Thursday 29 January 2009

Pena Wasiat 16

Oleh : Tjan ID

"Yaa, aku dapat memberi kesaksian untuk suhu, dia memang Tan Tiang kim!" Cu Siau hong segera menambahkan. .
"Aaaai Kay pang telah menawan Ti Thian-hua, itu berarti mereka telah dipaksa untuk tu-run tangan"

Satu ingatan segera melintas dalam benak Cu Siau hong, seraya berpaling ke arah Ouyang Siong katanya:
"Suhu, dari mana datangnya kekuatan yang begitu misterius dalam dunia persilatan sehingga suhu dan Kiau cianpwe sendiripun tidak tahu?"
"Gerakan rahasia yang sedang bergerak di da-lam dunia persilatan saat ini memang susah diketahui, selain Ti Thian hua si bocah keparat itu, yang lain hampir tak berani menampakkan dirinya.
"Apa sih yang mereka hindari?"
''Mereka sedang menghindari Pena wasiat!"
"Pena wasiat.." seru Ouyang Siong
Cu Siau-hong juga pernah mendengar kisah cerita tentang Pena wasiat tersebut dari gurunya, tapi apa yang diketahui amat sedikit sekali, tak tahan dia lantas menyela:
"Pena wasiat? Manusia macam apakah itu?"
"Yang dimaksud Pena wasiat adalah sebuah Pena, sebuah Pena biasa......"
"Lantas apanya yang menakutkan?" seru Cu Siau hong lagi.
"Menakutkan sekali, kalau sebilah pedang paling banter hanya akan merenggut nyawa orang, tapi yang dibunuh Pena wasiat adalah nama baik orang itu serta sukmanya"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong lantas berpikir:
"Tampaknya sekalipun seseorang yang buruk karakternya, dia juga masih tahu akan rasa malu"
Berpikir demikian, diapun berkata:
"Benarkah sedemikian lihaynya?"
"Lim Giok, bila seseorang mati maka semuanya beres, tapi pena wasiat tidak menghendaki nyawamu, dia hanya mencatat semua perbuatanmu dalam dunia persilatan dalam sebuah kitab, setelah itu menyiarkannya secara terbuka, di-dalam keadaan demikian kau tak akan mampu untuk membantah atau memungkiri lagi, jika telah menjadi korban tulisan Pena wasiat, akibatnya bukan saja orang baik akan membunuhmu, orang jahatpun berusaha menghindarimu, itu berarti di atas mukamu sudah diukir dengan sebuah tanda, sebuah tanda yang tak akan hilang meski dicuci maupun diseka, hal mana akan mendatangkan pe-rasaan daripada hidup lebih baik mati"
"Oooh ....... rupanya pena wasiat cuma sebatang pena, tapi tecu percaya pena tersebut sudah pasti tak bisa menulis sendiri, semestinya ada sese-orang yang menuliskan catatan tersebut"
"Masalah tersebut merupakan masalah rahasia yang selama ratusan tahun belakangan ini tak pernah terungkapkan, dalam sepuluh tahun pena wasiat hanya muncul satu kali, dalam delapan puluh tahunan pun hanya muncul sebanyak delapan kali, meski begitu setiap kali kemunculannya dalam dunia persilatan, seluruh dunia pasti akan mengalami sekali goncangan keras ...."
"Goncangan apa yang terjadi?*'
"Tiada orang yang mengetahui darimana datangnya Pena wasiat, tapi ia bagaikan memiliki selaksa mata dan selaksa tangan, semua peristiwa yang terjadi selama sepuluh tahun telah dicatat semua secara terang dan jelas.
"Suhu kalau toh pena wasiat itu ada pemegangnya mengapa tidak kita cari saja pemegang pena wasiat itu?"
Tiba-tiba Kiau Hui nio menyela:
"Memangnya gamparg untuk menemukannya?
Jika pemegang pena wasiat itu bisa ditemukan, bukankah dunia akan menjadi aman tenteram"
"Padahal kita juga tak perlu terlalu meman-dang serius cara kerja pena wasiat itu" Kata Cu Siau hong.
"Apa maksudmu?"
"Seorang yang berani membunuh manusia, apakah dia masih takut disebut orang sebagai pembunuh.
"Nak, kau tidak mengerti" kata Ouyang Siong
"Peristiwa ini sangat rumit sekali, kejahatan yang berada dalam dunia persila-tan ibaratnya sampah yang bersembunyi di balik kegelapan, ia tidak takut kotor, hanya takut disoroti sinar matahari. Nak, orang yang mana jahatnya tersiar sampai dimana-mana belum bisa dianggap sebagai penjahat sungguhan, orang bersembunyi dibalik kegelapan sambil melakukan kejahatan, tapi diluar berlagak sebagai orang baiklah yang merupakan manusia jahat yang sesungguhnya. Selama delapan puluh tahun pena wasiat muncul dela-pan kali, tapi setiap kali kemunculannya pasti lebih menggemparkan dari pemunculan sebelumnya, yang sudah lama tak usah diceritakan, contoh saja kejadian pada delapan tahun berselang ketika Pena wasiat muncul ke delapan kalinya, sekaligus pena tersebut te-lah terjadi dalam dunia persilatan, semua kejadian tercatat rapi dan jelas, akhirnya dua orang ciangbunjin dari dua partai besar mati secara mengenaskan dan tujuh pendekar besar ketahuan rahasia sebenarnya hingga bunuh diri karena malu, selain itu seorang pemnda yang tak pernah terdengar namanya sebelum itu hanya dalam semalam saja menjadi -tersohor dan menjadi seorang pendekar besar yang dihormati setiap orang"
"Selama tecu berada dalam Kay pang, ba-nyak juga cerita yang kudengar tentang pe-ristiwa dalam dunia persilatan, tapi belum pernah kudengar tentang nama orang yang berhasil menjadi terkenal dalam semalam saja, suhu siapakah dia""
"Orang itu bernama Si San hong, Thian sim kiam (pedang inti langit) Si San-hong!"
"Ooh...... rupanya dia!"
"Keberhasilan Si San hong menjadi tersohor dalam semalaman sebetulnyn bukan terhitung suatu kejadian besar, tapi akibatnya memancing minat banyak orang untuk bisa mengikuti jejaknya, semua orang berharap bisa menjadi termashur dalam dunia persilatan dan mempunyai nama dan kedudukan yang tinggi secara mudah"
"Yaa, soal ini memang bisa dimaklumi ...." kata Cu Siau hong sambil manggut-manggut.
"Hmm!Akhirnya para anak muda pada tekun berlatih ilmu, tapi setelah berha-sil dengan latihannya khusus mencari gara-gara dengan umat persilatan untuk mencari nama" sambung Kiau Hui nio sambil mendengus. Cu Siau hong menghembuskan napas ringan, dia seperti mau mengucapkan sesuatu tapi kemudian diurungkan kembali.

"Nak. mengapa kau menghela napas" tegur Ouyang Siong kemudian dengan suara dingin.
"Aku sedang berpikir, kalau toh ada manusia seperti pena wasiat, mengapa pula ada manusia seperti Ti Thian hua?"
"Itulah yang dinamakan kebenaran tinggi sejengkal, kejahatan tinggi sekaki, sekalipun ada Pena wasiat yang bisa mengungkap kejahatan, tapi justru karena itupula kejahatan itu semakin terdesak dalam lingkungan yang lebih dirahasiakan lagi"
Tiba-tiba Cu Siau-hong tertawa:
"Suhu takutkah kita terhadap pena wasiat?. "Mendengar pertanyaan itu, Ouyang Siong menjadi tertegun, kemudian sahutnya agak tergagap:
"Soal ini..... soal ini... kita tak bisa dibilang takut, tapi seandainya pena wasiat mencatat pula tentang kita, waah-jelas hal ini akan sangat merepotkan diri kita"
"Suhu, menurut pendapatmu, penghianatan tecu terhadap Kay-pang mungkinkah akan di catat pula oleh pena wasiat?"
Ouyang Siong segera tertawa lebar:
"Manusia seperti aku saja belum tentu bisa ditemukan oleh pena wasiat, apalagi kau? Cuma seandainya peristiwa ini sampai dike-tahui oleh pena wasiat, paling tidak juga a-kan dibuat catatannya"
"Bukankah perbuatanku ini akan diketahui seluruh umat persilatan?"
"Bukankah aku bakal dibenci oleh semua orang?"
"Yaa, disinilah letak keseraman pena wasiat itu, justru orang merasa takut bila rahasianya diuar-uarkan dihadapan umum" kata Kiau Hui nio cepat.
'Aaaai....! kalau begitu, pena wasiat memang sangat menjemukan sekali, tapi bu-kankah dalam dunia persilatan terdapat banyak sekali jago-jago lihay yang berilmu tinggi? Mengapa tak ada orang yang berusaha mencari jejaknya kemudian dibunuh?"
"Hmm! Dibunuh? Gampang benar kalau berbicara, selama delapan puluh tahun entah ada berapa banyak orang yang ingin berjumpa dengan pena wasiat, tapi selamanya tak seorangpun diantara mereka yang berhasil menjumpainya"
"Kalau toh pena wasiat tersebut begitu ge-mar mencampuri urusan orang lain, dia pasti akan munculkan dirinya dalam dunia persilatan, masa tidak gampang untuk ditemukan?"
"Disinilah letak keseramannya, walaupun pena wasiat selalu mencatat semua kebaikan dan kejahatan yang sedang berlangsung dalam dunia per-silatan, akan tetapi sipemegang pena wasiat itu tak pernah melibatkan diri dalam soal budi dan dendam dalam dunia persilatan, mungkin disampingmu tapi saking rapatnya dia merahasiakan diri sehingga tak pernah ada orang yang menge-tahui tentangnya"
"Aaai....! Kalau begitu orang ini amat misterius sekali'
"Yaa, memang misterius sekali, dalam seratus tahun lamanya tak pernah ada seorarg manusiapun yang berhasil mengetahui manusia macam apakah pemegang pena wasiat tersebut?"
Cu Siau hong termenung dan tidak berbicara lagi.
"Lim Giok, kau sibocah muda sungguh amat licik dan pintar.." tiba-tiba Kiau Hui nio berseru lagi:
"Kiau cianpwe, kau terlalu memuji' tukas Cu Siau hong "sekarang aku mempunyai satu persoalan yang tidak kupahami"'
"Oooh pesoalan apakah itu?" tanya Ouyang Siong.
Kalau benar Pena wasiat sudah muncul selama delapan puluh tahun lebih didalam dunia persilatan, apakah pemegang pena wasiat itu bisa mencapai usia seratus tahun lebih?"
Ouyang Siong menjadi tertegun dihadapkan persoalan semacam itu, serunya kemudian:
"Oooh... bwlum pernah aku berpikir sampai kesitu ........
"Aku rasa perbuatan ini jelas bukan dilaksakan hanya oleh satu orang saja, jadi dia pasti mempunyai ahli waris" kata Kiau Hui nio.
Ouyang Siong segera manggut-manggut, sinar matanya dialihkan kembali ke wajah Kiau Hui-nio kemudian ujarnya.
"Hui nio, lebih baik kita jangan membicarakan terus soal pena wasiat dalam dunia persilatan yang begitu luas hanya ada sebuah pena wasiat belum tentu kita bisa menjumpainya ."
Setelab berhenti sejenak, lanjutnya:
"Lebih baik kita membicarakan soal Ti Thian hua saja! berapa banyak lagi yang kau ketahui tentang Ti Thian hua?"
"Aaaai ..... kau harus percaya kepadaku, walaupun Ti Thian hua si anak muda itu amat licik, tapi aku percaya aku masih sang-gup untuk mengalahkan dia ....."
"Jadi maksudmu waktu yang kau pakai masih kurang banyak, apakah kau harus me-nyuruh aku memakai topi hijau beberapa kali lagi? seru Ouyang Siong lebih jauh.
Tampaknya Kiau Hui: nio sudah menaruh perasaan ngeri dan takut terhadap Ouyang Siong, dia tak berani mendebat parkataannya lagi. setelah menghembuskan napas panjang katanya:
"Janganlah berbicara dengan begitu tak sedap, aku gagal untuk memancing rahasia Ti Thian hua, mungkin hal ini bukan disebab kan karena dia enggan berbicara.... "
"Lantas karena apa? tukas Ouyang Siong.
"Tampaknya ada sesuatu kekuatan lain yang mengekang dirinya itulah yang menyebahkan ia tak berani berbicara!"
'Oooh......!"
"Suhu!" tiba-tiba Cu Siau hong menim-brung, tecu mempunyai semacam jalan pemikiran yang sangat aneh, entah pantas tidak kalau kuutarakan keluar?"
"Katakan saja!"
"Mungkinkah Ti Thian hua sendiripun ti-dak terlalu banyak mengetahui latar bela-kangnya?"
"Soal ini, aku rasa tidak mungkin ...." kata Ouyang Siong dengan wajah tertegun, ketika terjadi penyerbuan ke dalam perkampungan Ing gwat san ceng tempo hari, sebagian besar jago-jagonya dipimpin olehnya"
"Suhu, bila orang orang dibalik kegelapan tersebut ada niat untuk menghindari pena wasiat, tentu saja karena akan berusaha ke-ras agar orang lain tidak tahu kedudukan serta asal usul mereka yang sesungguhnya, sekalipun Ti Thian hua yarg memimpin penyerbuan itu, mungkin merekapun tak akan membiarkan Ti Thian hua sendiri mengetahui terlalu banyak . ..."
"Ehmm, masuk diakal juga perkataan ini"
"Setelah Lim Giok berkata demikian, aku sendiripun mulai merasa agak curiga" kata Kiau Hui nio pula, "kalau dia mengetahui amat banyak, percaya aku pasti akan berhasil untuk mengorek keterangan yang lebih banyak lagi"
"Suhu, kalau didengar dari pembicaraanmu serta Kiau cianpwe, tampaknya kalian berdua telah terperalat oleh dirinya?'

"Inilah yang dinamakan perahu terbalik dalam pecomberan, aaai ....! Sudah puluhan tahun lamanya aku berkelana, dalam dunia persilatan, sungguh tak kusangka akhirnya harus jatuh pecundang ditangan seorang anak muda'.
"Suhu, Kay pang adalah suatu organi-sasi yang besar sekali, aku dengar pangcu dari Kay pang telah berangkat sendiri ke kota Siang-yang, mereka pasti membawa serta jago-jago lihay dari tubuh Kay pang sendiri.... terutama yang dinamakan bun-kay (Pengemis tua) Jin Khi . ...
"Pengemis sastrawan Jin Khi? Konon orang ini berpengetahuan sangat luas, dia adalah juru pemikir dari Kay pang. apa benar? .
"Benar, benar!"
"Maksudmu Bun kay Jin Khi pasti akan berhasil menyelidiki asal-usul dari Ti Thian hua?"
"Soal ini ....aku kurang begitu tahu, be-lum pernah aku berjumpa dengan Bun kay Jin Khi, akupun belum pernah bersua dengan Pangcu, aku hanya mendengar dari orang, dia merupakan orang yang paling pintar didalam tubuh Kay pang, bahkan merupakan kunsunya perkumpulan"
"Benar!" Ouyang Siong manggut-manggut, orang itu memang memiliki nama yang cukup tersohor dalam dunia persilatan, tapi ia sangat jarang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, banyak orang hanya tahu tentang nama besarnya tapi belum pernah bersua muka dengan dirinya "
"Maksud suhu, sekalipun orang Kay pang sendiri juga sangat jarang berjumpa dengan Jin Tianglo?."
Yaa, cuma akupun mendengar kalau dia tak pandai berilmu silat? Entah benar entah tidak kabar itu?"
'Kedudukan tecu dalam Kay-pang rendah sekali, tidak banyak yang kuketahui tentang Jin tianglo, soal yang kuketahui kinipun hanya sempat kudengar dari pembicaraan orang lain"
"Aku rasa kita tak perlu menilai terlalu tinggi kemampuan dari Bun kay Jin Khi, aku yang berjulukan Boan ko hui hoa saja tidak berhasil mendapat tahu asal usul dari Ti Thian hua si bocah keparat itu, aku rasa Jin Khi juga belum tentu bisa menemukan keterangan apa-apa dari Ti Thian hua"
Cu siau hong termenung beberapa saat la-manya, kemudian ujarnya kembali:
Suhu, sesungguhnya bile kita tinjau dari perkembangan situasi yang telah berlangsung hingga saat ini, rasanya asal-usul Ti Thian hua sudah tak perlu kita ragukan lagi!"
"Bocah keparat itu sudah banyak menjanji-kan kepada kita, tapi tak sebuahpun yang di penuhi, mencuri ayam bukan berhasil malah rugi segenggam beras, bukan saja kena diti-pu mentah-mentah olehnya, bahkan dia telah mempermainkan kami seenaknya, kalau ti-dak berhasil mengorek keterangan dari mulutnya, hati terasa sangat tidak terima"
'Suhu seandainya Ti Thian hua itupun tinggi kedudukannya, sudah pasti ada orang yang bakalan menolongnya, bila tiada orang yarg muncul untuk menyelamatkan jiwanya, itu berarti Ti Thian hua tidak lebih cuma seorang manusia keroco belaka"
'Benar, Yaa soal ini belum pernah kupikirkan!" seru Ouyang Siong sambil manggut-manggut.
"Benar!" seru Kiau Hui nio pula, "kalau toh di kota Siang-yang ini masib ada orang-orang mereka, peristiwa tertangkapnya Ti Thian hua oleh pihak Kay pang sudah tentu akan diketahui pula oleh mereka".
Ouyang Siong segera tertawa terbahak-bahak, sambil menepuk bahu Cu Siau hong katanya seraya tertawa.
"Lim Giok tampaknya dalam tiga lima tahun mendatang, kau bakal menjadi makin hebat dan luar biasa"
"Waaah...... jika bocah keparat itu benar-benar telah melakukan siasat tersebut. itu berarti kita sudah ditipunya habis-habisan" kata Kiau Hui-nio penasaran.
"Hui nio kau selalu merasa yakin akan kemampuanmu untuk berbicara dan menipu orang, tapi kali ini kau telah jatuh dipencundangi habis-ha-bisan, itulah yang dinamakan sudah rugi tentera malah mengorbankan sang nyonya"
Merah padam selembar wajah Kiau Hui nio karena jengah, tapi ia seperti tak berani banyak berbicara lagi.
Cu Siau hong segera berbisik dengan suara lirih:
"Subu apakah jalan darah Kiau cianpwe masih ada yang belum dibebaskan?"
"Benar, jika beberapa buah jalan darahnya ti-dak ditotok, mungkin akan terjadi persoalan sedari tadi"
"Suhu, sepantasnya kalau kau bebaskan jalan darah Kiau cianpwe yang masih tertotok itu"
"Mengapa? Perempuan ini sangat lihay, kau belum pernah menjumpainya, kalau sampai suhu terjatuh ketangannya, paling tidak dia akan me-nyiksaku sepuluh kali lipat lebih kejam dan hebat."
"Kapan sih aku telah menyiksa dirimu" seru Kiau Hui nio dengan cepat.
"Memangnya belum cukup siksaan yang kau berikan kepadaku? Bukankah Ti Thian hua sibocah keparat itu kau pertemukan dengan diriku? Maka aku sudah rugi dengan tenaga, masih lagi suruh lohu memakai topi hijau sedang kau? apa yang berhasil kau dapatkan?"
Kiau Hui nio segera menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak berani banyak berbicara lagi.
"Suhu" kembali Cu Siau hong berkata, "menurut pandangan tecu. Kiau cianpwe masih tetap berpihak kepada suhu, apa yang dilaku-kan olehnya terhadap Ti Thian hua tak lebih hanya suatu siasat belaka, bocah kepa-rat itu mana licik, keji, berakal lagi, sesungguhnya manusia semacam itu memang tidak gampang untuk dihadapi ....." setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Suhu, kau dan Kiau cianpwe sudah berhubungan banyak tahun, senang sama dicicipi susah sama dijinjing, mengapa hanya dikarenakan suatu masalah kecil mengakibatkan kalian saling bentrok dan barmusuhan sendiri ?''
Ouyang Siong menjadi tertegun, lalu mang-gut-manggut:
"Yaa, benar juga perkataanmu itu'
Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
'Haaahhhh....... Haaahhh..... haaahhh.... Hui nio, aku sudah bisa menerima keadaan, aku tahu sewaktu berkenalan denganmu dulu kau sudah bukan orang baik-baik lagi, tentu saja akupun tak bisa mengharapkan kesetiaan dan kesucianmu lagi."
Jari tangannya segera digerakkan berulangkali, secara beruntun dia telah membebaskan beberapa buah totokan pada jalan darah Kiau Hui nio.
Begitu jalan darahnya yang tertotok telah bebas, Kiau Hui nio menjulurkan tangan kakinya sambil melemaskan otot, kemudian serunya.
'Ouyang Siong, kali ini kau cukup keji menyiksa diriku!"

"Kau masih mendendam?"
Kiau Hui nio segera tertawa.
"Tidak, aku malah merasa amat senang, aku idak mengira kalau rasa cemburumu masih begi-tu besar, itu menandakan kalau kau masih ber-sungguh-sungguh kepadaku"
Ouyang siong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh...... haaahh...... haaahh..... memangnya kau anggap selama belasan tahun ini aku hanya bersikap pura-pura kepadamu?"
"Sungguh-sungguh atau pura-pura, aku sendiri juga tidak tahu, cuma sekarang aku sudah tahu begitu cemburunya kau terhadap Ti Thian hua, ini menandakan kalau kau memang benar-benar bersungguh hati terhadap diriku!"
"Yang sudah lewat biarkanlah lewat, mulai sekarang kau harus mulai belajar hidup sebagai se-orang perempuan yang baik dan seorang istri yang setia!"
Kiau Hui nio segera manggut-manggut, sahutnya sambil tertawa:
'Dikemudian hari aku pasti akan belajar untuk menjadi perempuan yang baik dan setia'.
"Kau tak perlu belajar yang berlebihan, aku hanya minta kau bisa belajar setia dan menunjukkan sikap seorang perempuan sejati itu sudah lebih dari cukup bagiku"
"Aku tahu, dan aku berjanji akan merubah semua watakku, sekalipun topi hijau tidak menekan orang, hal ini memang merupakan suatu beban pemikiran yang berat sekali"
"Hui nio, sungguh tidak kusangka kau masih tahu tentang begitu banyak persoalannya?
Cu Siau-hong yang menyaksikan kesemuanya itu, diam-diam ia lantas berpikir:
"Sepasang lelaki perempuan yang tak tahu malu ini masih bisanya membicarakan persoalan itu dengan nikmat, mereka tidak memikirkan apakah orang tak akan muak mendengar ucapan semacam itu? '
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
'Suhu, dewasa ini yang paling penting agaknya adalah berusaha untuk mencari kabar tentang gerak-gerik orang Kay pang, benarkah ada orang yang berusaha untuk menolong Ti Thian hua?"
"Benar! Kita memang harus mencari akal untuk menyelidiki persoalan ini"
"Persoalannya sekarang adalah dengan cara apa kita harus melakukan penyelidikan tersebut," kata Cu Siau hong.
"Yaa, persoalan ini memang benar-benar merupakan suatu persoalan yang amat menyulitkan"
"Lim Giok" seru Kiau Hui nio kemudian, "aku dan suhumu bila kehilangan tunjangan keku-atan dari Ti Thian hua, maka kami tak akan mampu untuk melawan Kay pang, apalagi masih ada orang-orang dari Pay kau?"
"Suhu, Kiau cianpwe, setelah aku pun berpikir, aku merasa bahwa Ti Thian hua kemungkinan besar memang ditunjang oleh suatu kekuatan besar lainnya yang tersembunyi, seperti misalnya orang--orang yang terlibat dalam penyergapan terhadap Bu khek bun ..........."
"Yaa kalau dibicarakan sesungguhnya memang agak aneh" sambung Ouyang Siong "dengan jumlah anggota yang begitu banyak, apalagi disertai pula oleh beberapa orang Bu khek bun sendiri, mengapa dalam waktu singkat jejak mereka bisa lenyap tak berbekas?"
Mendengar perkataan itu, Cu Siau hong segera berpikir:
"Akhirnya sampai juga pada sasaran pembicaraan"
Tapi ia tak berani banyak bertanya, se-bab dia tahu Ouyang Siong serta Kiau Hui nio adalah jago-jago kawakan dalam dunia persilatan, bila terlalu mendesak malah besar kemungkinannya akan memancing kecurigaan orang lain, maka ia tetap bersikap te-nang dan menanti terus dengan hati yang sabar.
Benar juga, Kiau Hui nio segera berkata lagi.
'Bila mereka melakukan perjalanan lewat daratan, kemungkinan besar tak akan lolos dari ketajaman mata dan pendengaran orang Kay pang, sebaliknya jika lewat diatas air, disana ada orang2 Pay kau yang bersiap sedia, baik didaratan maupun diperairan ada dua kelompok perkumpulan besar yang mengawasi, lalu bagaimana caranya orang orang itu menghindarkan diri dari pengawasan?"
"Jangan jangan, mereka masih tinggal dikota Siang-yang?" tiba-tiba Cu Siau hong bertanya.
"Soal ini, memang bukannya tiada ke-mungkinan!
''Tecu rasa, seandainya mereka masih tinggal dikota Siang-yang, sudah pasti Ti Thian -hua mengetahuinya, itu berarti ada dua kemungkinannya sekarang"
"Lim Giok, coba kau katakan, dua kemungkinan apakah itu?'
'Yang pertama adalah berusaha untuk menyelamatkan Ti Thian hua, yang kedua adalah berusaha untuk melenyapkan dia dari muka bumi, ini tergantung pada seberapa beratkah bobot Ti thian hua didalam pandangan mereka '
Kiau Hui nio lantas berpaling ke arah Ouyang Siong, kemudian katanya pelan:
"Aku lihat, lebih baik kita tak usah mencampuri urusan ini lagi"
"Lalu menurut pendapatmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Satu-satunya jalan yang paling bagus buat kita sekarang adalah mengambil langkah seribu, kita tak mampu melawan Kay-pang, kita juga tak mampu melawan Pay kau, kearah manapun kita pergi, semuanya akan berakhir dengan kerugian di pihak kita, mau apa lagi"
"Ehmm ....! Benar juga perkataanmu," Ouyang Siong manggut-manggut.
Sorot matanya lantas dialihkan ke wajah Cu Siau hong, kemudian melanjutkan:
"Lim Giok, menurut pendapatmu, bagai-tnana cara kita untuk kabur dari sini?"
"Peluangnya tidak terlalu besar, kini semua anggota Kay pang yang berada dikan-tor cabang kota Siang yang telah mulai bergerak serta menjaga tempat-tempat yang penting disepanjang jalan, di air pun ada penjagaan yang lebih ketat dari pihak Pay kau, aku rasa tidak gampang untuk meloloskan diri dari sini"
"Lantas apakah kita harus duduk berpe-luk tangan belaka sambil menunggu datangnya ajal?" sela Ouyang Siong.
Cu Siau hong, segera menghela napas panjang.
"Aaaai.... kecuali kalau kita bisa menyaru diri sedemikian rupa sehingga tidak sam-pai dikenali mereka lagi!" katanya.
Ouyang Siang termenung dan berpikir se-jenak, kemudian bisiknya dengan murung:
"Aku rasa peluang ini pun amat minim sekali!"
"Aku mempunyai suatu ide yang sangat bagus, entah bisa dilaksanakan atau tidak?" kata Kiau Hui nio pula setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Coba katakan?"
"Kita gunakan peti mati, asal bersembunyi didalam peti mati sudah pasti mereka tak a kan mengetahui diri kita"
Mendengar perkataan tersebut tergerak hati Cu Siau hong, tindakan tersebut memang suatu tindakan yang tepat, bagaimanapun juga, mustahil orang Kaypang akan membongkar peti mati untuk diperiksa isinya.

Berpendapat demikian, dia lantas ber-kata:
Membeli peti matipun bukan sesuatu yang gampang, dan lagi harus ada keluarga yang mengikuti"
"Kita tak perlu membeli, tapi kita cari orang yang benar-benar sudah mati untuk bersembunyi bersama dalam satu peti mati, satu orang saja sudah cukup sementara dua orang lainnya bisa mencampurkan diri dalam rombongan keluarga yang sedang kema-tian tersebut"
Cu Siau hong segera berpikir:
"Cara ini memang bagus sekali, tak nyana ia bisa berpikir sampai kesitu'
Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata:
''Tapi kita harus mencari dulu adakah orfang yang mati beberapa hari ini, dan lagi harus dikubur dalam beberapa hari ini"
'Itu mah soal gampang" kata Kiau Hui nio, "kota Siang yang begini besar, masa kita tak akan menjumpai orang mati?"
''Persoalannya sekarang adalah Kay-pang memiliki banyak mata-mata yang tersebar di dalam kota, bagaimana cara kita untuk me-nemukan orang mati di kota ini tanpa ditemukan oleh mata-mata Kay pang, aku pikir persoalan ini bukan suatu persoalan yang gampang..
"Sekalipun harus menyerempet bahaya, hal ini ada harganya juga untuk dicoba'
'cara ini memang sangat bagus' kata Ouyang Siong puas, "dewasa ini Kay pang dan Pay kau telah menyebarkan penjagaan yang ketat didaratan maupun perairan, bila kita ingin meninggalkan kota Siang yang rasanya hanya cara yang dikemukakan Hui nio tersebut yang paling ada harapan untuk berhasil"
"Suhu, apakah kita tak akan menyelidiki dulu rahasia dari Ti Thian hua' tanya Cu Siau hong.
"Tiada kesempatan lagi untuk kita buat mengurusi persoalan itu, Ti Thian hua bukan manusia yang bisa dipercaya, kitapun tak sanggup melawan kekuatan Kay pang dan Pay kau, hanya ada satu jalan untuk kita sekarang, yakni cepat-cepat meninggalkan tempat ini"
"Maksud suhu .........."
"Lim Giok!" tukas Kiau Hui nio, "menurut pendapatmu diantara kita bertiga siapakah yang harus pergi untuk mencari tahu keluarga mana yang sedang kematian anggota keluarganya?"
Cu Siau hong segera tertawa geli:
"Tentu saja tecu yang harus pergi" jawabnya, "aku sudah lama sekali tinggal disini dan hapal pula dengan kota ini, tentu saja aku lebih gampang melaksanakan tugas ini daripada kalian!"
Kiau Hui nio berpaling dan memandang sekejap kearah Ouyang Siong, ketika dilihatnya ia tidak memberikan reaksi apa-apa, segera katanya lebih jauh.
"Betul Lim Giok tugas ini memang seharusnya kau yang laksanakan, tapi kapankah kau baru akan berangkat?"
"Agaknya sekarang juga aku harus pergi!"
"Lim Giok, kalau begitu kau harus berhati-hati!" seru Kiau Hui nio kemudian.
"Baik! Aku bisa berhati-hati, aku tak akan sampai menyusahkan suhu maupun Kiau cianpwe"
Saat itulah Ouyang Siong baru menghembus-kan napas panjang, kemudian berkata:
"Lim Giok apakah kau mempunyai keyakinan?"
"Ada tugas sudah wajar kalau tecu yang melaksanakan, sekalipun tidak yakin juga harus dilaksanakan"
"Saudara Ouyang, tampaknya muridmu ini lumayan juga!.
Kiau cianpwe terlalu memuji!"
"Lim Giok, mari akan kurubah sedikit wajahmu agar jangan sampai diketahui mereka"
Cu Siau hong tidak membantah, sambil mang-gut-manggut dia lantas mengikuti perempuan itu.
Kiau Hui nio mengajak Cu Siau hong mema-suki sebuah ruangan, setelah menutup pintu dia lantas memeluk tubuh Cu Siau hong dan menci-uminya dengan penuh bernapsu, setelah itu ia baru turun tangan untuk menyarukan wajahnya.
Ketika Cu Siau hong muncul kembali dari dalam kamar, wajahnya sama sekali telah berubah, sekarang ia berbaju biru, berbadan seperti orang kaya, wajahnya yang putih kemerah-merahan itu sekarang telah berubah a-gak kekuning-kuningan sehingga sepintas lalu seperti orang yang telah berumur tiga puluh tahunan.
Sambil tertawa Kiau Hui nio lantas berkata:
"Sekararg kau telah berubah menjadi seo-rang manusia yang lain, sekalipun toucu dari kota Siang yang bertemu sendiri denganmu, belum tentu ia dapat mengenali dirimu lagi'
Cu Siau hong ikut tertawa.
"Kepandaian Kiau cianpwe dalam ilmu menyaru memang hebat sekali, tentu saja boanpwe percaya penuh dengan perkataanmu itu"
Setelah memberi hormat, dia lantas memutar badan berlalu dari situ. .
Memandang bayangan punggung Cu Siau -hong yang berlalu dari situ, Kiau Hui-nio menghembuskan napas panjang, katanya:
"Muridmu itu sungguh luar biasa, usianya masih begitu muda tapi memiliki ketena-ngan yang luar biasa, aaai .....! Kalau dilihat dari sikapnya yang begitu hambar mengha-dapi soal mati hidup, serta kemampuannya untuk membedakan mana yang serius mana yang tidak, sampai akupun merasa kagum sekali."
"Betul sekali, sikapnya yang tenang dan sama sekali tidak gugup di dalam menghadapi bahaya betul-betul luar biasa sekali, sampai akupun agak miring tiga bagian kepada-nya ...."
"Jadi kau menaruh curiga kepadanya?" tanya Kiau Hui nio.
'Segala sesuatunya yang melewali kebiasaan, tentu saja pantas untuk dicurigai"
"Pandanganku justru jauh berbeda dengan pendapatmu itu!"
"Maksudmu?"
"Ketika ia baru datang tempo hari' aku memang rada menaruh curiga kepadanya, tapi sekarang, aku merasa bahwa dia ....."
'Bagaimana?- tukas 0uyang Siong.
Aku rasa ia tidak pantas untuk dicurigai lagi.."
'Kenapa ?"
Bayangkan sendiri, kalau dia adalah orang yang dikirim Kay pang untuk menyelidiki kita, tadi kau tak akan berhasil untuk kabur pulang, jika dia mau meng-hianati kita, semestinya sudah dihianati sedari tadi-tadi, apa yang musti ia tunggu sampai sekarang?"
Ouyaug Siong tidak berbicara, tapi dia lantas manggut-manggut tanda menyetujui pendapat tersebut.
-ooo0ooo-

SEMENTARA itu, Cu Siau hong telah berjalan keluar meninggalkan Liong siang pu ceng, sepanjang dalam pengawasannya dia merasa ada banyak orang yang secara diam-diam telah mengurung tempat itu.
Orang yang mengurung tempat itu tidak se-luruhnya orang Kay pang, ini membuktikan bahwa ada kekuatan lain yang telah menggabungkan diri dengan perkumpulan Kay pang.
Tapi pengepungan itu dilakukan dengan suatu sistim yang amat teratur dan sempurna, mereka semua berada puluhan kaki jauhnya dari sasaran, sehingga orang yang berada dalam toko kain Liong siang pu ceng sama sekali tldak merasakan apa-apa.
Dari sekian banyak orang ternyata tak seorangpun diantara mereka yang dikenali Cu Siau hong.
Dengan cepat Cu Siau hong merasakan dirinya dikuntit orang, dengan cepat dia membelok kedalam sebuah gang sempit.
Orang itu adalah seorang pemuda berbaju hijau dan bertopi kecil, melihat Cu Siau-hong berbelok ke dalam sebuah gang sempit, dengan cepatnya ia menerjang ke depan.
Cu Siau hong segera menghimpun tenaga dalamnya dan melayang keatas lalu melewati wuwung rumah orang, ia lihat orang itu dengan langkah cepat telah menerjang keluar dari gang sempit itu.
Begitu meloloskan diri dari kejaran orang, Cu Siau hong segera membalikkan badan dan berjalan balik ke tempat semula, siapa sangka dua orang pengemis telah menghadang dimu-lut gang tersebut.
Seorang pengemis berusia empat puluh tahunan mengawasi Cu Siau hong beberapa kejap kemudian tegurnya:
"Sobat, apakah kau berasal dari Liong- siang pu ceng?"
"Benar!" Cu Siau hong manggut-manggut.
'Kau ingin bertarung dengan kami dite-ngah jalan raya? Ataukah akan mengikuti kami untuk meninggalkan tempat ini?"
Aku akan mengikuti kalian berdua!"
Satu didepan yang lain dibelakang, dengan cepat kedua orang pengemis itu menjepit Cu Siau hong ditengah dan berjalan kedepan.
Cu Siau hong digusur menuju ke sebuah gedung tak jauh dari sana, tiba-tiba kedua orang pengemis itu turun tangan, satu dikiri yang laindikanan segera mencengkeram tubnuh Cu Siau hong dan diseret masuk ke dalam ruangan besar.
Cu Siau hong tidak meronta, juga tidak melawan, ia membiarkan dirinya diseret ma-suk ke dalam sebuah ruangan besar.
Dalam ruangan itu berdiri tiga orang, Tan Tiang kim, Pek Bwe serta seorang pengemis tua berbadan kurus.
Dari tiga orang yang ada, dua orang diantaranya adalah orang yang dikenal, ini membuat Cu Siau hong merasa agak lega.
Terdengar pengemis berusia setengah umur itu termenung sebentar, kemudian berkata:
"Lapor tianglo, bocah ini keluar dari Li-ong siang pu ceng!"
"Oooh..Apakah dia!" perintah Tan Tiang kim. "kalian segera kembali ke posisinya masing-masing, Ouyang Siong dan Kiau Hui nio amat licik dan banyak tipu musli-hatnya, bila ada kesempatan mereka pasti akan memanfaatkannya untuk melarikan diri.
Dua orang pengemis itu segera melepas-kan Cu Siau hong dan membalikkan badan nya berlalu dari sana.
Tan Tiang kim memperharikan Cu Siau- hong sekejap kemudian pelan-pelan ia berkata:
"Katakanlah! Siapa namamu?"
"Boanpwe Cu Siau hong!"
' Siau hong, kau? ' sera Pek Bwe tertegun.
Rupanya ia sudah menangkap suara sianak muda itu.
"Bukankah semalam kita baru berpisah, mengapa kau berubah muka lagi?" tegur Tan Tiang kim pula.
"Mereka suruh aku keluar melakukan pemeriksaan, penyelidikan dan mengatur rencana untuk melarikan diri'
"Masih ada siapa lagi didalam Liong si-ang pu ceng tersebut?"
"Ouyang Siong dan Kiau Hui nio ......."
Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan.
Tan cianpwe apakah Ti Thian hua telah memberikan pengakuannya .... ?"
"Bocah itu menutup mulutnya rapat-rapat kami gagal untuk menemukan sesuatu keterangan dari mulutnya"
Saat itulah Cu Siau hong baru memalingkan kepala dan memberi hormat kepada Pek Bwee.
Pengemis tua yang bertubuh kurus kering itu mendehem pelan kemudian katanya:
"Apakah, dia adalah Cu Siau hong yang kalian maksudkan itu?"
"Ooya. Cu Siau hong! cepat memberi hormat kepada Hongpo cianpwe" buru-buru Pek Bwe berseru.
Dengan cepat Cu Siau hong membalikkan badan dan menjatuhkan diri berlutut seraya berkata.
Boanpwe yang muda Cu Siau hong, menghunjuk hormat buat cianpwe!"
Tan Tiang kim tidak mencegah Cu Siau hong untuk melakukan penghormatan besar, Pek Bwe juga tidak, terpaksa Hongpo To harus mengulapkan tangannya seraya berseru:
"Bangun, bangun"
Cu Siau hong segera bangkit berdiri, tidak menunggu Tan Tiang kim bertanya, secara ringkas ia telah membeberkan semua rencana yang telah diatur oleh Ouyang Siong serta Kiau Hui nio.
Selesai mendengar penuturan itu, Tan Tiang kim lantas berkata:
''Kalau begitu, orang penting yang sebenarnya justru adalah Ti Thian hua?"
"Sikap Ouyang Siong dan Kiau Hui nio tidak seperti berpura-pura, tampaknya mereka telah diperalat serta dipermainkan oleh Ti Thian hua, jangan dilihat usia orang itu masih muda, sesungguhnya dia adalah seorang manusia yang sangat lihay"
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap ke arah Hongpo To, kemudian katanya:
"Saudara Hongpo, bagaimana pendapatmu tentang persoalan ini?"
Hongpo To termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya:
"Ouyang Siong dan Kiau Hui nio kalau memang tak ada harganya untuk dibiarkan bebas, ada baiknya kita tangkap saja kedua orang itu!"
"Benar juga ucapan ini, sungguh menggelikan sekali dua jago kawakan tersebut, ternyata mereka kena dipermainkan oleh seorang yang masih ingusan''
"Locianpwe, boanpwe pikir teka-teki sekitar Ti Thian hua perlu segera diungkap"
"Setelah urusan berkembang sampai begi-ni rupa, rasanya semua titik terang telah terhimpun semua diatas tubuh Ti Thian hua si bocah itu, tentu saja kita harus bisa mengorek keterangan dari mulutnya!"

Sesudah berhenti sebentar, terusnya:
"Tapi bocah keparat itu tidak mudah dihadapi, aku si pengemis tua merasa tak sanggup untuk menghadapinya. untung saja dari Kay pang telah datang seorang jago tangguh yang khusus ahli dalam menghadapi manusia licik, terpaksa aku si pengemis tua menyerahkan bocah itu kepadanya"
"Apakah orang tua itu adalah Jin locian-pwe?" tanya Cu Siau hong.
"Kau mendengar nama itu dari siapa?"
"Ouyang Siong dan Kian Hui nio pernah membicarakan persoalan ini, mereka bilang selama ini Jin locianpwe selalu mendampingi Pangcu, dengan kedatangan Pangcu disini!, dua berantai Jin cianpwe juga pasti da-tang pula kemari."
Pelan pelan Hongpo To bangkit berdiri lalu katanya:
"Lo-Tan, Ouyang Siong maupun Kiau Hui nio rasanya tidak perlu dibiarkan hidup bebas lagi, aku segera akan membereskan me-reka.
Terhadap Hongpo To, tampaknya Tan Tiang kim menaruh sebagian rasa hormat, dia lantas tertawa.
"Saudara Hongpo, walaupun kedua orang ini bukan manusia baik-baik, tapi mereka justru turut serta dalam penyerbuannya ke perkampungan Ing-gwat san ceng, biarkan me-reka tetap hidup besar kemungkinan akan bermanfaat dikemudian hari''
Hongpo To segera tertawa.
"Aku akan pergi bersama Ki hay, asal me-reka sedikit tahu diri, akan kubiarkan mere-ka tetap hidup, nah aku pergi dulu!"
Begitu bilang mau pergi dia lantas pergi, baru selesai kata-katanya diutarakan, tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Selama ini Cu Siau hong selalu memperhatikan gerak gerik Hongpo To, tapi ia tak berhasil melihat jelas dengan cara apakah dia pergi meninggalkan tempat itu, tubuhnya hanya sedikit bergerak, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
ilmu meringankan tubuh seperti ini benar-benar amat hebat, membuat Cu Siau hong terbelalak dengan mulut melongo dan untuk sesaat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
-ooo0ooo-
BAGIAN 16
SIAU HONG, mengapa kau melongo seperti orang kehilangan semangat...?" tiba- tiba Tan Tiang kim menegur sambil tertawa.
"llmu meringankan tubuh yang dimiliki locianpwe ini sungguh luar biasa sempurnanya.
"Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pengemis tua Hongpo bukan cuma nomor wahid dalam perkumpulan Kay pang, dalam dunia persilatan dewasa inipun boleh dibilang terhitung salah satu tokoh yang pa-ling lihay....
"Cepat sekali, cepatnya bukan kepalang, sampai matapun sukar mcnangkap gerakan tubuhnya"
"Itulah Tun heng pat poh (delapan langkah gerak menghilang), suatu ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna. ditambah lagi dengan kom-binasi semacam ilmu langkah yang sangat aneh dan lihay, semuanya mendatangkan hasil seakan-akan membuat seseorang seperti hilang secara mendadak"
''Agaknya sudah belasan tahun pengemis tua itu tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan bukan?" sela Pek Bwe.
"Benar, dia sudah menutup diri selama lima tahun kemudian melenyapkan diri selama lima tahun lagi, belum sampai sebulan lamanya dia ba-lik ke markas besar Kay pang, selama belasan tahun ini akupun baru pertama kali ini berjumpa dengannya!..
"Apakah ada perubahannya dengan keadaan di masa lalu?"
"Ia tampak seperti jauh lebih kurusan daripada dulu, tapi justru ilmu meringankan tubuhnya jauh lebih sempurna dan ilmu Tun heng pat poh yang dimilikipun tampaknya jauh lebih sempur-na dan luar biasa"
''Pengemis tua itu bukan seorang manusia yang suka mempamerkan diri" kata Pek Bwe, "tapi demostrasi yang diperlihatkannya sekarang benar-benar membuat sepasang mata kita terbuka lebar"
Tan Tiang kim tertawa.
"Wataknya aneh sekali, selama bercokol dalam Kaiy pang hingga kini, belum pernah ia menerima murid "
Agaknya ucapan itu belum semua diutarakan ta-pi secara tiba-tiba ia menutup mulut.
Pek Bwe juga tidak banyak bertanya lagi, dia lantas mengalihkan pembicaraannya ke soal lain katanya:
"Tan heng, mungkinkah Ouyang Siong dan Kiau Hui nio berhasil meloloskan diri dari ceng-keraman saudara Hongpo?"
"Tidak besar peluang untuk itu, yang kukuatirkan justru kalau sampai kedua orang itu dibunuh olehnya.
Dari perkataan itu bisa diketahui bahwa ia me-naruh keyakinan yang besar terhadap kemampuan yang dimiliki Hongpo To.
Perasaan Cu Siau hongpun menjadi tenang kembali, pelan-pelan dia berkata.
"Tan cianpwe, bagaimana dengan kedaan yang diderita Ngo tok giok li?"
"Ilmu menotok jalan darah yang digunakan Ti Thian hua sangat aneh dan istimewa, aku dengan lo Hay sudah setengah harian lamanya memeras otak tapi belum juga berhasil untuk membebaskan pengaruh totokan tersebut, terpaksa kami masih tetap mempergunakan kemampuan Ti Thian hua, sampai sekarang mereka masih tetap sama mem-pertahankan diri"
"Demi keselamatan dari Ngo tok giok Ii apakah kalian juga tidak menyiksa Ti Thian hua"
Sekalipun Kay pang tidak takut dengan Ngo tok bun tapi kamipun tak ingin mengikat tali permu-suhan ini. .
"Pangcu kalian toh berpengalaman sangat luas dan matang, mengapa saudara Tan tidak bertanya kepadanya?" sela Pek Bwe.
Itulah satu-satunya harapno kami, cuma aku dan Ki Hay telah membicarakannya, kami rasa persoalan ini lebih baik jangan ditanyakan secara langsung kepada pangcu, sebab cara menotok jalan darah yang dimiliki Ti Thian hua aneh sekali!"
"Benar juga perkataan itu" sambung Pek Bwe, seandainya pangcu sampai tak mampu untuk membebaskannya .....'
Tan Tiang kim menghela napas panjang, tukas-nya:
"Pangcu sudah tua dan banyak urusan, ada sementara persoalan kami tak ingin merepotkan dirinya lagi, maka belakangan ini kami beberapa orang tianglo sering berkumpul di markas besar dan membantunya untuk melaksanakan beberapa tugas"

'Berbicara dari keadaan dalam dunia persilatan saat ini, semestinya Pangcu kalian adalah jago yang paling terkenal dan berkedudukan paling tinggi dalam dunia persilatan..." Belum habis Pek Bwe berkata, terdengar suata seseorang yang rendah dan berat telah bergema datang.
"Sudah tua, sudah tua, Pat lote tak usah terlalu memuji diriku lagi .... "
Ketika Cu Siau-hong berpaling, dia menyaksikan seorang kakek berambut putih yang memakai baju abu-abu penuh tambalan pelan--pelan berjalan masuk ke dalam ruangan.
Tak perlu diperkenalkan lagi oleh Pek Bwe maupun Tan Tiang-kim, Cu Siau-hong juga tahu kalau kakek ini adalah Pangcu dari Kay pang, cepat-cepat memberi hormat sambil berseru:
"Cu Siau-hong dari Bu-khek-bun menghunjuk hormat buat Pangcu!"
Ia lantas menyincing baju dan menjatuhkan diri berlutut.
Kakek berbaju abu-abu itu segera membangumkan Cu Siau hong dengan tangan kirinya, kemudian berkata:
"Nak, bangunlah! Terhadap kematian suhumu, lohu merasa amat menyesal dan sedih, dalam peristiwa ini partai kami akan berusa-ha dengan segala kemampuan untuk membongkar duduk perkara yang sebenarnya"
'Siau hong mengucapkan banyak banyak terima kasih buat pangcu!"
Sementera itu Tan Tiang kim maupun Pek Bwe telah bangkit berdiri dan memberi hormat.
Kakek berbaju abu-abu itu balas memberi hormat.
Pek lote duduklah ...."
Selesai berkata dia lantas duduk di bangku yang berada dihadapannya, kemudian baru berkata lagi:
'Tiang kim, barusan aku dengar tentang ilmu totokan jalan darah, sebenarnya apa yang telah terjadi? '
Tan Tiang kim memberi hormat lebih dahulu, kemudian jawabnya:
"Itulah semacam ilmu totokan jalan darah yang aneh sekali, baik aku maupun lo Hay tidak berhasil untuk membebaskannya '
"Baiklah .....bawa aku ke sana, ilmu silat memang lebih luas dari samudra, sekalipun gagal untuk membebaskannya juga bukan se-suatu yang memalukan"
Dia adalah pangcu yang paling lama menjabat kedudukannya dalam sejarah Kay pang, tahun ini telah berusia sembilan puluh ta-hun, menjabat sebagai ketua sudah lima puluh enam tahun.
Dia merupakan satu-satunya tokoh yang paling disayang dan dikagumi oleh semua anggota Kay pang, itulah sebabnya semua anggota Kay pang tidak membiarkan ia pensiun, tapi kuatir pangcunya kelewat lelah, maka para tianglo selalu berkumpul dimarkas besar untuk mewakilinya melaksanakan tugas-tugas sehari-hari.
Terhadap pangcu tuanya ini, Tan Tiang -kim juga menaruh sikap yang sangat menghormat, maka melihat lo pangcu sudah beranjak, cepat-cepat dia melompat bangun seraya berseru.
"Tecu akan membawakan jalan buat lo Pangcu!"
Sementara itu Cu Siau hong sedang berbisik kepada Pek Bwe:
"Locianpwe, bolebkah aku turut serta?"
Pek Bwe manggut-manggut.
"Hayo berangkat, kita melihat bersama!"
Ngo tok giok li dan Ti Thian hua disekap di dalam sebuah ruangan rahasia dalam gedung itu.
Empat orang anggota Kay pang siang malam berjaga-jaga diluar ruangan tersebut.
Ketika keempat orang pengemis berusia setengah umur itu melihat lo-pangcunya datang, buru-buru mereka membungkukkan badan untuk memberi hormat.
Buru-buru Tan Tiang kim maju kedepan sambil berseru:
"Buka pintu kamar!"
Empat orang anggota Kay pang itu mengiakan dan segera membuka pintu ruangan tersebut.
Cu Siau hong mengikuti di belakang lo pangcu, turut masuk ke dalam ruangan tersebut.
Ketika dia mengalihkan sinar matanya, tampaklah Ngo tok giok li sedang berbaring di atas sebuah pembaringan kayu.
Ti Thian hua sendiri sedang duduk diatas sebuah kursi disamping lain dari ruangan tadi.
Lo pangcu berjalan langsung ke hadapan Ti Thian hua, kemudian sambil tertawa katanya:
"Anak muda, kenal dengan aku si pengemis tua ?"
Ti Thian hua memandang sekejap ke arah kakek itu, lalu menyahut:
"Aku belum pernah bersua denganmu, tapi tahu siapakah dirimu"
"Oya?"
"Bukankah kau adalah Ui lo pangcu dari Kay-pang?"
"Benar, aku si pengemis tua adalam pangcu dari Kay-pang" Ui lo pangcu manggut-manggut.
"ada urusan apa kau mencari aku?"
Ui lo pangcu tertawa, katanya:
"Konon kau bisa mempergunakan semacam ilmu menotok jalan darah yang amat aneh?"
Benar!?" Ti Thian hua mengangguk, "kepandaian tersebut merupakan suatu kepandaian manunggal dalam dunia persilatan!"
"Dapatkah aku si pengemist tua ikut menyaksikan kelihayan itu?"
"Lihat saja sendiri! Jalan darah Ngo tok giok li telah kutotok dengan ilmu mangunggalku itu"
Pelan-pelan Ui lo pangcu berjalan ke depan dan menghampiri kesamping Ngo tok giok li.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap ke arah Ti Thian hua dengan pandangan dingin, ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat itu kemudian diurungkan.
Ngo tok giok li sendiri juga sedang mengamati Ui lo pangcu sekejap, kemudian tegurnya:
"Apakah kau adalah Ui lo pangcu?"
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Nak, kau juga tahu tentang aku?"
"Ibu bilang, kau adalah ornga yang pantas dihormati dan di kagumi di dunia ini!"
Mendengar itu, Ui lo pangcu segera tertawa:
"Aaah.... Itu kan ibumu terlalu memuji aku si pengemis tua" sesudah berhenti sejenak, lanjutnya:
"Nak, jalan darah yang amnakah yang telah tertotok?"
"Agaknya jalan darah sin-hong dan Hong hu-hiat!"
Ui lo pangcu manggut-manggut.
"Nak, sekarang apa yang kau rasakan dengan tubuhmu itu?" kembali tanyanya.
"Separuh badanku kaku dan kesemutan sukar bergerak, agaknya seluruh badan ini sudah bukan milikku lagi!"
"Benar!" kata Ui lo pangcu sambil Mengangguk, kedua buah jalan darah itu telah menguasahi separuh dari urat syaraf ditubuhmu, ini menyebabkan separuh badan menjadi hilang perasaan, bukan demikian?"
"Benarl"
"Nak, dikala luka pada jalan darah itu akan mulai kambuh, apa pula yang kau rasakan?"
"Seluruh nadiku lamat-lamat terasa sakit sekali, seperti ada beribu-ribu ekor semut yang sedang berjalan didalam badan"
"Ooh, nak dari sekarang sampai kambuhnya luka itu masih ada berapa lama?"
"Kurang lebih dua jam"
"Aku mengerti sekarang, bersediakah kubebaskan jalan darahmu yang tertotok itu?"
"LO-PANGCU, apakah kau orang tua bernama Ui Thian to?
Ui lo paugcu segera manggut-manggut.
"Benar, apakah ibumu sering menyebut nama-ku?"'
"Benar, ibu seringkali menyebut nama dari li-ma orang, kau orang tua adalah salah seorang di antaranya, juga merupakan orang yang paling di kagumi oleh ibuku"
"Dimasa lalu aku si pengemis tua pernah bertemu beberapa kali dengan ibumu, suatu ketika kebetulan hujan sedang turun dengan derasnya. kami berteduh dalam sebuah kuil kecil, semalam suntuk kami bercakap-cakap terus tiada hentinya" Setelah tertawa, lanjutnya.
"Sekarang aku sudah tua, masa hiduppun su-dah semakin pendek. Boleh aku tahu ke empat nama lain yang sering disinggung ibumu?"
"Ibu bilang kau adalah tulang punggung-nya dunia persilatan, apa yang kau katakan boleh dipercaya sepenuhnya, bila aku ada kesempatan berjumpa denganmu, aku dianjurkan jangan sekali-kali membohongi dirimu"
Ui Thian-to mengelus jenggotnya dan mengangguk tiada hentinya, kemudian berkata:
'Ibumu benar-benar memandang tinggi diri aku si pengemis tua!"
"Empat orang yang seringkali disinggung ibuku. antaranya terdapat seorang she Ui yang bernama Dewa pincang Ui Thong. kali ini jauh-jauh aku datang ke kota Siang-yang tidak lain adalah untuk memenuhi janjiku dengannya"
"Sudah banyak tahun ia tak pernah muncul dalam dunia persilatan, bahkan perkumpulan kamipun tak tahu dimana ia telah menyembunyikan dirinya, mengapa kau bisa datang ke kota Siang-yang untuk mencarinya?"
"Banyak tahun berselang ia telah mengadakan perjanjian dengan ibuku untuk berjumpa disini, aku datang untuk mewakili ibuku"
Karena ia tidak menerangkan mengapa datang untuk memenuhi janji, Ui Thian to juga tidak banyak bertanya, dia lantas mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain katanya:
"Nak, siapa pula tiga orang lainnya?'
"Yang seorang adalah ciangbunjin partai Bu khek bun yang bernama Tiong Leng kang sebenarnya aku ingin pergi menjumpainya, sayang ditengah jalan aku terlalu banyak berpesiar sehingga ketika tiba dikota Siang-yang, saat perjanjian telah tiba, aku jadi tak punya waktu untuk menyambangi-nya lagi.
Baik Pek Bwe maupun Cu Siau hong sama-sama merasakan hatinya bergetar keras, tapi mereka tidak berkata apa-apa.
Sementara itu Ui Thian-to telah manggut-manggut seraya berkata:
"Siapa pula dua orang yang lain?"
"Yang seorang bernama Ouyang Yu hong sedangkan yang kelima mempunyai nama yang aneh sekali, nama itu seperti bukan nama aslinya melainkan hanya sebuah ju-lukan, dia bernama To bu im (manusia tunggal tanpa bayangan)!"
"Aku pernah dengar tentang nama Ouyang Yu hong, cuma sayang aku tak bisa mengingatnya kembali untuk sesaat"
"Bagaimana dengan To-bu-im? Apakah lo pangcu pernah mendengar orang menyebut nama itu?"
"Belum pernah ..... "
'Ia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Tan Tiang kim, kemudian melanjutkan:
"Tiang kim, kau pernah dengar tentang nama orang ini?"
"Lapor pangcu, hamba belum pernah mendengar nama julukan semacam itu didalam dunia persilatan"
"Kalian pernah dengar tentang manusia yang bernama Ti Thian hua ini?" tanya Ngo tok giok li kembali.
Tan Tiang kim berpaling dan memandang sekejap kearah Ti Thian hua, kemudian sahutnya:
"Belum pernah, baru pertama kali ini kami bertemu dengannya.."
"Nak, aku teringat sekarang apakah kau dilukai karena penutupan jalan darah? Itu berarti kau sudah terluka oleh semacam ilmu totokan yang jauh lebih sempurna dari totokan biasa, coba akan kulakukan pembebasan, bila berhasil membebaskan jalan darahmu itu, kita baru berbicara lebih jauh .."
Ngo tok giok li segera memejamkan matanya rapat-rapat, lalu berkata dengan pasrah:
"Locianpwe, silahkan turun tangan!"
Ui Thian to tertawa, baru saja dia akan turun tangan, mendadak Ti Thian.hua berteriak keras:
"Jangan kau sentuh dirinya!"
Tan Tiang kin segera mendengus dingin.
"Hmm! Orang she Ti" serunya, "kami sudah bersikap cukup sabar kepada mu, cuma sebentar lagi kau bakal merasakan penderitaanmu, Tiong hujin segera akan datang kemari, kami akan serahkan kau kepada Bu--khek bun, sampai dimanakah kerasnya tulangmu, dengan cepat semuanya akan terbukti.."
"Kalian..." Ti Thian hua menjadi termangu-mamgu dan tak mampu melanjutkan kembali kata-katanya.
'Siapa yang berhutang, dia harus memba-yar, Bu Khek bun segera akan menagih hutang darahnya dari atas badanmu' sambung Tan Tiang kim lebih lanjut. ..
Sementara itu Ui Thian to telah berpaling seraya bertanya:
"Ti sauheng, mengapa aku si pengemis tua tak boleh turun tangan?"
"Demi kebaikannya juga demi kebaikanku, dia bukan terluka oleh ilmu penutup jalan darah"
"Lantas dapatkah kau terangkan, ia sudah terluka oleh kepandaian apa ......?''
"Semacam ilmu menotok jalan darah yang agak istimewa"
"Hmm .....!".'Tan Tiang kim segera mendengus dingin, lalu katanya, "pangcu bocah ini licik dan banyak tipu muslihatnya, kita tak boleh percaya dengan perkataannya."
"Jika kalian salah menggunakan kepandai-an, bisa jadi selembar jiwanya akan mela-yang, bila ia sampai mati maka aku juga bakal turut menanggung dosanya"
"Bocah keparat ini sudah berbicara sedari tadi, sampai sekarang bicara pulang pergi yang dipentingkan adalah kepentingan diri sendiri.."

Sekarang keadaanku ibaratnya ikan didalam jaring, bisa menemukan setitik harapan untuk menyelamatkan diri, tentu saja aku tak dapat melepaskannya dengan begitu saja"
"Ti sau-heng kata Ui Thian to sambil tertawa, ''sekalipun kau berniat untuk menyeret nona ini juga tak akan berhasil melindungi dirimu sendiri, utang darah dari Bu khek bun..."
"Aku cukup memahami keadaanku sendiri" tukas Ti Thian hua, "karena itu aku baru mengikat nyawa nona Ciat dengan keselamatanku, andaikata kau menghukum mati diriku, sama artinya dengan menghukum mati dirinya"
"Itu berarti jika kami dapat membebaskan jalan darah si nona yang tertotok, berarti kau tidak mempunyai sandera lagi bukan?"
"Tapi orang lain tak akan berhasil memunahkan totokan jalan darahku yang istimewa itu..."
"Sekalipun cara monotok jalan darah dari pelbagai aliran berbeda-beda, namun selisihnya tak akan terlalu jauh, mungkin saja aku si pengemis tua dapat membebaskan pengaruh totokanmu itu, cuma aku toh bisa saja untuk mencobanya....."
"Kau harus tahu" sela Ti Thian hua, 'jika sampai salah menggunakan cara, hal itu bisa mendatangkan penderitaan yang luar biasa bagi nona Ciat"
"Aku tidak takut" mendadak Ngo tok giok li menukas, "silahkan Ui lo nanscu untuk mencobanya"
"Tidak bisa!" teriak Ti Thian hua gelisah, nona Ciat darah yang ngalir secara terbalik bisa mendatangkan suatu penderitaan yang luar biasa hebatnya"
"Hmm! Ti Thian-hua, sekarang aku baru mengerti, rupanya kau sedang memperalat diriku" seru Ngo tok-giok li dengan men-dongkol.
"Selama ini aku selalu mempunyai kesempatan untuk membinasakan dirimu, tapi aku selalu bersabarkan diri dan tidak turun tangan"
"Asal kau berniat untuk merampas obat pemunah dari sakuku, kau akan segera merasakan pula bagaimana dahsyatnya cara racun dari Ngo tok bun yang bisa segera merenggut nyawamu'
"Benarkah nona membawa obat racun semacam itu?'
'Kau belum percaya? Ketahuilah, aku tidak mempergunakan racun itu terhadap di-rimu, lantaran ibuku telah berpesan agar aku tidak sembarangan menggunakan racun untuk menghadapi orang lain.'
Ui Thian to segera menghela napas panjang.
'Nona Ciat!" katanya, "bila aku si pengemis tua gagal membebasksn jalan darahmu kau pasti akan merasakan penderitaan yang hebat, maka kau boleh saja menampik per-mintaanku ini, aku si pengemis tua tidak a-kan memaksa"
"Aku tidak takut, kehidupan yang mati tidak hiduppun tidak ini sudah bosan kulewati, aku sudah tidak takut lagi menghadapi ancaman kematian, sekarang aku sudah membuang jauh-jauh pikiran tentang mati atau hidup. Ui pangcu, silahkan turun tangan"
Ui Thian to segara menghela napas panjang:
"Bagus, keberanian nona sungguh membuat aku merasa amat kagum!"
"Tiba-tiba tangannya diayunkan ke depan kemudian secara beruntun melepaskan dua buah pukulan berantai.
Menyusul kemudian, tangan kirinya juga mulai bergerak, dalam sekejap mata, ia telah menggunakan lima macam ilmu melepaskan jalan darah.
Tampak Ngo tok giok li mengerutkan dahinya rapat-rapat, rupanya sedang menahan suatu penderitaan yang luar biasa.
Sekalipun wajahnya menunjukkan suatu siksaan dan penderitaan yang luar biasa, namunn gadis itu tetap menggertak gigi dan sama sekali tidak mengeluarkan suara apapun. Peluh sebesar kacang sudah mulai jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah Ui Thian to..
Ucapan Ti Thian hua memang tak salah ilmu menotok jalan darah yang dimilikinya memang semacam ilmu menotok jalan darah yang luar biasa hebatnya, dengan pengetahuan yang dimiliki Ui Thian to ternyata ia belum sanggup untuk membebas-kannya.
Melihat kenyataan itu Ui Thian to menghembuskan napas panjang, gumamnya lirih:
Nak, kau....' .
"Locianpwe, aku sangat menderita, mohon kau orang tua sukalah menyempurnakan diriku!" seru Ngo tok giok li dengan wa-jah sedih.
Tan Tiang kim maupun Pek Bwe yang menyaksikan kejadian itu sama-sama berubah wajahnya, mereka adalah jago kawakan yang berpengalaman, mereka mengerti bahwa ilmu yang dipakai Ti Thian hua memang benar-benar sejenis ilmu menotok jalan da-rah yang istimewa, bila salah cara pembebasannya maka hal itu akan mendatangkan suatu pendcritaan yang hebat bagi penderitaannya.
Sekarang Ngo tok giot li sudah amat menderita, rupanya ia sudah tak tahan untuk menanggung perderitaan tersebut lebih jauh.
Sekalipun Ngo tok giok li sudah berusaha dengan segenap tenaga untuk melawan penderitaan itu, tapi ia tetap tidak berhasil untuk melawan siksaan akibat mengumpul nya darah dalam tubuh yang mengalir terbalik, dengan suara setengah merengek ia meminta:
''Lo pangcu, sempurnakanlah diriku!"
Menyaksikan penderitaan yang diperlihatkan Ngo-tok giok li, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Cu Siau hong, mendadak ia teringat kembali dengan kitab yang diberikan Lo Liok si penjaga istal kuda kepadanya itu.
Meski di atas kitab tersebut tercantum beberapa jurus ilmu pedang, tapi disinggung pula soal semacam ilmu membebaskan totokan jalan darah yang sangat aneh.
Tulisan yang tercantum dalam kitab itu masih tertera jelas dalam benak Cu Siau hong, maka begitu terbayang, tulisan dalam kitab itupun seakan-akan muncul kembali di depan mata.
Ia hanya tahu kalau ilmu itu adalah semacam ilmu membebaskan jalan darah orang, tapi tidak diterangkan dariamna asalnya dan entah dapat atau tidak untuk membebaskan jalan darah Ngo tok giok li yang tertotok.
Tapi menyaksikan penderitaan yang luar biasa dari gadis tersebut, timbul ingatan dalam benak Cu Siau hong untuk mempraktekkan ilmu pembebasan jalan darah tersebut.
Sebagai seorang pemuda yang cepat mengambil keputusan, begitu berpikir sampai kesitu, dia lantas mengulurkan tangannya dan meraba jalan darah Ngo tok giok li yang terluka itu. .
Ujung baju yang lebar menutupi jari tangannya, padahal secara diam-diam ia telah menggunakan ketiga buah jari tangannya untuk mengurut jalan darah yang terluka itu, kemudian katanya:
"Lo pangcu, mengapa tidak dicoba dengan cara yang lain?"'

Dengan pandangan dingin Pek Bwee mengawasi gerak-gerik dari Cu Siau hong itu, kemudian dengan perasaan tak senang pikirnya:
"Bocah ini selamanya tenang dan pandai mem-bawa diri, mengapa sikapnya pada hari ini begi-tu kasar dan gegabah!"
Untung saja Ui Thian to adalah seorang ka-kek yang berbudi luhur dan penuh welas kasih, dia tidak menunjukkan sikap apa-apa, cuma setelah menghela napas, sekali lagi dia melepaskan pukulan.
Baru saja pukulan itu diayunkan, mendadak Ngo tok giok li bangun berdiri dan mengangkat u-jung bajunya untuk menyeka keringat diatas wa-jahnya, setelah melirik sekejap ke arah Cu Siau hong, dia berpaling kembali kewajah Ui Thian -to seraya berkata.
"Terima kasih banyak locianpwe, luka pada jalan darah boanpwe telah bebas!"
Ui Thian to manggut-manggut.
"Silahkan nona untuk beristirahat!"
Tan Tiang kim yang berada disampingnya segera berkerut kening, lalu bisiknya.
"Nona, benarkah totokan jalan darahmu telah bebas?"
"Tentu saja benar" jawab Ngo tok giok li" aku hanya tertotok jalan darahnya, kini jalan darahku telah bebas, kesehatan badankupun sudah terasa sehat kembali seperti sedia kala"
Tan Tiang kim segera menghela napas panjang, bisiknya lagi:
"Nona, bila jalan darahmu telah bebas, kau tak usah menyiksa diri disini lagi, silahkan beritirahat di kamar yang lain"
"Terima kasih locianpwe!"
"Dayang nona juga telah ditolong oleh partai kami, silahkan nona mengikuti aku si pengemis tua!"
Ngo tok giok li sekali lagi melirik ke wajah Cu Siau hong, ia merasa wajah orang itu masih asing baginya, bibirnya bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat itu dibatalkan, kemudian mengikuti di belakang Tan Tiang kim berlalu dari ruangan itu.
Ketika tiba di pintu depan tiba-tiba Tan Tiang kim berpaling seraya berkata:
"Saudara Pek Bwe kau boleh menanyai orang she Ti itu!"
"Terima kasih saudara Tan" sahut Pek Bwe sambil mengangguk.
Pelan-pelan dia berjalan kesamping Ti Thian hua, kemudian dengan dingin tegurnya:
"Bocah muda kau kenal dengan lohu?"
"Tidak kenal!"
Tidak kenal? Lohu bisa memberitahukan kepadamu, aku bernama Pek Bwee, Tiong It ki yang berhasil kalian culik setelah melakukan penyerbuan ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng itu adalah cucu luarku. Sekarang kau sudah tahu bukan?"
"Aku pernah mendengar tentang itu"
"Baik! Sekarang kau telah mengetahui asal-usul lohu, tiba pada giliran lohu untuk mengajukan pertanyaan kepadamu!"
Setelah Ti Thian hua kehilangan Ngo tok giok li sebagai sanderanya yang amat tangguh, sikapnya berubah menjadi jauh lebih ramah, pelan-pelan dia berkata:
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Tiong It ki, sekarang dia ada dimana?"
"Aku tidak tahu"
"Baik! Kau boleh tidak menjawab pertanyaan dari lohu, tapi kau harus merasakan penderitaan yang luar biasa akibat dari totokan yang lohu lakukan kepadamu"
Pelan-pelan dia menghampiri Ti Thian hua, lal-u katanya dengan suara dingin.
"Bagaimana kalau kau merasakan dulu kelihayan lobu?"
Desingan angin tajam berkelebat lewat dengan cepat ia telah monotok dua buah jalan darah di-tubuh Ti Thian hua.
Waktu itu Ti Thian hua sudah terkena racun jahat dari Ngo tok giok li, jalan darah pada ke-dua belah kakinya juga telan tertotok, terhadap serangan totokan dari Pek bwe sudah barang tentu tak mampu untuk mengatasinya.
"Ti Thian hua aku tidak percaya kalau kau terdiri dari baja dan otot kawat ....." kata Pek Bwe dingin, "bisakah kau melawan penderitaan akibat menimbunnya aliran darah yang membalik?"
"Aku bukan terbuat dari baja atau otot kawat, aku juga tak tahan merasakan penderitaan sema-cam itu, tapi aku benar-benar tidak tahu saat i-ni Tiong It ki berada dimana"
"Tapi kau tentunya mengatahui banyak masalah yang lain bukan?"
"Benar! Aku memang mengetahui banyak uru-san, tapi persoalan tersebut semuanya sudah lewat"
"Biar lewat toh merupakan berita hangat, tak ada salahnya bagimu untuk membicarakan masa-lah yang sudah lewat itu"
''Selama ini Cu Siau hong berdiri disamping Ti Thian hua, dengan mulut membungkam, sepatah katapun ia tidak berbicara.
"Baik!" kata Ti Thian hua kemudian "tapi kau harus membebaskan dulu totokan jalan darahmu itu"
Pek Bwe manggut-manggut.
"Dengarkan baik-baik wahai orana she Ti, jika kau berani bermain setan dihadapanku, akan kusuruh kau merasakan siksaan dan penderitaan yang beratus-ratus kali lebih hebat"
Ti Thian hua menghembuskan napas panjang, setelah termenung sebentar ujarnya:
"Aku juga turut serta didalam penyerbuan terhadap perkampungan Ing-gwat san-ceng, tapi aku bukan otak dari kejadian tersebut"
"Lanjutkan, tak perlu diuraikan!"
'Selain aku, masih ada banyak orang lain, antara lain Ouyang Siong, Kiau Hui nio dan dela-pan belas jago pedang macan kumbang hitam (hek pa kiamsu) ......"
"Darimana datangnya jago-jago pedang macan kumbang hitam itu?" tukas Pek Bwe.
"Aku cuma tahu mereka datang dari lembah Hek pa kok!"
"Lembah Hek pa kok? Sudah setengah abad lohu berkelana dalam dunia persilatan, mengapa belum pernah mendengar nama tempat itu?"
"Tentu saja tempat itu sangat rahasia letaknya, sekalipun aku adalah sobat mereka dibibir, toh sama saja tidak kuketahui dimanakah letak lembah Hek pa kok tersebut?'
"Siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan terhadap anak murid Bu khek bun yang berada di perkampungan Ing-gwat san ceng?"
"Sebagian besar mati ditangan pendekar-pendekar pedang macan kumbang hitam, tentu saja Ouyang Siong maupun aku juga turut ambil bagian"
"Kemana perginya Tiong It ki?"

"Dibawa pergi oleh pendekar pedang macan kumbang hitam"
Dibaw kembali ke lembah Hek pa kok?"
"Benar!"
"Baik! Katakan lebih lanjut"
"Aku hanya bisa mengatakan itu saja..."
Pek Bwe segera tertawa dingin serunya:
"Apa hubunganmu dengan para pendekar pedang macan kumbang hitam itu .....!''
"Aku adalah mata-mata yang mereka kirim datang ke kota Siang-yang dengan tugas menyelidiki gerak-gerik dari Bu kek bun"
"Mengapa mereka melakutan penyerbuan berdarah terhadap Bu kek bun?"Pek Bwe bertanya lagi. "Aku tidak tahu!"
Pek Bwe termenung beberapa saat lamanya, lalu berkata:
"Baik, Hari ini kita berbincang-bincang sampai disini dulu"
Setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Cu Siau hong, terusnya:
"Mari kita pergi!"
Cu Siau hong dengan mengikuti dibelakang Pek Bwe segera berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil.
Setelah berada dalam ruangan itu, Pek Bwe baru menghembuskan napas panjang, katanya:
"Siau hong, selama ini aku terlalu memandang tinggi dirimu, sungguh tak disangka hari ini kau telah melakukan suatu perbuatan yang membuat kecewanya hatiku"
Sampai waktu itu, Cu Siau hong masih berwujud wajah penyamaran, bukan saja obat penyaru menutupi kelembutan wajahnya. se-lain itu juga menutupi kelincahan dan daya tariknya.
Sekalipun paras mukanya mengalami pe-rubahan, namun tidak merubah ketenangan dan kelembutan sikapnya.
Dia tertawa, lalu katanya:
"Locianpwe maksudkan ....."
"Ngo tok giok-li adalah seorang nona, mengapa kau sembarangan meraba badannya?"
'Locianpwe, menurut pendapatmu, apakah boanpwe adalah manusia semacam itu?''
"Oooh...! Bukankah tanganmu kau tekan-kan diatas badan nona tersebut dengan menyembunyikan jari tanganmu dibalik ujung baju? Memangnya lohu tidak melihatnya?"
''Locianpwe. agaknya bila aku tidak ber-terus terang, mungkin sulit untuk memberi penjelasan kepada Locianpwe"
"Aaaai ....! Nak, kau harus tahu, kesempur-naan tenaga dalam Ui lo-pangcu sudah mencapai pada taraf yang luar biasa, sekalipun dalam hati kecilnya tak senang, perasaan tersebut tak akan diperlihatkan diatas wajahnya, sekalipun Tan Tiang kim sendiri juga tetap menahan diri tanpa berbicara, akan tetapi akupun dapat menangkap sinar gusar diatas wajahnya itu.!"
'Boanpwe tidak tega melihat penderitan yang dialami nona itu, maka aku berniat membantu Ui lo pangcu dengan membebaskan jalan darahnya yang tertotok"
Mendengar perkataan itu, Pek Bwe menja-di tertegun.
"Apa kau bilang? Kau membantu Ui pangcu untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok? ' serunya.
Ia terlalu memahami kemanpuan Cu Siau hong, dia yakin Cu Siau hong tak akan mampu untuk membebaskan totokan jalan darah yang amat istimewa itu.
Cu Siau hong segeras mengangguk.
"Yaa! Boanpwe memang sedang membantu Ui pangcu untuk membebaskan jalan darahnya yang tertotok"
"Dengar ilmu pengetahuan yang dimiliki Ui pangcu saja, ia musti menggunakan tenaga yang amat besar sebelum berhasil mem-bebaskan jalan darah si nona yang tertotok, darimana mungkin kau mampu untuk melakukannya. ?"
Tentu saja Cu Siau hong tak dapat menerangkan kalau dia mempelajari ilmu itu dari kitab pemberian penjaga kuda she Liok.
Terpaksa katanya:
"Belakangan ini boanpwe telah mengalami penemuan baru, locianpwe toh bukannya tidak tahu"
"Apakah si Dewa pincang yang mewariskannya kepadamu ...."
Belum sempat Cu Siau hong menjawab, tampak Ui Thian-to dengan jenggot pu-tihnya berkibar terhembus angin pelan-pe-lan melangkah masuk ke dalam ruangan, ke-mudian ujarnya:
"Pek lote, jangan kau tegur dirinya, memang dialah yang telah membebaskan pengaruh totokan ditubuh Ngo tok giok li'
Pek Bwe segera menjura.
Ui pangcu...."
Ui Thian to tertawa lebar, kembali ujarnya . "Enghiong muncul dari kaum muda, nak apakah kau yang bernama Cu Siau hong?"
"Cu Siau hong segera menjura dalam-dalam, betul boanpwe orangnya, jika boanpwe- telah bersikap lancang tadi, harap cianpwe sudi memaafkan!'.
"Bukankah Wajahmu kau tutupi dengan obat penyaru?"
"Benar!"
"Pek Bwe yang berdiri disisinya segera menegur:
"Siau hong, apakah kau masih berniat untuk menjumpai Ouyang Sioug lagi?"
"Tidak! '
"Kalau begitu cepatlah cuci mukas dan kembalikan wajah aslimu, macam tampangmu sekarang benar-benar taj sedap dipandang"
Cu Siau hong mengiakan dan segera mengundurkan diri dari ruangan itu.
Setelah obat penyaru diwajahnya dicuci sampai bersih, kemudian pemuda itu seakan-akan telah berubah menjadi seorang yang lain.
Dengan sangat teliti Ui Thian to memperhatikan seluruh wajah Cu Siau hong, kemudian manggut-manggut.
"Nak lohu sangat berharap bisa menemukan kembali musuh besar pembunuh anggota Bu Khek bun serta menyelesaikan persoalan ini sampai tuntas, setelah keinginanku terkabul, aku si pengemis tuapun akan mengundurkan diri dari keramaian dunia"
"Terima kasih lo pangcu segenap anggota Ku Khek bun akan bersyukur untuk bantuanmu itu"
Ui Thian to tertawa, katanya kemudian:
"Pek lote, apakah Ti Thian hua berhasil mengungkapkan masalah-masalah yang lain?"
Pek Bwe segera menghela napas panjang.

"Sekalipun dia berbicara, tapi sama halnya dengan tidak berbicara, dia menyinggung soal pendekar macan kumbang hitam serta lembah macan kumbang hitam, belum pernah siaute mendengar tentang nama tempat itu"
Ui Thian to mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Kalau begitu ia memang cukup menggemas-kan, sebentar setelah diserahkan kepada Bu khek bun, tak ada halangannya kalian paksa ia untuk mengucapkan beberapa patah kata lagi!"
"Baik!"
Ui Thian to lantas manggut-manggut, diantara berkibarnya jenggot yang berwarna putih itu, pe-lan-pelan dia barjalan keluar dari ruangan terse-but.
Memandang hingga bayangan punggung Ui lo pangcu lenyap dari pandangan mata, Pek Bwe segera berbisik lirih.
"Siau hong, lohu mau tak mau harus takluk juga kepadamu, sebenarnya masih berapa banyak kepandaian yang tercatat dalam perutmu, seakan-a-kan kau menyimpan suatu tenaga yang tak ada habisnya saja?"'
Cu Siau hong segera tersenyum.
"Locianpwe, aku tidak lebih hanya beradu na-sib saja....."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Aku ingin pulang untuk menengok sunio!"
"Benar, kau memang harus pergi menengok suniomu, dia selalu merindukan dirimu"
"Cinta kasih dari Subo selalu membuat Siau hong merasa terharu saja .....! "Sekarang Kay Pants telah mengerahkan tak sedikit jago-jago lihaynya, Ouyang Siong serta Kiau Hui nio tak bakal lolos dari tangan mereka, pulanglah dengan perasaan lega !"
Tolong cianpwe suka sampaikan salamku pada Ui pangcu dan Tan Tianglo karena bo-anpwe akan pulang tanpa pamit lagi"
Sekembalinya ke gedung yang didiami Pek Hong, ia baru merasakan bahwa gedung itu pun dijaga dengan ketat oleh jago-jago Kay pang, tapi penjagaan mereka hanya dipusatkan pada halaman depan dan halaman be-lakang, setelah masuk halaman yang kedua, disana semuanya adalah orang orang Bu khek bun.
Waktu itu Pek Hong, Seng Tiong gak dan Tang Cuan sedang duduk berkerumun diruang tengah, entah apa yang sedang dirun-dingkan?
Ketika melihat kedatangan Cu Siau hong, ketiga orang itu segera menunjukkan rasa kaget bercampur girang yaug sedikit diluar dugaan, dengan langkah cepat Cu Siau hong segera memburu masuk kedalam, setelah menjatuhkan diri tersebut, serunya:
"Siau hong menjumpai sunio!"
Pek Hong segera membangunkan Cu Siau-hong sepasang matanya basah oleh air mata, sementara sekulum senyuman tersungging diujung bibirnya.
"Nak, apakah kau tidak merasa menderita," serunya.
''Siau hong tidak merasa menderita, malah selama dua hari belakangan ini telah memperoleh banyak pengalaman serta pengetahuan"
Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Tiong gak dan Tang Cuan, buru-guru ia memberi hormat pula.
Walau berada dalam keadaan apapun, Cu Siau hong selalu menjaga tata kesopanan yang seharusnya.
Tidak sampai Pek Hong bertanya, Cu Siau hong telah mengisahkan sendiri semua pengalaman yang dialaminya selama beberapa hari ini.
Selesai mendengar kata-kata tersebut, Tang Cuan segera berkata:
"Apabila pihak Kay pang benar-benar bersedia menyerahkan Ti Thian hua kepada kita, pasti akan kutanyakan hal ini sampai sejelas-jelasnya ...."
Sementara beberapa orang itu masih bercakap-cakap, Kay Pang telah mengutus orang untuk menghantar Ti Thian hua ke sana.
Empat buah jalan darah ditubuh Ti Thian hua masih tertotok, sambil menahan pergolakan emosi dalam hatinya, Pek Hong memerintahkan kepada Tang Cuan untuk mendudukkan Ti Thian hua diatas kursi.
Setelah menghantarkan pergi orang-orang Kay pang, dia baru memandang sekejap kearah orang itu dengan pandangan dingin, katanya kemudian dengan suara nyaring.
"Aku adalah Tiong hujin, diatas bahuku memikul tanggung jawab beban untuk membayarkan sakit hati atas kematian dari orang-orang Bu khek-bun"
Agaknya Ti Thian hua sudah mengerti bahwa hal tersebut merupakah suatu keadaan yang sulit dihadapi, dia menghela napas sedih, lalu berkata pelan:
"Aku mengerti dan apa yang kuketahui telah kusampaikan kepada Pek Bwe di dalam kenyataan aku sendiripun tak lebih hanya seorang menusia yang diperalat, apa yang kuketahui serba terbatas, itu berarti aku dipaksa untuk menjawab secara mengawur dan asal kena"
''Ti Thian hua, dengarkan baik-baik" kata Seng Tiong gak dingin. "kami tak akan menyiksamu dengan cara yang keji, tapi kamipun tak akan memperdulikan soal mati hidupmu, mungkin saja kami bisa turun tangan untuk membinasakanmu"
"Aku tahu, dalam hati kalian berkobar rasa benci dan dendam yang membara"
"Betul, rasa benci kami telah terukir sampai dalam hati, kami tak akan melupakan dendam kesumat tersebut"
Dengan langkah lebar Tang Cuan berjalan maju kedepan, telapak tangannya segera ditempelkan keatas bahu Ti Thian hua, setelah itu katanya dengan lantang:
"Sekarang katakan dulu semua persoalan yang kau ketahui!"
Ditatap oleh beberapa pasang mata yang memancarkan api dendam serta kebencian, Ti-Thian hua merasakan hatinya bergetar keras, benar juga dia lantas membeberkan semua yang diketahui olehnya.
Dengan tenang Cu Siau hong mendengarkan ke semuanya itu, apa yang dia katakan ternyata memang tak jauh berbeda bila dibandingkan dengan apa yang didengar sewaktu berada di Kay pang tadi.
Selesai mendengarkan keterangan tersebut de-ngan dingin Pek Hong lantas bertanya:
"Seandainya kau bersedia untuk bekerja sama lagi dengan pihak kami . "

No comments: