orang yang kau bunuh ditempat ini'
"Baru pertama kali ini kujumpai kalian"
"Lantas sudah berapa hari kau sampai disini?" tanya Pek Bwe.
"Tiga hari."
"Kau baru datang selama tiga hari?"
'Lohu tak boleh meninggalkan gedung ini ba-rang selangkahpun, tapi orang lainpun dilarang masuk kemari"
"Tapi bukankak kami sudah masuk kemari?"
''Tugas yang lohu peroleh adalah orang boleh masul dalam keadaan hidup, tapi ia jangan harap bisa keluar dalam keadaan hi-dup"
"Hei iblis tua, siapa yang telah menyandera anak istrimu?" seru Tan Tiang kim..
"Jika lohu tahu orangnya, sudah dari dulu dulu aku mencarinya untuk berduel"
Tan Tiang kim menghela napas panjang.
'Hei iblis tua, paling tidak tentunya kau tahu bukan siapa yang menyuruhmu datang kemari?"
Dengan cepat Lak ci sin mo menggeleng-kan kepalanya, sambil tertawa getir ia ber-kata:
"Perintah itu datangnya lewat sepucuk surat.. ."
"Sepucuk surat...? ' seru Tan Tiang Kim a-gak tertegun.
' Benar! Surat itu dibuat dengan tulisan ta-ngan istriku, hanya sekilas pandangan saja aku telah mengenalinya"
"Jadi berbicara sekian lama, rupanya kau telah diperalat orang tanpa kau sendiri mengetahui siapakah orang itu?"
"walaupun lohu tidak tahu siapakah orang itu? Tapi aku yakin orang itu sudah pasti ada hubungannya dengan kebun raya Ban hoa wan.
'Betul, iblis tua kamipun dipancing orang untuk memasuki kebun raya Ban hoa wan, bagaimana? Perlu tidak bagi kita untuk bekerja sama?"
"Kerja sama bagaimana ?"
"Bertindak bersama kami, besar kemungkinan kau bisa berjumpa dengan orang yang menyandera anak istrimu itu?"
"Tidak bisa, lohu tak dapat menyertempet mara bahaya ini."
Mendengar jawaban tersebut Tan Tiang kim segera tertawa dingin.
"Heeehhh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . kalaupun merasa takut begitu bagaimana mungkin anak istrimu bisa ditemukan?" katanya.
"Bila lohu ikut dirimu dan seandainya anak biniku sampai mati terbunuh, bagaimana mungkin aku bisa menanggung resikonya."
"Hei iblis tua, bila mereka hendak membunuh anak istrimu, mereka sudah mempunyai alasan yang kuat untuk membinasakannya"
"Kenapa ?"
"Sebab kami sudah memasuki gedung ini dan lagi belum mati, tentunya kau sendiri juga mengerti, sekalipun kau hendak menyerang kami dengan sepenuh tenaga, belum tentu sanggup untuk menangkan aku si pengemis tua. . . . ?"
"Memangnya kau dapat menangkan lohu?`' Lak ci sin mo balik bertanya sambil tertawa dingin.
"Itu sih tidak, kita setali tiga uang, siapapun tak mampu menenangkan yang lain"
"Itu mah kurang lebih" ejek Lak ci sin mo sambil tertawa dingin.
"Seandainya ditambah dengan Pek Bwe seorang maka kemungkinan kami untuk menang menjadi bertambah besar dan jelas"
Lak ci sin mo menghembuskan napas panjang, katanya kemudian:
"Oleb sebab itu, kalian telah mencelakai diri-ku !"
"lblis tua, urusan sudah menjadi begini, apakah kau belum juga sadar apakah..."
Lak ci sin mo menjadi gusar sekali, tukasnya.
"Kau si pengemis tua tak pernah kawin dan hidup membujang sepanjang masa, tentu saja kau tak akan tahu bagaimana rasanya punya anak bini"
"Yaa, jika kau tidak percaya dengan perkataan aku sipengemis tua, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi", kata Tan Tiang kim sambil tertawa lebar, ''orang persilatan ada peraturan, tidak mengusik perempuan, tidak mengganggu yang lemah, mereka bukan cuma menindas binimu saja, juga menculik putra-putrimu, manusia semacam ini apakah masih dapat dipercaya?..
Lak-ci sin-mo menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Perduli apa saja yang kau ucapkan, lohu tak dapat mempercayai perkataanmu itu" katanya.
"Iblis tua kau toh kan masih belum sadar juga, lebih baik kita berpisah sampai disini saja"
"Kalian mau pergi..'
"Kalan tidak, memangnya kami hendak bertarung dulu denganmu?" sambung Pek Bwee.
Lak ci sin mo menghembuskan napas panjang.
"Aaaai...! Kepergian kalian ini bukan sama artinya dengan mencelakai anak istri ku?'
"Yaa, apa boleh buat lagi? Tak ada salahnya kau pikirkan persoalan ini pelan-pelan, bila sudah mendapatkan jawabannya, keluarlah dari sini, dan carilah kami..`
Setelah berjalan dua langkah, mendadak ia berpaling sambil katanya lagi:
"Hei, iblis tua! Apakah cuma kau seorang yang berada di dalam gedung ini?"
"Benar, cuma aku seorang!"

Pek Bwe tidak banyak berbicara lagi, de-ngan langkah lebar dia berlalu dari situ.
Tan Tiang kim mengikuti dari belakangnya dan sekalian menutup pintu rumah, setelah itu katanya:
"Pek heng, apakah kau berhasil melihat sesuatu?"
"Agaknya mereka sudah melakukan per-siapan yang cukup matang. Lak ci sin mo tidak lebih hanya langkah catur pertama yang dipersiapkan"
"Betul! Agaknya dalam serangan tadi, si gembong iblis tua itu belum menyerang dengan sepenuh tenaga.."
"Tapi kenapa?" sela Pek Bwe.
"Mungkin belum sampai waktunya untuk beradu jiwa"
"Yaa, paling tidak dia juga mengerti bahwa dia masih bukan tandingan dari kita berdua"
"Tapi jika dia ditambah dengan beberapa orang lagi, maka dengan cepat mereka akan menjadi musuh tangguh kita"
"Jadi kalau begitu kita seharusnya merobohkan dia, atau paling tidak memunahkan ilmu silatnya"
"Aaai....! Seandainya kedudukan kita berba-likan, Lak ci sin mo sudah pasti mampus sedari tadi"
Sembari bercakap-cakap kedua orang itu me-lanjutkan langkahnya kedepan.
Pek Hong sekalian segera mengikuti di bela-kang Tan Tiang kim berdua, mereka cuma men-dengarkan pembicaraan itu dengan tenang, tak seorangpun yang turut menimbrung atau banyak bertanya.
Terdengar Pek Bwe berkata lagi.
"Hei pengemis tua, aku rasa makin dipikir keadaan semakin tidak beres, masa dalam gedung itu hanya ada Lak ci sin mo seorang?"
"Menurut pendapatmu masih ada siapa lagi?"
"In tiap hui cun!"
"Apakah orang itu adalah It tiap hui cun atau bukau, aku tidak tahu, tapi memang tak bakal salah lagi jika dalam gedung itu masih terdapat orang lain"
"Apakah sedari tadi kau sudah tahu?"
'Yaa, aku sudah tahu sedari tadi"
"Kenapa tidak kau katakan?
"Dikatakan pun apa gunanya?"
"Semestinya kita harus masuk untuk melakukan penggeledahan, siapa tahu kalau It tiap hui cun bisa ditemukan?"
"Sekalipun bisa ditemukan apalagi gunanya? Mereka punya sepuluh macam siasat, kita punya rencana matang, menanti mereka sudah tiba saatnya untuk muncul sendiri, sekarang aku rass tak perlu menggebuk rumput mengejutkan ular"
'Hei pengemis tua, agaknya kau mempunyai rencana yang matang dalam hatimu?"
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap ke arahnya, lalu jawabnya sambil tertawa.
"Jago lihay dari Kay pang sudah banyak yang berdatangan kemari, lebih baik lagi jika dapat menemukan orang orang mereka dalam jum-lah besar, dengan begitu pertarungan baru akan berlangsung dengan ramai dan meriah"
"Pengemis tua, persoalan paling penting yang harus kita lakukan sekarang adalah berusaha untuk menemukan Tiong It ki"
"Ooooh. . . !"
"Oleh sebab itu apabila kita mengulur waktu untuk bertarung, kita ulur waktu sebisanya."
"Baik! Kata Tan Tiang kim sambil mengangguk, kau dan orang Bu khek bun bertugas mencari orang, sedangkan aku si pengemis pun dengan orang-orang Kay pang untuk khusus menghadapi musuh"
"Baiklah, cuma lebih baik lagi jika orang Kay pang bisa bekerja sama dengan kami'
Tan Tiang kim segera tertawa.
"Soal ini tak usah Pek heng kuatirkan, menolong Tiong It ki juga merupakan ha-rapan dari Kay pang .... cuma...."
"Cuma kenapa?"
Kebun raya Ban hoa wan begini luas dan lebar, darimana kita bisa tahu mereka se-sungguhnya bersembunyi dimana?"
"Masalah ini memang merupakan suatu persoalan, lohu selalu memikirkan hal ini, tapi tidak berhasil juga kutemukan suatu cara yang baik untuk mencari tempat persembunyian Tiong It ki"
Oleh karena itu kita harus pelan-pelan mencari, mencari kesempatan dan beradu nasib, jika harus mencari tanpa tujuan, bagaimana mungkin bisa ditemukan? Kesemuanya ini harus menggunakan sedikit akal dan kecerdikan.
Sekarang kita akan kemana?'
"Kandang macan, tempat itu seharusnya merupakan tempat yang paling berbahaya dalam kebun raya Ban hoa wan`
Pengemis tua, kau mengatakan kandang macan paling berbahaya, apakah macan-macan dalam kandang itu bisa keluar untuk melukai orang?"
Kalan dibilang cuma macan itu bisa keluar untuk melukai orang saja, hal mana justru bukae sesuatu yang aneh, make aku pikir sudah pasti persiapan mereka bukan hanya sampai disitu saja"
"Dalam kandang macan, isinya melulu macan, kalau bukan macan yang diandalkan, memangnya masih ada apa lagi?'
"Aku tidak tahu, cuma aku yakin didalam kandang macan itu sudah pasti terdapat jebakan lain yang menakutkan"
"Menurut keterangan dari Ti Thian hua, tempat yang paling menakutkan dalam kebun raya Ban hoa wan ini bukan kandang macan, melainkan empang ikan leihi"
"Walaupun empang ikan leihi berbahaya, tapi harus mempunyai suatu syarat mutlak' kata Tan Tiang kim.
"Syarat apa?"
"Sang korban musti tercebur dulu ke dalam air"
Itu berarti asal kita tidak terjatuh ke air, mereka pun tak akan mampu untuk melukai kita? .
"Tapi aku percaya mereka pasti mempunyai cara untuk mendorong kita masuk ke air"
"Apa caranya?"
"Soal ini aku juga kurang terang, pokok-nya kebun raya Ban hoa wan ini meski sepintas lalu bagaikan tempat rekreasi yang berpemandangan sangat indah, tapi sesungguhnya tempat ini merupakan suatu tempat yang berbahaya sekali"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka sudah tiba diluar kandang macan.
Yang dimaksudkan sebagai kandang macan adalah sebuah pagar kayu yang tingginya satu kaki lima depa, membentuk gerakan lingkaran menurut keadaan medan disana dan memisahkan antara bagian dalam dan bagian luar dengan sederet pagar.

Tanah didalam pagar kayu itu sangat luas, paling tidak juga mencapai dua bau, itu berarti tempat bergerak macan-macan tersebut cukup luas dan lebar, karenanya macan yang ada dalam kandang semuanya kelihatan angker dan menyeramkan.
Begitu besar kandang itu dengan begitu banyak macan yang berada disitu, tapi anehnya tak nampak sesosok bayangan manusia yang berada disitu.
Pek Bwe berdiri diluar pintu pagar sambil menengok ke dalam, kemudian pelan-pelan berkata:
"Tan heng, apakah kau telah menyaksikan sesuatu?"
'Aku si pengemis tua sedang berpikir, me-ngapa didalam kandang itu tidak nampak tempat khusus untuk memberi makan macan-macan itu?"
"Siaute juga sedang merasa curiga, agaknya harimau-harimau ganas itu seakan-akan tak pernah diberi makanan saja"
Diam-diam Tan Tiang kim mencoba untuk menghitung jumlah binatang buas itu, ternyata jumlahnya mencapai delapan belas ekor.
Dengan perasaan terperanjat dia lantas berpikir.
"Seekor harimau saja membutuhkan makanan yang besar sekali porsinya, apalagi delapan belas ekor sekaligus, mungkin membutuhkan beberapa ekor kambing sehari, wah lama kelamaan bisa bangkrut kalau begitu terus!"
Setelah itu Pek Bwee juga sedang berpikir, jika harimau-harimau itu diberi makanan, sudah pasti akan tampak sisa-sisanya disana, tidak mungkin tempat semacam itu bisa di-bersihkan setiap hari, tapi anehnya mengapa disitu tiada sisa makanan yang tertinggal?"
Dalam pada itu, harimau-harimau ganas dalam kandang itu pelan-pelan sudah berkumpul menjadi satu, delapan belas ekor harimau dengan tiga puluh enam buah matanya bersama-sama ditujukan ke tubuh beberapa orang itu dengan garang.
Sinar mata harimau-harimau ganas itu hampir seluruhnya memancarkan sinar lapar dan bengis yang cukup menggidikkan hati siapapun yang melihatnya.
Tan Tiang kim dan Pak Bwe adalah orang-orang yang sudah seringkali melakukan perjalanan didalam gunung. merekapun sudah punya beberapa kali pengalaman berjumpa dengan harimau, akan tetapi setelah menyaksikan sinar mata dari harimau-harimau tersebut, bergetar juga perassan mereka berdua.
Sebab sinar mata dari harimau-harimau itu adalah sinar mata harimau kelaparan yang siap menerkam mangsanya.
Malahan mereka yang tidak berpengalaman dalam soal harimau pun segera timbul juga perasaan bahwa harimau-harimau tersebut tidak bermaksud baik setelah menyaksikan keadaan itu.
"Saudara Pek, sekarang aku mengerti dengan cara apa mereka memberi makan kepada harimau-harimau itu" kata Tan Tiang kim kemudian.
"Bagaimana caranya?"
"Pek heng seandainya mereka gunakan sebuah kerangkeng besi yang didalamnya telah diberi makanan, lalu masukkan kerangkeng tadi ke dalam kandang macan, bukankah macan-macan itu akan berebut masuk kedalam kerangkeng itu?''
"Betul, setelah memberi makan kepada hari-mau itu dan tempat dalam kandang dibersihkan, kerangkeng besi itu bisa didorong masuk lagi ke dalam kandang dan melepaskan penutup kerangkeng itu, dengan demikian tempat disini tidak akan di jumpai jejak apa-apa lagi!"
"Aku rasa tak usah musti memakai kerangkeng besi, sebuah kerangkeng dari kayu saja sudah lebih dari cukup''
"Entah kerangkeng apa yang mereka gunakan, aku rasa cara itu sudah tak bakal salah lagi"
"Pek heng kau masih melihat apa lagi?"
"Agaknya macan-macan ini seringkali makan manusia, maka begitn melihat ada manusia, mereka lantas menunjukkan selera dan napsu yang besar sekali"
"Betul! Disinileh letak keseraman dari kandang macan, sekarang macan-macan itu sudah mulai lapar, agaknya mereka siap menerkam kita setiap a-da kesempatan.
Seandainya dalam keadaan seperti ini secara ti-ba-tiba muncul satu orang saja untuk membuka kandang tersebut, macan-macan itu sudah pasti akan menerkam kita dengan penuh napsu"
"Locianpwe", kata Tang Cuan, seandainya kedelapan belas ekor macan itu muncul bersama dari dalam kandang, sanggupkah kita untuk menghadapinya?".
"Sulit untuk dikatakan, seandainya kita seorang harus menghadapi seekor macan, bagaimanapun ganasnya macan itu aku yakin kita masih sanggup untuk menghadapinya, jika kita berlima harus menghadapi sepuluh ekor macan, entah bagaima-na akhirnya, kita pasti ada yang terluka, sebaliknya jika delapan belas ekor macan itu menerkam bersama, diantara kita pasti ada beberapa orang yang terluka parah".
"Tan cianpwe, betulkah ke delapan belas ekor harimau itu semuanya ganas?"
"Betul, tampaknya kawanan macan ini merupakan jenis yang luar biasa ganasnya bukan kepalang, apalagi melalui seleksi ketIat, maka sulit untuk dihadapi"
Agaknya ucapan tersebut belum selesai diucapkan, mendadak ia tutup mulut dan ti-dak berbicara lagi.
"Kalau memang begitu, lebih baik kita cepat-cepat tinggalkan tempat ini", kata Pek Hong.
"Andaikata mereka ada maksud untuk me-nyerang kita dengan macan-macan itu, aku rasa terlambat sudah buat kita untuk pergi meninggalkan tempat ini"
Mendadak terdengar suara auman macan yang mengerikan hati berkumandang memecahkan keheningan.
Seekor harimau mengaum, harimau-harimau yang lainpun turut mengaum, maka dalam waktu singkat suasana disekitar tempat itu diliputi oleh suara auman harimau yang saling bertahut-sahutan.
Berada dalam keadaaa begini, sekalipun Tan Tiang kim berpengalaman amat lihai, tak urung dibuat tidak tenteram juga oleh suara auman macan yang amat hebat itu.
Pak Hong dan Tang Cuan sekalipun tanpa terasa segera meraba gagang pedang masing-masing.
Dengan kening berkerut Pek Bwe berkata:
"Auman harimau itu bersahut-sahutan, tampakmya binatang-binatang buas itu siap me-lakukan suatu tindakan, kita musti berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tidak diharapkan"
"Betul!" kata Tan Tiang kim sambil meng-angguk, "jika pintu yang dibuka hanya satu, kita harus manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, tapi kalau pintu kandang yang dibuka sangat banyak sehingga kita tak sanggup membendungnya, sudah pasti kedelapan belas ekor harimau itu akan keluar dari kandang bersama, akibatnya be-berapa orang diantara kita pasti akan men-jadi korban"
"Tan heng, bagaimana kalau kita hadapi dengan kecerdikan?" tanya Pek Bwe.
"Mungkin korban yang jatuh akan lebih sedikit"
Pek Bwee segera memperkeras suaranya seraya berseru.
"Kalau begitu dengarkan baik-baik, jika harimau-harimau itu keluar dari kandang nanti, kira harus mencari akal untuk menyumbat pintu kandang yang terbuka. Kemudian sekuat tenaga menyerangnya sampai mati, adapun kepandaian yang kalian miliki, pergunakan semua tanpa ragu-ragu, baik itu senjata rahasia maupun senjata tajam"
Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Andaikata harimau itu sudah keluar dari kandang, maka kalian jangan sekali-kali menghadapi dengan kekerasan, tapi perguna-kanlah sedikit kecerdasan"
Auman harimau yang keras dan menggetarkan sukma masih berkumandang terus, suasana begini semakin menciutkan perasaan setiap orang yang berada disana.
TAPI anehnya pintu kandang tiada yang terbuka, sedangkan kawanan harimau itu pun tak ada yang menyerbu keluar dari sana.
Mendadak terdengar serentetan suara aneh yang sangat rendah bergema dari balik auman harimau tersebut.

No comments: